"Kesehatan mental adalah hak, bukan kemewahan." Judith Herman (2015) psychiatrist and author
Trauma antargenerasi adalah fenomena yang sering kali tersembunyi dalam bayang-bayang kehidupan sehari-hari, namun dampaknya jauh lebih luas dari yang terlihat.Â
Trauma ini, berupa pengalaman buruk yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, bisa membentuk pola perilaku dan pola pikir yang merugikan.Â
Namun, dengan pendekatan yang tepat dan berbasis bukti, kita dapat mulai menghapus jejak trauma ini dan menciptakan masa depan yang lebih sehat.
Apa Itu Trauma Antargenerasi?
Trauma antargenerasi merujuk pada pergeseran trauma dari orang tua ke anak-anak mereka, dan seterusnya.Â
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Trauma & Dissociation menunjukkan bahwa pengalaman traumatis seperti kekerasan, pengabaian, atau bencana alam dapat memengaruhi bukan hanya mereka yang mengalaminya secara langsung, tetapi juga keturunan mereka.Â
Trauma ini bisa memengaruhi pola pikir, perilaku, dan kesehatan mental generasi berikutnya, meskipun mereka tidak mengalami trauma secara langsung.
Sebuah studi di American Journal of Psychiatry mengungkapkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan penuh ketegangan atau kekerasan cenderung mengembangkan pola perilaku yang sama, termasuk kecemasan, depresi, atau gangguan stres pascatrauma.Â
Ini terjadi karena pola pengasuhan dan dinamika keluarga yang dipengaruhi oleh trauma generasi sebelumnya.
Dampak Trauma Antargenerasi
Studi oleh Yehuda dan McFarlane (1995) menunjukkan bahwa individu yang mengalami trauma antargenerasi sering kali menunjukkan gejala gangguan stres pasca trauma (PTSD), kecemasan, dan depresi.Â