Mohon tunggu...
Dhea Afifah
Dhea Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UINSU

UINSU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahasa dan Makna: Cinta

13 November 2024   20:57 Diperbarui: 13 November 2024   21:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Cintya. Cintya dikenal sebagai gadis yang pendiam dan suka melamun. Ia sering menghabiskan waktu di tepi sungai, merenungkan makna hidup dan alam semesta. Suatu hari, Cintya bertemu dengan seorang bijak bernama Pak Tua. Pak Tua dikenal sebagai ahli filsafat bahasa yang bijaksana.

"Pak Tua," tanya Cintya, "apa sebenarnya makna dari kata 'cinta'?"

Pak Tua tersenyum. "Cinta, Cintya, adalah kata yang rumit. Ia memiliki banyak makna, tergantung dari siapa yang mengucapkannya dan dalam konteks apa."

Cintya mengerutkan kening. "Maksud Pak Tua?" 

"Bayangkan, Cintya," kata Pak Tua, "seorang ibu berkata 'cinta' kepada anaknya. Ia mungkin merasakan kasih sayang yang tulus, perlindungan, dan keinginan untuk melihat anaknya bahagia. Namun, seorang kekasih yang berkata 'cinta' mungkin merasakan gairah, kerinduan, dan keinginan untuk memiliki."

Cintya terdiam, mencerna perkataan Pak Tua. "Jadi, kata 'cinta' bisa memiliki makna yang berbeda-beda?"

"Ya, Cintya." jawab Pak Tua. "Bahasa adalah alat yang kompleks. Kata-kata memiliki makna yang dinamis, yang berubah-ubah sesuai dengan konteks dan pemahaman orang yang menggunakannya."

Cintya semakin penasaran. "Lalu, bagaimana kita bisa memahami makna yang sebenarnya dari sebuah kata?"

Pak Tua menunjuk ke arah sungai yang mengalir. "Lihatlah sungai itu, Cintya. Ia mengalir terus menerus, membawa air yang berbeda-beda. Begitu pula dengan bahasa. Ia terus berkembang, membawa makna yang berbeda-beda. Untuk memahami makna yang sebenarnya dari sebuah kata, kita harus memahami konteksnya, memahami orang yang mengucapkannya, dan memahami diri kita sendiri."

Cintya terdiam, merenungkan kata-kata Pak Tua. Ia menyadari bahwa bahasa bukanlah sekadar alat komunikasi, tetapi juga sebuah jendela yang membuka ke dunia makna yang luas dan kompleks. Ia belajar bahwa untuk memahami dunia, ia harus memahami bahasa, dan untuk memahami bahasa, ia harus memahami dirinya sendiri. 

Sejak hari itu, Cintya tidak lagi hanya mendengar kata-kata, tetapi juga berusaha memahami makna yang tersembunyi di baliknya. Ia belajar bahwa bahasa adalah sebuah misteri yang menarik, sebuah teka-teki yang terus menantangnya untuk berpikir dan mencari makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun