Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sirih Pinang Budaya Tak Lekang Oleh Jaman

24 September 2014   22:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:40 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_361404" align="aligncenter" width="576" caption="Gadis kecil ini tak sungkan menunjukan mulutnya yang sedang mengunyah sirih pinang. Mungkin ditempat lain, obyek ini adalah hal yang tak wajar seorang anak kecil mengonsumsi sirih pinang, tetapi di Raja Ampat adalah hal yang lumrah (dok.pri)."][/caption]

"sebentar pak kapala dinas masih makan sirih pinang" kata salah satu pegawai pemda di Pulau Timor. Saya pun menunggu beberapa waktu dan akhirnya kepala salah satu dinas datang ke ruangan. Terlihat bibir dan giginya masih ada noda-noda merah bekas sirih pinang. Mungkin bagi mereka yang tinggal di Jawa akan sedikit heran, di kantor pemerintahan ada yang makan sirih pinang. Di Jawa pemandangan orang mengonsumsi sirih pinang mungkin hanya di desa-desa, itupun hanya nenek-nenek saja, tetapi di Indonesia bagian timur hampir semuanya mengonsumsi sirih pinang.

Sirih pinang sebuah budaya dari nenek moyang yang tak lekang oleh jaman. Entah sejak kapan kebiasaan mengonsumsi sirih pinang ini muncul. Di asia tenggara, budaya sirih pinang ini ada dan bisa di temui. Spesifik di Indonesia, budaya sirih pinang ini masih melekat kental terutama bagi masyarakat di kawasan Timur Indonesia. Kata teman saya "aneh di timor zonder sirih pinang", atau aneh jika di pulau Timor tanpa sirih pinang.

[caption id="attachment_361405" align="aligncenter" width="576" caption="Siring pinang di beberapa tempat mendapat kedudukan yang istiemewa karena memiliki niilai-nilai yang penuh makna filosofis. Gambar ini menunjukan bunga jantan sirih dan tempat untuk menumbuk gambir yang biasa dighunakan warga NTT (dok.pri)"]

1411546517180372225
1411546517180372225
[/caption]

Pagi yang cerah saat saya jalan-jalan di pantai WTC (Waisai Torang Cinta) Raja Ampat, saya mendapati obyek yang menarik. Sesosok gadi kecil nampak asyik menikmati hembusan angin pantai dan terbitnya sang mentari sambil mengunyah sirih pinang. Siswa kelas 4 SD ini tanpa malu-malu dan ragu menunjukan mulutnya yang berwarna merah dan serat-serat serabut pinang yang sedari tadi dikunyahnya. Lantas saya bertanya, apa enaknya makan sirih pinang. DIa hanya menjawab, saya suka karena rasanya yang sedikit "pedas, sepat, manis, dan rasa yang aneh". Sambil kami bercerita, dia nampat terus mengunyah mirip mahluk memamah biak yang sedang "gayemi" sambil sesekali meludah di sela-sela batu karang.

Rasa pedas, panas, sepat, manis dan rasa yang aneh. Sirih, pinang, dan kapur adalah komposisi utama dalam mengonsumsi sirih pinang. Pertama-tama buah pinang di kunyah, lalu daun atau bunga jantan sirih, setelah itu campur dengan kapur. Tak berselang lama maka air liur akan berubah berwarna merah, aroma dan rasa sirih begitu terasa dan sepat oleh pinang. Bagi mereka yang tidak pernah merasakan nikmatnya sirih pinang akan merasa jijik, tetapi begitu sudah ketagihan bak pecandu rokok yang kehabisan rokok.

Dari nilai budaya, sirih pinang mendapat tempat yang istimewa dibeberapa tempat di Indonesia. Di NTT, Maluku dan Papua sirih pinang adalah lambang persaudaraan dan penghormatan. Begi tamu yang datang, sebelum jamuan keluar maka sirih pinang adalah menu pembuka. Jika bertemu atau papasan di tengah jalan, kembali sirih pinang menjadi teman. Ngobrol atau membicarakan sesuatu, maka sirih pinang bisa menjadi teman bicara dan bisa mencairkan suasana. Sirih pinang bersifat univresal, dari pergaulan, mahar perkawinan hingga bagian dari upacara penyambutan. Semua orang bisa mengonsumsi sirih pinang.

[caption id="attachment_361407" align="aligncenter" width="576" caption="Jika bertamu di Timor jangan berharap mendapat suguhan teh atau kopi, namun yang pertama disajikan adalah sirih pinang. Simbol persaudaraan, penghormatan akan jauh lebih bermakna saat sebagai tamu mengonsumsinya. Nampak sebuah keluarga di depan rumah bulat di NTT sambil mebawa sekotak sirih pinang (dok.pri)."]

1411546661355899208
1411546661355899208
[/caption]

Anak-anak sejak dini sudah diperkenalkan dengan sirih pinang, walaupun saat ini sudah ada pelarangan anak-anak mengonsumsi terutama saat sekolah. Budaya yang sudah mendarah daging ini seolah susah sekali di geser oleh modernisasi. Bandara Eltari Kupang, Sentai di Papua atau Edward Osok di Sorong, hampir beberapa sudut terdapat bercak merah orang membuang ludah sirih pinang. Gedung pemerintahan, jalan raya, tempat-tempat umum tak lepas dari noda-noda merah sirih pinang ini.

Suatu saat teman saya asal Papua hendak terbang ke Yogyakarta. Beberapa kali transit dan saat sampai surabaya tas punggungya mendadak diperiksa oleh petugas keamanan bandara. Serbuk berwarna putih dalam kantong plastik dan yang membawa orang kulit hitam, berambut gimbal, dan kira sebagai pengedar. Teman saya hanya tersenyum sambil berkata "silahkan ambil dan periksa, itu bukan shabu-shabu, tetapi kapur dan ini sirih pinangnya". Petugas sepertinya kurang yakin, langsung saja di bongkar dan coba dicicipnya sedikit. Begitu lidahnya seperti hendak terbakar barulah dia percaya ini kapur dari cangkang kerang. Bisa dibayangkan sesosok tinggi hitam, badan kekar, rambut gimbal sedang makan sirih pinang...?

Ada juga yang menganggap sirip pinang menganggu kesehatan. Bisa dikisahkan petugas bandara yang lidahnya terasa terbakar, karena rekasi kapur/CaCo3 dengan air akan berubah menjadi panas. Lidah petugas tersebut bisa mengalami iriitasi, terlebih jika dalam jumlah banyak. Ada juga yang mengatakan efek buruk dari sirih pinang menyebabkan iritasi pada mukosa yakni jaring luar pada mulut. Efek lebih lanjut bisa menyebabkan kanker. Namun kejadian seperti itu sepertinya sulit ditemukan. Dampak baik dari sirih pinang adalah jika mengacu pada khasiat sirih sebagai anti bakteri mampu mengendalikan bakteri pada mulut sehingga mengurangi aroma tak sedap. Kapur yang digunakan bisa menguatkan gigi karena kandunag CaCO3-nya. Rasam pinang, kapur dan sirih yang memiliki sensasi tersendiri bisa menjadi bahan penenang yang efektif tanpa efek samping yang besar. Bahkan ada teman saya yang terbaring di rumah sakit hingga merasa bosan akhirnya minta dibelikan sirih pinang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun