Mohon tunggu...
Dhea Adelia
Dhea Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Health and lifestyle

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perilaku Produktif dan Hustle Culture Apakah Sama?

7 Juli 2022   09:30 Diperbarui: 7 Juli 2022   11:18 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi produktif merupakan sebuah kebanggaan bagi sebagian orang,  yaitu memanfaatkan waktu dan tenaga yang ada untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan efektif dan efisien agar mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini sering dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan seseorang. Namun, apabila hal ini terus dilakukan dalam intensitas yang berbeda apakah masih memberikan dampak yang baik?

Akhir-akhir ini, budaya Hustle Culture menjadi tren di kalangan para pekerja dan pada generasi muda saat ini dimana mereka akan bekerja dimanapun dan kapanpun tanpa mengenal waktu. Hustle culture sendiri adalah sebuah paham bahwa seseorang harus menambah jam kerja untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. 

Orang-orang menganggap bahwa semakin mereka bekerja keras akan semakin cepat pula mereka mendapatkan kesuksesan. Penyebabnya yaitu keinginan pekerja untuk menaikkan eksistensi diri agar dianggap sebagai pekerja yang baik. 

Contoh nyata hustle culture yaitu mahasiswa yang mengikuti kegiatan di luar perkuliahan seperti organisasi dan kepanitiaan yang menguras banyak waktu sehingga tidak ada cukup waktu untuk beristirahat, melakukan pertemuan dan rapat online yang tidak mengenal waktu, padahal duduk di depan komputer dalam waktu yang lama juga tidak baik bagi kesehatan.

Hustle culture disaat pandemi ini lebih marak terjadi karena kebanyakan orang berada di rumah namun dituntut untuk tetap produktif dalam bekerja. Mereka beranggapan bahwa dirinya harus berkomitmen penuh terhadap pekerjaan mereka, yang  mengakibatkan beberapa orang memilih untuk mengurangi jam istirahat, tetapi ada beberapa pendapat yang bertentangan dengan hustle culture ini, mereka beralasan bahwa perilaku hustle culture ini  hanya fokus pada masa depan dan bukan masa ini.

 Adanya budaya Hustle culture ini memberikan beberapa dampak. Dampak negatif yang pertama yaitu terganggunya kesehatan secara fisik karena peningkatan tekanan darah serta denyut jantung akibat dari aktivitas berlebihan dan stress serta meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung koroner, terganggunya kesehatan mental seperti munculnya rasa kecemasan dan gejala depresi akibat kelelahan, terganggunya keseimbangan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Sebagai seorang mahasiswa Universitas Airlangga dalam menyikapi hal ini tentu perlu memberikan solusi dalam menghadapi fenomena  hustle culture ini yaitu dengan mengatur ulang jam kerja agar tetap produktif tetapi tidak berlebihan, membuat rencana liburan, mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan tidak terlalu memaksakan, dan membangun kesadaran diri jika hustle culture cukup mengganggu kesehatan dan kehidupan di masa kini.

Perlu diingat bahwa bekerja keras dan produktif demi masa depan itu harus tapi jangan lupa dengan masa kini yang sedang dihadapi, karena sesungguhnya segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun