Limbah singkong, atau ampas singkong, merupakan produk sampingan dari pengolahan singkong yang telah menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena potensi aplikasi dan dampaknya.
Pemanfaatan limbah singkong ini khususnya batang dan ampas singkong juga semakin diakui dalam beberapa tahun terakhir sebagai praktik berkelanjutan yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan ekonomi.Â
Singkong, tanaman utama di banyak negara tropis, khususnya di Afrika dan Asia, terutama dibudidayakan untuk diambil umbinya yang mengandung pati.Â
Pengolahan singkong menghasilkan sejumlah besar limbah dalam bentuk batang dan ampas tanaman, yang secara historis telah dibuang atau dikelola dengan buruk.Â
Namun, praktik inovatif telah muncul mengubah produk sampingan ini menjadi sumber daya yang berharga.
Esai ini mengeksplorasi konteks historis pemanfaatan limbah singkong, individu dan organisasi utama yang terlibat dalam gerakan ini, dampak ekonomi dan lingkungan, serta potensi kerugian yang terkait dengan praktik ini.Â
Secara historis, singkong mulai diperkenalkan ke berbagai wilayah di dunia sebagai sumber makanan pokok, khususnya di negara-negara berkembang. Ketahanannya dalam kondisi tanah yang buruk dan kemampuannya untuk menahan kekeringan menjadikannya pilihan yang menarik bagi petani kecil.Â
Namun, pengolahan singkong untuk keperluan makanan dan industri, seperti produksi pati, menghasilkan sejumlah besar limbah.Â
Secara tradisional, limbah ini dianggap tidak berguna, sering kali mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui pembuangan terbuka atau pembakaran, yang pada gilirannya menyebabkan penipisan tanah dan polusi udara.Â
Selama beberapa dekade terakhir, para peneliti dan inovator pertanian mulai menyadari potensi limbah ini. Penelitian menunjukkan bahwa daun dan batang singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan ampasnya dapat berfungsi sebagai pupuk organik atau substrat untuk produksi biofuel.Â
Tokoh-tokoh utama dalam gerakan pemanfaatan limbah singkong meliputi ilmuwan pertanian, aktivis lingkungan, dan pengusaha yang telah memperjuangkan metode inovatif pengelolaan limbah.Â