[caption id="attachment_314365" align="alignnone" width="640" caption="Perahu dengan ikatan kain warna-warni di ujung lunas menjadi penciri khas alat tranportasi negeri gajah putih (dok.pri)."][/caption] Pukul 06.00 telepon kamar hotel berdering pertanda "morning call", menandakan harus segera sarapan. Lidah asia sepertinya tidak asing dengan sajian makan pagi Hotel dengan menu Thailand. Aneka bebuahan selalu tersedia, dan menjadi santapan yang nikmat sebelum di goyang ombak laut andaman. Bus membawa rombongan, entah kemana yang pasti saya menerka-nerka sambil melihat daftar tujuan kunjungan. Mata saya tak henti-hentinya melongok keluar jendela dan sesekali melihat layar ponsel dengan fitur GPS di combo dengan peta offline. Saya hanya mencoba mencari titik persamaan peta dengan kondisi alam. Saat melewati jembatan penghubung pulau Phuket, barulah saya sadar ini mau kemana. Taman Nasional Phang Nga, itulah tujuan kami. Taman nasional ini sangat terkenal di bumi Gajah Putih karena keelokan alamnya dan semakin terkenal saat James Bond memainkan laga aksinya di salah satu pulau di sini. The Man With The Gelden Gun, begitu judul dari agen007 beraksi yang kontak melambungkan Phang Nga ke mata dunia. Sampailah di sebuah toko souvenir, kami diminta turun oleh pemandu dan langsung diantar masuk ke dalam rumah. Ternyata di belakang rumah adalah dermaga perahu yang akan membawa kami menuju pulau yang digunakan dalam pengambilan gambar oleh James Bond. [caption id="attachment_314368" align="alignnone" width="640" caption="Jurumudi mulai menyalakan mesin dan saatnya mengunjungi James Bond island (dok.pri)."]
[/caption] Sebuah perahu kayu dengan panjang 10-15m dengan kapasitas 30 penumpang merapat untuk menjemput para pengunjung. Penumpang wajib memakai pelampung sebagai standar keselamatan, demikian aturan tegas yang harus dilaksanakan oleh setiap pengunjung. Perlahan perahu mulai bergerak yang dikendalikan oleh seorang juru mudi. Mesin kapal ini sepertinya dari mesin truk yang di gosok hingga mengkilat lalu di
crome. Entah berapa tenaga kuda mesin kapal ini, yang pasti mampu mendorong perahu dengan cepat. Riak ombak membasahi penumpang yang duduk di pinggir perahu, sehingga seorang anak buah kapal menutup dinding perahu dengan plastik. [caption id="attachment_314370" align="alignnone" width="640" caption="Hamparan bakau yang berasosiasi dengan nipah menjadi benteng alam dari gerusan ombak laut andaman, inilah flora di taman nasional Phang Nga (dok.pri)."]
[/caption] Mata saya memandang ke kakan dan kiri melihat hamparan tanaman bakau. hampir 30 menit kami melewati kawasan hutan bakau dan perairannya sepertinya masuk dalam kawasan eustaria. Kawasan ini adalah pertemuan air asin dan tawar, sehingga menciptakan kondisi payau. Air yang keruh adalah penciri kawasan ini. Burung elang laut bertebangan kesana kemari dan sesekali menukik tajam ke permukaan air untuk mencengkram ikan dan membawanya terbang. Menurut informasi di Taman Nasional Phang Nga terdapat 82 spesies bakau, yang terdari dari bakau sejati dan bakau ikutan. Sepintas saya melihat jajaran tanaman bakau adalah dari spesies
Rhizophora mucronata. Spesies bakau ini ditandai dengan juntaian akar dari batang yang disebut akar nafas. Bakau ikutan seperti pohon nipah yang masuk dalam keluarga
Palmae. [caption id="attachment_314373" align="alignnone" width="640" caption="Setelah masuk ke laut lepas, terlihat pulau-pulau menjulang tinggi di tengah-tengah laut (dok.pri)."]
[/caption] Akhirnya kapal keluar dari kawasan eustaria dan masuk dalam laut lepas di selat Malaka. Dari kejauhan kelihatan pulau-pulau kecil yang masih nampak tersamar. Pulau-pulau yang menjulang tinggi mirip gedung bertinkat dengan warna kebiru-biruan akibat pembiasan. Rona samar-samar akhirnya semakin jelas rupa dari pulau-pulau yang tercecer di selat malaka ini. [caption id="attachment_314375" align="alignnone" width="640" caption="Pulau batu yang sudah ditumbuhi vegetasi menjadi pesona alam Phang Nga (dok.pri)."]
[/caption] Pulau-pulau tersebut ternyata hanyalah bongkahan-bongkahan batu kapur raksasa yang menyembul dari bawah laut. Fenomena batu raksasa tersebut muncul karena peristiwa tumbukan benua yang saling mendesak, sehingga munculah bagian dasar laut kepermukaan dan jadilah pulau-pulau batu. Walau dari batu kapur, tetapi vegetasi bagian atas dan dinding sudah dipenuhi oleh tumbuhan. Beragam jenis tumbuhan rumput, semak, perdu hungga pohon tumbuh subur. Yang teringat adalah kaluarga
Moraceae yakni beringin yang nampak dari akarnya yang menonjol keluar dan membelit celah-celah batu. Akhirnya perahu bersandar di sebuah pulau Phanyi dengan penduduk mayoritas Muslim. Di pulau ini kami makan siang terlebih dahulu. Menu yang ditawarkan adalah makanan dari produk laut yang pasti tetap ada bebuahan. Di pulau ini fasilitas sangat memadai, bahkan telpon ke tanah air bisa tersambun dengan baik. [caption id="attachment_314377" align="alignnone" width="640" caption="2 orang wisatawan bersama seorang pemandu berkano menuju celah-celah batui (dok.pri)."]
[/caption] Usai makan saatnya kembali menaiki perahu yang akan mengantarkan kami di beberapa gugusan pulau batu ini. Sangat susah melafalkan dan menghafalkan nama-nama pulau batu tersebut, namun ada catatan yang menyelamatkan ingatan saya. Kao Chang adalah sebuah pulau dengan bentuk mirip gajah. Khao Ma Joo pulau mirip dengan anjing. Yang paling menarik adalah kami di bawa melewati celah pulau yang mirip goa yang di berinama Tam Lod. Goa akibat gerusan ombak ini menjadi primadona, sehingga ada tawaran untuk bermain kano menyusuri celah-celah goa batu. [caption id="attachment_314378" align="alignnone" width="640" caption="Trade Mark pulau James Bond, sebuah batu yang menjulang menjadi obyek yang manarik untuk di abadikan (dok.pri)."]
[/caption] Akhirnya kunjungan di tutup do Khao Tapoo dan Kha Ping Gun atau yang di kenal dengan pulau James Bond. Inilah lokasi pengambilan gambar, sehingga pulau ini begitu ramai dengan orang-orang yang penasaran. Usai sudah perjalanan ini, namun sembari pulang ke dermaga Phang Nga saya melamun walau muka ini kena hempasan dari air yang di koyak perahu. [caption id="attachment_314379" align="alignnone" width="640" caption="Sisilain dari pulau james bond, nampak kapal yang siap menghantarkan turis (dok.pri)."]
[/caption] Saya tak menemukan seorang nelayan sepanjang perjalanan dari dermaga hingga kembali lagi dermaga. Jangankan menemukan nelayan, menemukan sampah pun saya sudah padahal itu untuk mencari celah negatif. Sebuah lokasi
wisata yang benar-benar dijaga kealamiannya. Saya bertanya, apakah yang menarik dari Taman Nasional Phang Nga dibanding dengan negeri kita, saya bilang "cuma menang fasilitas, promosi dan kebersihannya". Di Taman Nasional Karimunjawa saya masuk ke pantai, hanya 2 meter berjalan saya sudah bisa menemukan Nemo dan Anemon, tetapi di Phang Nga airnya keruh karena daerah eustaria dan tidak menemukan apa-apa. Saya kembali heran, mengapa disana terkenal seantero jagat bahkan agen rahasia inggris main film disana. [caption id="attachment_314381" align="alignnone" width="640" caption="Para turis berenang di lautan yang keruh dan tak ada bagusnya sama sekali menurut saya. Apa yang membuat mereka mau berenang, padahal pantai di negeri kita lebih baik. (dok.pri)"]
[/caption] Apa yang kurang di negeri kita?. Alam Indonesia tidak kalah bahkan menang segala-galanya, namun anak negeri tidak tahu dimana Wakatobi, Raja Ampat, Derawan tapi begitu Phuket semua tunjuk jari. Saya semakin sedih saat di lantai kapal yang bersih terdapat sebuah sampah minuman anti masuk angin kemasan sachet dan terkenal di Indonesia di buang seenaknya. Siapa pelakunya...? dan siapkah kita menjadi tuan rumah yang baik..? belajar dulu menempatkan sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya