"Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Al-Isra:1)Â
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputi ya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar". (QS An-Najm:13-18)
Dua penggalan ayat di atas menunjukkan peristiwa hebat Isra dan Mi'raj. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian  atau disebut dengan 'amul huzn (tahun kesedihan). Saat itu Nabi Muhammad SAW berusia 51 tahun. Isra dan Mi'raj sebagai bentuk tasliyah (hiburan) diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW karena ditinggal oleh dua orang yang dicintainya yaitu Khadijah Radhiyallahu'anha dan Abu Thalib.
Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi untuk menerima perintah sholat lima waktu.Â
Dari perjalanan hebat diluar nalar manusia, Allah SWT memberi hadiah atas kesedihan yang dialami Rasulullah SAW dalam bentuk sholat lima waktu. Mengapa sholat yang Allah SWT pilih sebagai obat dari kesedihan? Allah SWT jelaskan dalam firmanNya di dalam surat Al-Baqarah ayat 153:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah 153)Â
Hikmah dari peristiwa ini, Allah SWT ingin memberi tahu seluruh hambaNya, bahwa manusia yang paling mulia dan sempurna akhlaknya pun dapat merasakan kesedihan, ketika dalam keadaan sedih bahkan hampir putus asa Allah SWT melalui kekasih Nya Rasulullah SAW sudah memberi solusinya yaitu dengan sholat dan sabar.Â
Sholat tidak hanya sebagai menyembuh segala kesedihan tetapi juga rasa sakit yang sedang kita alami. Di zaman yang penuh tantangan, sesuatu yang buruk terlihat baik dan yang baik menjadi asing dan aneh. Hanya sholat dan sabar yang Allah SWT berikan kepada umatNya sebagai penolongnya.Â
Dalam hadist lain disebut bahwa sholat sebagai tiang agama, Dari Mu'adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda:
"Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan sholat." (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.)