Mohon tunggu...
Dhea Aisyah Rahma
Dhea Aisyah Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030007 Mahasiwa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan humaniora UIN sunan kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Lebih Dalam tentang Penyakit Lupus

10 Juni 2023   21:44 Diperbarui: 10 Juni 2023   21:46 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://www.medicalnewstoday.com/

Lupus, juga dikenal sebagai lupus eritematosus sistemik (LES), adalah penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, organ internal, dan sistem kekebalan tubuh. Pada kondisi normal, sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit dengan menyerang bakteri, virus, atau benda asing lainnya. Namun, pada penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh menjadi hiperaktif dan menyerang jaringan sehat dalam tubuh sendiri.

Penyebab pasti penyakit lupus belum sepenuhnya dipahami. Faktor-faktor genetik, hormonal, dan lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini. Meskipun lupus dapat mempengaruhi siapa pun, termasuk pria, wanita, dan anak-anak, lebih umum terjadi pada wanita usia subur (15-45 tahun).

Diagnosis lupus melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes laboratorium yang mencakup pemeriksaan darah, tes antibodi, dan pemeriksaan gambar seperti biopsi kulit atau organ tertentu. Tidak ada tes tunggal yang dapat secara definitif mendiagnosis lupus, sehingga dokter biasanya menggunakan kombinasi data dan informasi untuk membuat diagnosis yang akurat.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan perawatan yang tepat jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan terkait lupus. Setiap kasus lupus dapat berbeda, dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala, mengontrol peradangan, dan meminimalkan dampak penyakit pada kehidupan sehari-hari.

Penyakit lupus dapat memiliki gejala awal yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain. Berikut adalah beberapa ciri-ciri awal yang sering terkait dengan penyakit lupus:

  • Kelelahan yang berlebihan: Kelelahan yang tidak wajar atau terus-menerus dapat menjadi tanda awal penyakit lupus. Meskipun kelelahan adalah gejala yang umum pada banyak kondisi, kelelahan yang terkait dengan lupus cenderung menjadi lebih parah dan tidak dapat diatasi dengan istirahat yang cukup
  • Ruam kulit: Ruam kulit yang muncul atau memburuk setelah terpapar sinar matahari seringkali menjadi ciri lupus. Ruam ini dapat berbentuk merah, berbintik-bintik, bersisik, atau berlendir, dan biasanya muncul di wajah, leher, kulit kepala, atau bagian tubuh yang terpapar sinar matahari.
  • Nyeri dan bengkak pada sendi: Nyeri sendi dan pembengkakan sendi, yang mirip dengan gejala arthritis, dapat menjadi tanda awal lupus. Nyeri dan bengkak dapat terjadi pada beberapa sendi atau menyeluruh di tubuh.
  • Demam: Demam ringan hingga sedang dapat terjadi pada beberapa orang dengan lupus. Demam yang terkait dengan lupus umumnya tidak berhubungan dengan infeksi dan mungkin muncul dan menghilang secara tidak terduga.
  • Gangguan pencernaan: Beberapa orang dengan lupus dapat mengalami gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare, atau sakit perut.
  • Gangguan kulit lainnya: Selain ruam, lupus juga dapat menyebabkan gejala kulit lainnya seperti rambut rontok yang tidak normal, ulkus di mulut atau hidung, atau reaksi kulit yang sensitif terhadap cahaya matahari.

Penting untuk diingat bahwa gejala awal lupus dapat mirip dengan gejala kondisi lainnya, dan tidak semua orang dengan lupus mengalami semua gejala yang disebutkan di atas. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau khawatir tentang kesehatan Anda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

Pengobatan penyakit lupus bertujuan untuk mengendalikan gejala, mencegah serangan, dan mencegah kerusakan organ yang lebih parah. Pengobatan lupus biasanya didasarkan pada gejala dan tingkat keparahan penyakit pada setiap individu. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam pengobatan lupus:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): NSAID seperti ibuprofen atau naproxen dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan nyeri sendi yang terkait dengan lupus.
  • Obat antimalaria: Obat antimalaria seperti hidroksiklorokuin atau klorokuin sering diresepkan untuk mengendalikan ruam kulit, nyeri sendi, dan gejala sistemik lainnya pada lupus.
  • Kortikosteroid: Kortikosteroid seperti prednison dapat digunakan untuk mengendalikan peradangan yang lebih parah pada lupus. Namun, penggunaan jangka panjang kortikosteroid harus dipantau dengan ketat karena dapat memiliki efek samping serius.
  • Imunosupresan: Obat imunosupresan seperti azatioprin, metotreksat, atau siklofosfamid dapat diresepkan untuk menekan respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan pada lupus.
  • Obat biologi: Obat biologi seperti belimumab dapat digunakan dalam kasus lupus yang lebih parah untuk menghambat aktivitas sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.

Selain obat-obatan, penting untuk menjaga pola hidup sehat dan melakukan manajemen diri yang baik dalam pengobatan lupus. Beberapa tips yang dapat membantu mengelola lupus adalah:

  • Melindungi diri dari sinar matahari langsung dengan menggunakan tabir surya yang kuat, mengenakan pakaian pelindung, dan menghindari paparan sinar matahari pada jam-jam terpanas.
  • Mengelola stres dengan baik melalui relaksasi, meditasi, olahraga ringan, atau terapi psikologis.
  • Menjaga pola tidur yang teratur dan cukup.
  • Melakukan aktivitas fisik yang terukur sesuai dengan kemampuan dan dengan pengawasan dokter.
  • Mengikuti rencana perawatan yang ditetapkan oleh dokter dan menjaga kunjungan rutin untuk pemantauan kondisi lupus.

Pengobatan lupus harus dilakukan di bawah pengawasan dokter yang berpengalaman dalam pengobatan penyakit autoimun. Setiap kasus lupus dapat berbeda, dan pengobatan yang tepat akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun