Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Hick Gaul Pak Mul, dari Kelas Bawah hingga Mewah

28 April 2014   16:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_333631" align="aligncenter" width="512" caption="Dengan gaya jenaka dan unik, pak Mul melayani pembelinya sambil meracik OBH 9dok.pri)."][/caption]

"serkong..serkong" kata pak Mul saat melihat tamunya berdatangan. Bagi yang sedang menikmati OBH dan ingi menambah cukup teriak "naik kuda". Begitu juga dengen mereka yang sudah selesai makan akan berkata "kondektur.. kondektur.. saya makan ganja, cucu ikan puas.." dan disahut kasir dengan kata "uang pas". Itulah suasana Hick Gaul Pak Mul di Karanganyar.

Bagi masyarakat Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah tidak asing lagi dengan kata; angkringan, cangkrukan dan wedangan. Kata-kata tersebut bisa diartikan sebagai tempat besosialita bagi masyarakat dan pada umumnya mereka yang berada di kelas bawah. Sebuah warung tenda, dengan kursi memanjang dan menghadap bermacam sajian makanan, kira-kira gambaran singkatnya seperti itu.

[caption id="attachment_333633" align="aligncenter" width="512" caption="Hick gaul Pak Mul yang terletak di tepi jalan Karanganyar - Tawang Mangu (dok.pri)."]

13986517741457143998
13986517741457143998
[/caption]

Di Solo dan sekitarnya, tempat bersosialita atau nongkrong tersebut terkenal dengan nama hick. Ada yang mengartikan Hick dari kata HIK dengan akronim Hidangan Istimewa Kampung, ada juga yang berkata hick dengan suara sendawa yang artinya perut kenyang. Hick atau ada yang menyebut dengan wedangan sangat familiar di Solo dan saban tempat dapat ditemukan warung makan unik ini. Para pembeli biasanya kaum kelas bawah, atau masyarakat biasa karena memang harga yang murah dan sangat terjangkau.

Di depan SMP3 Karanganyar ada sebuah Wedangan atau hick yang sangat istimewa. Hick Gaul Pak Mul, demikian namanya. Jika sedikit terlambat datang, akan timbul masalah, yang pertama tidak dapat tempat parkir dan yang kedua tidak mendapat tempat duduk. Malam itu saya datang cukup beruntung, walau harus parkir di ujung jalan. Mobil-mobil dengan nopol AD, AB dan AE mendominasi parkiran di sepanjang Hick Pak Mul.

[caption id="attachment_333634" align="aligncenter" width="512" caption="Halte yang disulap menjadi tempat lesehan. Halte ini direnovasi oleh perusahaan rokok yang mengapresiasi usaha pak Mul (dok.pri)."]

13986518632108065968
13986518632108065968
[/caption]

Sebuah rumah yang mewah (mepet sawah/tepi sawah) adalah tempat istimewa ini. Puluhan mobil diparkir berderet-deret nyaris tak kalah dengan parkiran pusat perbelanjaan. Dari tempat makan hingga nongkrong dengan aneka makanan dan pelayanan yang unik dan jenaka. Bahkan banyak yang dari luar kota hanya ingin mampir ke pak Mul termasuk saya yang ingin mengobati rasa penasaran. Buka mulai pukul 17.00 dan tutup menjelang tengah malam dan konon katanya selalu penuh sesak. Agar tidak kecewa, jangan datang hari selasa, kerena libur dan pastikan datang berharap keberuntungan bisa mendapat tempat duduk.

Baru saja duduk, seorang pelayan teriak "serkong.. serkong.." artinya geser bokong atau menggeser pantat agar tamu yang lain bisa duduk. Baru pertama kali ini saya makan di wedangan yang tidak seperti biasanya. Orang-orang dari kelas bawah, menengah hingga atas tumpah ruah di sini. Hick Pak Mul menjadi tempat nongkrong favorit warga etnis Tiong Hoa yang berdatangan dari Solo dan Yogyakarta.

[caption id="attachment_333635" align="aligncenter" width="512" caption="Anekan hidangan dengan menu-menu unik dan jenaka siap untuk disantap (dok.pri)."]

1398652010564255507
1398652010564255507
[/caption]

Berjarak sekitar 35 km dari kota solo tidak menjadi persoalan buat para pelanggan untuk menikmati sajian nikmat dari Lasno Agung Mulyono atau Pak Mul. Halte bus di sulap menjadi lesehan untuk tamu, begitu juga dengan garasi dan teras rumahnya. Yang paling unik adalah tingkah polah dan sapa ramah dari Pak Mul dengan bahasa prokem yang lucu. Nasi ganja, mungkin aneh di telinga kita, tetapi itulah gaya Pak Mul untuk menyebut Garang Asem Jamur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun