"Oh iya nah nanti tiga hari lagi sepupu mu yang ada di khairo Mesir akan datang dan menetap di pesantren, ayah sama ibu minta tolong kamu nanti jemput dia di bandara yah, ayah sedang tidak enak badan, mengerti Syifa?" Ucap ayah Abdul.
"Heem iya kalau ada waktu  jemput dia, yaudah Syifa ada hal lain but di kerjain, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" ucap Syifa sambil mematikan telfon.
Setelah selesai bertelefon syifa mendengkur kesal sebab semua hal selalu dibebankan kepadanya, tak luput dari hal yang dia sukai tidak pernah ada dukungan dari kedua orang tuanya sehingga dia merasa menompang dirinya sendiri.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. (2x)
Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2x)
Hayya 'alashshalaah. (2x)
Hayya 'alalfalaah. (2x)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. (1x)
Laa ilaaha illallaah. (1x)
Suara adzan isya berkumandang memanggil semua orang dengan hati yang riang, bersujud simpuh berserah kepada sang pencipta, berserah diri menjalankan kewajiban sebagai insan, meleburkan dosa yang mengalir didalam darah mensucikan hati sengan lafadz indah ilahi, tak ada waktu tuh berhenti untuk terikat oleh pencipta semua alam.
Semua bergerak menuju masjid, berbondong-bondong berjalan menuju kebaikan, membasuh setiap dosa dengan air suci, tersenyum lebar penghilang lara, para santri memakai seragam yang dicintai Tuhan semesta alam.
"Ayo anak-anak yang belum berwudhu yu wudhu yang udah batal wudhu ayo segera" ucap ustadzah Sri.
"Baik ustadzah" jawab semua santri.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Asyhadu allaa ilaaha illallaah.
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah.
Hayya 'alash shalaah.
Hayya 'alal falaah.
Qad qaamatish shalaah, qad qaamatish shalaah.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Laailaaha illallaah.
Setelah selesai sholat semua santri berbaris membuat shof mengaji dengan ustadz dan ustadzah masing-masing., Mengantri bagian mengaji dan menghafal Al-Qur'an, Syifa mendapatkan giliran ke 5 untuk mengaji di depan Amanda, Azizah dan Meron, sindiran pedas dilahap oleh Syifa dengan berusaha bersabar dengan menghiraukan ocehan yang mereka sampaikan.
"Haduh yah banyak banget nyamuk berisik" ucap Syifa menyinggung.
Di dorong oleh Amanda merambat ke semua santri yang ada di depan Syifa.
Awww
"Aduh."
"Ini siapa sihhh."
"Yang di belakang tolong jangan dorong-dorongan" ucap ustadzah.
Kebagian Syifa mengaji membaca Al-Qur'an membaca surat Al-Waqiah, suara yang merdu melekat di lidah Syifa, ustadzah Sri pun kaget karena merasa bangga tidak mengira kelebihan yang Syifa miliki di balik keras kepala.
"Masya Allah suara kamu bagus sekali" ucap ustadzah.
"Gk ustadzah biasa aja ko banyak yang bagus" ucap Syifa.
"Sejak kapan kamu belajar murotal seperti itu" ucap ustazah.
"Sejak waktu SD ustadzah" ujar Syifa.
"Wah luar biasa nanti ketika acara fastival Competition kamu ikut yah" ucap ustadzah sambil menepuk pundak Syifa.
"Gak ah Ustadzah lain kali lagi" ucap Syifa.
Dua hari kemudian Syifa di telfon lagi untuk menjemput sepupunya yang di bandara walau kesal dia terpaksa memaksakan diri menuruti semua perkataan orang tuanya.
"Hadeh yah ni sepupu satu ini nyusahin banget" gumam Syifa.
Meminta izin ke ustazah buat ngejemput sepupunya dengan kewenangan ustadzah perizinan Syifa di sepakati agar Syifa bisa sampai ke pondok dengan tepat waktu.
"Jangan lupa nanti jangan terlambat pulang, Maghrib jangan lupa sudah ada di pondok" ucap Syifa.
Jalan sudah Syifa bersama supir grab menuju bandara setiba disana Syifa menunggu sepupunya, dua jam kemudian Syifa menunggu dengan kejenuhan.
"Buset ini orang kemana udah di tunggu napa belum pada datang juga" gumam Syifa.
Empat jam telah terlewati menunggu tanpa kepastian menahan semua kekesalan yang ada di hati terlepas dari tanggung jawab waktu menunjukkan pukul jam 17.40 waktunya sudah tiba untuk pulang ke pesantren.
"Udah ah gue pulang aja gak jelas nih orang" gumam ustadzah.
Syifa langsung menghubungi ayah Abdul mengenai ketidakpastian terkait kedatangan sepupu, padahal Syifa sudah meluangkan waktunya untuk pergi ke bandara.
"Hallo" ucap Syifa.
"Iya kenapa gimana udah jemput di bandara, udah ketemu belum?" Ucap ayah.
"Ketemu gimana di tunggu 4 jam gak dateng-dateng, nyusahin aja" ucap Syifa dengan kesal.
"Huss gak boleh gitu, coba kamu chat aja tanya gimana keberadaan nya" ucap ayah Abdul.
"Ah gak mau ayah aja udah Syifa mau pulang aja, gak boleh lebih dari Maghrib nanti malah di sidang lagi" ucap Syifa.
"Sidang?" tanya ayah.
"Ya" ucap Syifa.
"Iya kenapa kamu disidang ada masalah apa" membuat ayah Abdul kepo.
"Udah ah bukan urusan orang tua" tak menghiraukan.
"Kamu tuh yah di tanya baik-baik jawabnya begitu" ujar ayah Abdul.
Tut
Tut
Telfon berakhir, tak menjawab pernyataan dari ayahnya tak ingin memperpanjang semua masalah, kehidupan yang tidak ingin menjadi problem matika mengganggu kehidupan sehari-hari, grab dipesan berbalik arah ke pesantren.
"Ini dengan mba Syifa" ucap supir grab.
"Iya saya atas nama Syifa" ucap Syifa.
Syifa masuk ke mobil ditemani supir grab yang mengantar ke pondok pesantren Ummul Quro dengan hati yang kesal mengganggu aktivitas yang dilakukan nya, karena Syifa sebenarnya tidak suka menunggu baginya kata menunggu adalah hal yang tabu membuat dia tak senang apalagi tanpa kepastian.
"Untung yang nyuruh orang tua gue, kalau lu bukan sepupu udah gue sebarin di media sosial" ucap lirih sambil memukul WhatsApp dengan jari nya.
"Kenapa mba, apa ada yang salah" ucap supir grab merasa tak enak jika ada kesalahan.
"Gak papa saya lagi kesal dengan seseorang" ucap Syifa mendumel.
"Siapa, pacarnya yah mba" tanya supir Grab.
"Idih amit-amit yah ngapain suka sama orang yang gak jelas dan gak tau perwujudannya" ucap Syifa dengan raut wajah tak senang.
"Oalah yang sabar yah mba" ujar supir Grab.
Perjalan akhirnya berhenti didepan gerbang pondok pesantren, tak kerasa sambil membicarakan sepupunya yang sangat ia tak suka melampiaskan amarah, membuat Syifa merasa lebih tenang.
"Terimakasih yah mas" ucap Syifa.
"Baik mba" jawab supir Grab.
"Uangnya sudah di kirim di APK yah" ucap Syifa.
"Baik mba jangan lupa bintang limanya" uca supir Grab,
"Oke mas" ucap Syifa
Syifa yang secara diam-diam membawa HP ke pesantren, tidak ingin di ketahui oleh orang lain, dia menaruh HP untuk sementara di plastik hitam lalu di taruh di belakang pot bunga, tak ingin ketahuan bersusah payah dia menyembunyikan, tetapi di samping lain ada yang melihat kedatangan Syifa lalu dia memantau gerak gerik Syifa, pada akhirnya Syifa yang selesai menaruh HP dia bergegas pergi ke maktab untuk membersihkan diri karena badannya sudah tidak enak, santriwati yang mengetahui tempat penyimpanan HP Syifa, ia mencari keberadaan HP lalu membawanya ke saku baju.
"Lumayan dapet HP, anak itu pasti gak tau yang ambil Hp nya itu aku" gumam santriwati tersebut.
Setelah semuanya berjalan dengan mulus tempat kejadian di bereskan dengan sangat cantik agar tidak mencurigakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H