Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Senja di Pantai Maron

8 Mei 2014   18:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_335268" align="alignnone" width="640" caption="Matahari terbenam dari pantai maron-semarang (dok.pri)."][/caption]

"Suatu hari dikala kita duduk ditepi pantai dan memandang ombak dilautan yang kian menepi. Burung camar terbang bermain diderunya air. Suara alam ini Hangatkan jiwa kita". Sebuah petikan lagu kemesraan yang di lantunkan oleh Iwan Fals mengalun mesra saat dimainkan dipemutar mp3. Mata saya terjebak pada sisi barat laut utara jawa sambil memandang sang surya tenggelam tanpa peduli burung besi yang berkeliaran. Inilah pantai maron.

Saya duduk hampir 1 jam lebih untuk merekam momen matahari terbenam. Hiruk pikuk pengunjung yang acapkali menyenggol penyangga kamera atau melintas didepan kamera menjadi hal yang biasa. Awan cumulus nimbus nampak bergerak menuju sisi tenggara. Di sisi selatan langit sudah hitam kelam dan beberapak kali loncatan petir sudah terlihat. Namun di sisi barat, pesona langitnya luar biasa.

Semakin senja pengunjung semakin membludak. Dinding pemecah ombak penuh dengan pasangan muda-mudi yang memadu kasih. Nampak juga mereka yang asyik memainkan joran mengadu keberuntungan untuk mendapat ikan yang sedang sial. Anak-anak kecil nampak riang bermain ombak dengan air laut yang tak begitu jernih dan pasir pantai yang berwarna kusam.

Burung-burung bangai terbang pulang ke kandang, ada beberapa yang masih berputar-putar di hamparan tambak. Hutan bakau buatan nampak berdiri tegak menjadi benteng dari abrasi dan dinding yang kokoh untuk pembatas tambak. Lampu-lampu landas pacu pesawat mulai dinyalakan menambah semarak senja.

Pantai Maron berjarak sekitar 2 km dari bandar internasional Ahmad Yani-Semarang. Pantai ini adalah ujung dari landas pacu pesawat yang hendak terbang dan mendarat. Dari sini tubuh kita seolah terasa tertimpa badan burung besi yang hendak turun dengan suara yang memekakan telinga.

[caption id="attachment_335269" align="alignnone" width="640" caption="Terletak di ujung landas pacu pesawat, terasa dekat dengan burung besi (dok.pri)."]

13995222841887789420
13995222841887789420
[/caption]

Dari jendela pesawat jika hendak terbang atau mendarat akan terlihat sebuah garis pantai dan muara sungai. Nah itulah pantai maron yang saban sore penuh dengan pengunjung yang ingin menyaksikan detik-detik tenggelamnya matahari. Beberapa menit sekali terlihat hilir mudik pesawat yang hendak terbang atau mendarat, bahkan ada yang berputar-putar dulu untuk mengantri mendarat.

Namun sangat disayangkan, pantai ini kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan. Harga tiket masuk Rp 4000,00 harus ditebus dengan jalan yang rusak dan berdebu. Jalan yang tidak rata dan bergelombang menjadi kendala bagi mereka yang menggunakan kendaraan. Fasilitas penunjang seperti kamar mandi terkesan seadanya. Sepertinya lokasi ini memang bukan diciptakan sebagai lokasi wisata.

Video

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun