Mohon tunggu...
Dhavindra Salsabila P
Dhavindra Salsabila P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Mahasiswa Aktif UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Adenovirus: Salah Satu Hipotesis Penyebab Hepatitis Akut

14 Juni 2022   13:17 Diperbarui: 14 Juni 2022   13:31 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah meredanya angka penderita virus Covid-19, Indonesia kembali dirundung ramai publik akibat mencuatnya kabar mengenai adanya penyakit hepatitis akut. Penyakit ini telah menelan korban jiwa sejumlah 3 orang anak-anak dengan usia di bawah 16 tahun. Menurut World Health Organization (WHO) pada 23 April 2022, penyakit hepatitis akut ini belum diketemukan titik terang penyebabnya. Namun, hal mutlak yang pasti timbul saat terjangkit penyakit ini adalah kulit berwarna kuning. 

Pada laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, juga dijabarkan mengenai gejala terjangkit hepatitis akut yakni demam, mual, muntah, nafsu makan hilang, diare akut, lemah, nyeri bagian perut, sendi, dan otot, kuning di mata dan kulit, gatal-gatal, dan urin berwarna seperti air teh.

Tidak hanya berdiam pikir, ternyata hipotesis telah tercipta dari kasus hepatitis akut ini. Oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, disebutkan enam hipotesis dari penyakit hepatitis akut antara lain adenovirus biasa, adenovirus varian baru, sindrom post-infeksi SARS-CoV-2, paparan obat/lingkungan/toksin, patogen baru: sendiri atau ko-infeksi, dan varian baru SARS CoV-2.

Adenovirus ini terdapat di mana-mana, DNA beruntai ganda yang paling sering dikaitkan dengan penyakit anak atau salauran pernapasan bagian atas, termasuk selesma. Infeksi dari adenovirus juga dapat muncul pada gejala gastrointestinal, oftamologic, genitourinary dan neurologis. Transmisi dari adenovirus ini dapat terjadi karena droplet aerosol, transmisi fecal-oral, dan contaminated formites. Jarang terlihat transmisi nelalui paparan ke sekresi kanal serviks kelahiran dalam transplantasi organ utuh, terutama hati dan ginjal. Adenovirus ini mampu bertahan hidup untuk jangka waktu yang cukup lama di permukaan lingkungan dan Adenovirus ini tahan terhadap desinfektan lemak karena tidak terbungkus. Meski demikian, virus ini dapat tidak aktif oleh panas, formalin, dan pemutih.

Pada tahun 1953, adenovirus pertama kali diisolasi oleh Rowe dkk saat mempelajari pertumbuhan virus polio di jaringan adenoid.. Adenovirus ditemukan di seluruh dunia dan infeksi dapat terjadi selama musim apapun. Anak-anak kecil, populasi yang dekat seperti komunitas yang ramai, sekolah, dan kamp pelatihan militer, bersama dengan individu  immunocompromised merupakan populasi yang rentan.

Menurut WHO, prevalensi pasti dan kejadian infeksi adenoviral tidak diketahui karena sebagian besar kasus sembuh sendiri, dilihat oleh dokter umum dan dokter mata. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia, populasi skala besar, dengan jumlah wabah ratusan, telah menderita infeksi adenoviral yang bermanifestasi sebagai sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dalam frekuensi tinggi dengan wabah di Malaysia, Korea Selatan dan China. Pasien immunocompromised memiliki risiko penyakit diseminata dan peningkatan mortalitas yang lebih besar dibandingkan dengan pasien dengan sistem imun yang utuh. Wabah ini dapat dilihat sebagai kesempatan untuk studi yang lebih baik dari strain, faktor predisposisi, dan biologi molekuler dari interaksi host-virus yang bertanggung jawab untuk penyakit dan keparahan.

Sebagian besar infeksi adenovirus dapat sembuh sendiri. Mereka jarang menyebabkan infeksi serius pada orang dewasa dan anak-anak yang sehat. Namun mereka dapat mengancam kehidupan host immunocompromised, neonatus dan bayi. Oleh karena itu, sebagian besar rekomendasi untuk pengobatan infeksi ini berfokus pada pasien dengan gangguan sistem imun, terutama pasien transplantasi alogenik, yang memiliki risiko terbesar terhadap infeksi yang mengancam jiwa.

Rekomendasi umum yang diberikan oleh Center for Disease Control (CDC) sebagai langkah pencegahan transmisi virus ini adalah mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama setelah melakukan kontak dengan pasien penderita penyakit flu, melindungi mulut atau hidung saat sedang batuk maupun bersin, menghindari untuk menyentuh mata, hidung, serta mulut dengan tangan yang tidak dibasuh sabun dan air sebelumnya, menghindari kontak secara dekat dengan pasien yang mengalami sakit dan dihimbau untuk tinggal di rumah saja apabila sakit. Sering dilakukannya pencucian tangan dengan sabun sangat diutamakan khususnya saat di ruang umum seperti tempat fasilitas kesehatan. 

Referensi

Khanal S., Ghimire P., Dhamoon A. S. The Repertoire of Adenovirus in Human Disease: The Innocuous to the Deadly. Biomedicines: 2018 Mar; 6(1): 30. doi: 10.3390/biomedicines6010030 [PubMed]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2022. 6 Dugaan Penyebab Hepatitis Akut. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun