Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nenek Moyangku Orang Austronesia

11 Agustus 2016   09:12 Diperbarui: 11 Agustus 2016   11:06 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peter Bellwood saya saya temui di Jakarta di akhir bulan Juni 2016 sedang memperhatikan poster arkeologi di UI (dok.pri).

Kata "asu" mungkin sangat familiar di telinga kita. Asu bisa diartikan untuk menyebut 'anjing' (Canis familiaris) atau makian. Mungkin lebih enaknya, asu adalah 'anjing' dalam bahasa Jawa. Tetapi saat Anda berkunjung ke beberapa daerah lain di Indonesia, kata asu juga sama artinya dengan 'anjing'. Mungkin kata asu di beberapa daerah di Indonesia diserap dari bahasa Jawa. Sehebat itukah asu dalam bahasa Jawa dipakai di beberapa tempat di Indonesia, mungkin gegara transmigran? Ternyata tidak sepenuhnya benar. Asu untuk sebutan anjing adalah bahasa asli nenek moyang kita. Jangankan di Indonesia, di Filipina familiar juga dengan asu dalam bahasa Tagalog yang artinya 'anjing'.

Di penghujung Juni, saya bertemu Peter Bellwood. Mungkin bagi yang tak mengenalnya, dia hanyalah sosok kakek bule, berambut putih dengan muka yang serius tetapi sangat ramah. Dia adalah seorang dosen arkeologi di School of Archaeology and Anthropology Australian National University (ANU) di Canberra, Australia. Bidang keilmuannya meliputi prasejarah Asia Tenggara dan Pasifik dari segi arkeologi, bahasa dan biologi, asal usul pertanian. Dia adalah seorang ilmuwan dari Benua Kanguru, yang terkenal dengan teori Out of Taiwan. Jauh sebelumnya muncul teori Out of Africa, yakni tentang kisah perjalanan Homo sapiens dari Afrika menuju Eropa, Asia, Australia. Lebih spesifik Peter Bellwood mengatakan, nenek moyang orang Indonesia datang lewat Taiwan. Secara prinsip saya tidak mempermasalahkan nenek moyang dari mana, tetapi bagaimana dia beragumentasi seperti itu, itulah menariknya.

Warga manila yang olahraga sore di Jose Rizal Park turut membawa anjingnya dan mereka mengatakan "asu" dalam bahasa Tagalok (dok.pri).
Warga manila yang olahraga sore di Jose Rizal Park turut membawa anjingnya dan mereka mengatakan "asu" dalam bahasa Tagalok (dok.pri).
Untuk menjawab alasan Peter Bellwood, kata kuncinya adalah Austronesia. Dia berteori ada satu rumpun bangsa yang memiliki kesamaan dalam berbahasa. Rumpun tersebut diberi nama Austronesia, yang artinya 'pulau-pulau di selatan'. Secara geografis, Austronesia dari ujung Taiwan, Malaysia, Aceh, turun ke selatan hingga ke Madagaskar, lalu naik ke seluruh Indonesia, kembali turun hingga Selandia Baru, hingga ke Hawai. Penuturan dalam bahasa Austronesia inilah yang menjadi dasar kesamaan asal-asul dari mana nenek moyang.

Penyebaran bangsa Austronesia ribuan tahun yang lalu yang menurut teori berasal dari Taiwan.
Penyebaran bangsa Austronesia ribuan tahun yang lalu yang menurut teori berasal dari Taiwan.
Jika terlalu rumit berbicara Austronesia, bisa mengambil contoh yang sangat sederhana, yakni wong Jawa atau wong Tegal (orang Jawa atau Tegal). Katakanlah saya di daerah luar Jawa, saaat mendengar dialek atau aksen saya yang medok orang Jawa, langsung ditanya, "Masnya orang jawa ya?" Tidak peduli Jawa sebelah mana. Begitu juga saat di Jawa sendiri, ada orang ngomong "ngapak" langsung bisa menyimpulkan, "Dari Tegal ya?" Padahal, aksen ngapak atau banyumasan itu sangat luar dari Tegal yang ada di Pantura hingga Cilacap yang ada di Pantai Selatan Jawa. Dari bahasa atau aksen bisa langsung menilai dari mana seseorang berasal, Papua, Ambon, Flores, Batak dan lain sebagainya. Begitu juga dengan teori Out of Africa yang berdasarkan penuturan bahasa.

Wilayah yang dikatakan Asustronesia, berdasarkan kemiripan bahasa.
Wilayah yang dikatakan Asustronesia, berdasarkan kemiripan bahasa.
Pada era sekarang bukan zamannya lagi kita dari daerah mana, beragama apa, suku apa, dan lain sebagainya. Jika menelisik siapa nenek moyang kita, kita akan tersadar bahwa saudara-saudara kita tidak hanya di Pulau Jawa, atau Papua saja, bahkan Indonesia. Saudara kita berdasarkan penuturan bahasa berasal dari satu nenek moyang, yakni bangsa Austronesia, yakni dari ujung Taiwan, Madagaskar, Selandia Baru, hingga Hawai. Salah satu keuntungannya adalah kita dapat mudah berhitung minimal 1 sampai 10, karena pelafalannya sangat mirip saat kita berkunjung ke seluruh pelosok Austronesia, tetapi khusus Indonesia jauh lebih mudah semenjak 28 Oktober 1928. Salah satu sudut pandang dari ilmu pengetahuan purbakala yang mengulik asal-usul manusia, dengan berteori Out of Taiwan.

Hitungan 1 sampai 10 dalam berbagai ragam bahasa bangsa Austronesia.
Hitungan 1 sampai 10 dalam berbagai ragam bahasa bangsa Austronesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun