[caption caption="Jalur pendakian Gunung Merbabu dari sisi selatan adalah yang paling indah, terlihat gunung Merapi menjadi latar belakangnya dan tenda para pendaki (dok,.pri)."][/caption]"Jalur pendakian paling indah se Jawa Tengah" kata teman saya Jarody Hestu yang berprofesi sebagai pemandu pendakian. Tidak salah dia berucap demikian, karena hampir semua kesibukannya ada di gunung dan jalur selatan Gunung Merbabu adalah yang terindah menurut dia. Saya bisa setuju, bisa juga tidak karena keindahan adalah subyektif dimata setiap orang. Hari ini mungkin, jalur ini bukan lagi jalur terindah tetapi momen paling indah menurut saya, mengapa demikian ini kisahnya.
Tahun 2012 mungkin saya merasa benar-benar menikmati gunung setinggi 3142m dpl ini. Hanya berdua mencoba menikmati setiap jalan setapaknya, sebab tidak ada pendaki lain yang sedang menyambangi gunung ini. Saya bersama Muara Sianturi, jagoan lari ratusan kilo meter untuk sekian kalinya berlari dengan rute melompati gunung. Naik dari jalur utara dan turun menuju jalur selatan. Rute ini biasa dipakai oleh para pendaki yang ingin menikmati 2 jalur yang berbeda saat naik turunnya. Bagi para penggiat lari gunung, melompati gunung adalah sensasi untuk menguji kemampuan diri.
[caption caption="Mungkin saat itu hanya kami berdua yang menikmati jalanana setapak di Merbabu, sekarang penuh sesak (dok.pri)"]
Saat ini rasa egois, gunung itu milik kami tak ada bisa dipegang lagi. Gunung tak hanya milik kami berdua, namun milik ratusan bahkan lebih dari seribu pendaki yang ingin menginjakkan kaki di atas puncak yang bernama Kenteng Songo. Biasanya bisa berlari-lari kecil, tetapi kali ini harus benar-benar antri di jalur pendakian. "jalur macam apa ini, macet" saya mulai gusar saat ada pendaki yang kelelahan dan berhenti di tengah jalan.
[caption caption="Cahaya rembulan berhalo dan lampu kepala pendaki melewati tenda kami berdiri yang jauh dari area lokasi berkemah, karena tempat yang penuh (dok.pri)."]
Tempat yang miring yang acapkali membuat badan ini melorot ke bawah saat merebahkan diri. Sungguh malam yang panjang saat tidur sangat tidak nyaman di tempat yang miring, namun tak ada pilihan lain saat semua sudah penuh sesak dengan tenda aneka warna. Fajar pun tiba, saat badan ini ingin memuntahkan hajat setelah semalam menahan diri. Semak-semak menjadi pilihan yang tepat, namun urung niat itu. Benar kata teman seperjalanan saya "every where is toilet" saat ditanya pendaki bule "dimana toilet". Â Aroma kotoran manusia begitu menyengat dan terlihat di beberapa titik dan sangat menjijikan.
Dulu saya bisa berlali-lari di savana yang indah, bahkan terindah di Jawa Tengah. Sekarang jangan coba-coba lari sembarang. Bisa saja kaki akan menemui sial dengan menginjak kotoran pendaki yang akan terasa aromanya sampai pulang karena tidak ada air untuk membasuh. Kotoran alami mungkin akan jadi pupuk yang subur, namun bagaimana dengan sampah anorganik. Hari itu ada 600an pendaki yang semuanya membawa sampah organik, seperti botol air mineral, plastik kemasan makanan, dan lain sebagainya. Bagi yang sadar, sampah akan kembali turun tetapi bagi yang lalai akan abadi di tempat yang bukan semestinya.
[caption caption="Saat sampah pendaki menjadi masalah, tetapi bagi dia adalah berkah dengan menyediakan tempat penampungan sampah lalu dipilah dan dipilih (dok.pri)."]
Di balik kisah yang miris, namun ada sisi romantis. Banyak pendaki yang iri, heran, bahkan ada yang berbisik-bisik. Ada sepasang calon pengantin yang melakukan pengambilan foto pra nikah di tempat paling indah se-Jawa Tengah. Savana yang luas, bukit yang menghijau, langit biru, berdiri di negeri di atas awan, berlatar gunung yang samar-samar menjadi lokasi pemotretan yang menarik. Polah tingkah calon pengantin di depan kamera sontak membuat para pendaki berhenti sesaat, dan anda tahu sendiri apa yang mereka pikirkan. Saya hanya berguman dari balik lensa "bahagia itu sederhana, saat bisa membuat orang lain bahagia, sebagian lagi iri".
[caption caption="Mengabadikan momen bahagia, itu sangat bahagia (dok.pri)."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H