Kesehatan Mental: Isu yang Kerap Diabaikan
Kesehatan mental masih menjadi isu yang sering dianggap tabu. Banyak orang enggan mencari bantuan profesional karena stigma negatif yang melekat, padahal gangguan mental semakin meningkat secara global. Menurut data WHO (2023), lebih dari 280 juta orang di dunia mengalami depresi, dan 1 dari 8 orang hidup dengan gangguan mental. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat lebih dari 19 juta orang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional, dengan lebih dari 12 juta di antaranya mengalami depresi.
Selain itu, survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 menemukan bahwa 1 dari 3 remaja (34,9%) atau sekitar 15,5 juta remaja memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Namun, hanya 2,6% dari mereka yang pernah mengakses layanan dukungan atau konseling.
Dalam buku "Mengapa Tidak Pernah Ada yang Memberitahuku?", Dr. Julie Smith, seorang psikolog klinis dengan pengalaman bertahun-tahun, menyajikan panduan praktis untuk menjaga kesehatan mental. Buku ini tidak hanya mengajarkan cara menghadapi tantangan emosional, tetapi juga menawarkan alat bantu yang dapat langsung dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Delapan Bab yang Bisa Mengubah Hidupmu
Buku ini terdiri dari delapan bab, dengan masing-masing bab memiliki empat hingga lima subbab yang membahas aspek berbeda dalam perjalanan mencapai ketenangan mental.
1. Tentang Sudut-sudut Kelam Kehidupan
Bab ini membantu pembaca mengenali jebakan mental yang sering membuat seseorang merasa terpuruk. Dr. Julie menjelaskan bahwa pikiran negatif cenderung berulang (ruminasi), yang dapat memperburuk kondisi emosional. Studi dari Harvard Medical School (2021) menunjukkan bahwa teknik cognitive reframing—mengubah cara berpikir terhadap suatu masalah—dapat mengurangi gejala depresi hingga 40%.
2. Tentang Motivasi
Motivasi bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja; ia perlu dipelihara. Buku ini menjelaskan bagaimana seseorang bisa tetap termotivasi, bahkan saat tidak ingin melakukan apa pun. Salah satu teknik yang disarankan adalah melakukan gerakan tubuh - melakukan gerakan tubuh sebentar saja lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali dan dapat mengobarkan semangat untuk terus melakukannya. Adakalanya pula kita harus beristirahat sejenak untuk mengembaikan kembali semangat  saat mengalami stres berulang kali, dengan begitu keteguhan hati kita akan terpelihara dengan baik.
3. Tentang Kegetiran Emosional
Dr. Julie menekankan bahwa semua emosi, termasuk yang negatif, adalah normal. Namun, penting untuk mengetahui bagaimana mengelolanya. Ia menjelaskan konsep emotional regulation yang dikembangkan oleh Gross & Thompson (2007), yang mencakup teknik seperti mindfulness, pernapasan dalam, dan latihan kesadaran diri untuk mengurangi dampak stres. Dalam bab ini juga Dr. Julie menggunakan alat bantu Roda Perasaan  (Wilcox, 1982), untuk membantu kita menemukan kata yang menggambarkan perasaan kita supaya tidak berfokus pada emosi negatif.
4. Tentang Dukacita
Dukacita adalah bagian normal dan alami bagi kita sebagai manusia, tidak ada cara yang benar atau salah untuk mengekspresikan dukacita. Dr. Julie memberikan pemahaman tentang bagaimana kita dalam menerima sebuah dukacita, penerimaan yang tidak sama dengan menyukai atau menyetujui situasi.