[caption id="attachment_314951" align="alignnone" width="640" caption="Tawaran untuk menikmati hiburan malam (dok.pri)."][/caption] "Ping pong show mister...?", tawaran-tawaran dari gadis-gadis cantik yang menjajakan jasa hiburan malam. Poster bergambar vulgar menjadi media komunikasi bagi mereka yang ingin menikmati hiburan malam. Harga antara 400 hingga ribuan baht sudah bisa menikmati gemerlapnya malam di Thailand. Waktu menunjukan pukul 22.00, saya mencoba menyusuri lorong-lorang yang penuh lampu kerlap-kerlip dan musik yang menggetarkan gendang telinga. Tiba-tiba di depan saya berbaris orang-orang layaknya mayoret drum band. kulit putih bersih, make up tebal dan wajah yang tirus. [caption id="attachment_314952" align="alignnone" width="640" caption="Saya baru tersedar usai mereka berlalu "]
[/caption] Gadis-gadis cantik ini jalan berbaris dengan membawa selebaran-selebaran berisi agenda hiburan. Sambil sesekali mereka menawarkan dengan lambaian senyum cantiknya. Sejenak saya tersadar, "itu perempuan atau lelaki" pikir saya, namun sayang mereka sudah berlalu. Kembali saya berjalan menyusuri gang di jalan Bangla, sambil berhenti saat melihat sesuatu yang unik. Rayuan-rayuan maut mereka yang menawarkan pertunjukan erotis dengan sopan saya tolak. Para pedagang asongan tak kalah menjajakan pernak-pernik sebagai pelengkap dunia malam. Inilah hebatnya tempat ini, dimana pedagang asongan adalah gadis-gadis cantik yang bersolek dan berpakaian seksi. [caption id="attachment_314953" align="alignnone" width="640" caption="Beberapa pedagang asongan yang menjual pernak-pernik sebagai pelengkap dunia malam (dok.pri)."]
[/caption] Akhirnya saya sampai di ujung jalan dan tepat di depan saya adalah laut Andaman. Saat ini saya menginjakan kaki di pantai Patong. Pasir putih yang lembut yang dalam pemikiran saya pasir di sini diayak hingga halus. Pantai yang sepi, hanya ada beberapa pasangan dua sejoli yang sedang menikmati angin malam sambil menikmati deburan ombak. Mata ini tak tahan lagi dengan kantuk. Lewat gang belakang saya mencoba menghindari keramaian jalan Bangla, namun suasana tak jauh berbeda. Akhirnya sampai juga di penginapan dan sesaat untuk mengistirahatkan badan. Pukul 04.30 yang nyaris tidak terdengar kumandang adzan subuh yang biasa saya dengar di kampung, namun alarm dari ponsel yang meraung-raung. Saatnya menyusuri jalanan Bangla untuk mengais-ngais sisa-sisa kehidupan malam. [caption id="attachment_314954" align="alignnone" width="640" caption="Dari anak-anak hingga orang dewasa, larut pada malam itu (dok.pri)."]
[/caption] Jalan yang agak lengang karena para pengunjung sudah banyak yang pulang. Nampak di depan saya seorang ibu-ibu sedang teriak-teriak, sepertinya karena pengaruh alkohol. Mungkin anak dan suaminya mencoba menenangkan sambil mendorong masuk dalam kabin taksi. Di sisi lain masih ada yang bertahan di meja-meja klub-klub malam. Mereka duduk sambil mengobrol ditemani beberapa botol minuman dan asap rokok yang terus mengepul. Kembali saya menginjakan kaki di pantai Patong, siapa tahu ada yang masih tersisa. Kebiasaan saya pada pagi hari menjelang fajar adalah olah raga lari. Lari-lari kecil di pasir putih sambil mata jelalatan mencari apa yang menarik sebelum tersinari mentari. "bruk.." saya terhuyung dan tersungkur. Kaki saya tersandung botor bir yang ditinggalkan peminumnya, dan salah mata saya yang berkeliaran lari lebih cepat dari kaki saya. Suasana yang masih gelap dan nyaris masih malam hari namun kehidupan disini sepertinya tak mengenal malam. [caption id="attachment_314955" align="alignnone" width="640" caption="Semalam jalan Bangla penuh sesak, begitu pagi nampak lengang (dok.pri)"]
[/caption] Langkah kaki mencoba menyibak sisi jalanan yang masih hiruk pikuk di sisa-sisa keramaian malam. Seorang pemuda sepertinya sedang berpamitan dengan teman kencannya. Dari bahasanya pemuda tersebut dari rusia karena aksen sengau, sedang teman kencanya adalah gadis lokal. Mereka berpisah, pemuda menghentikan taksi dan gadis tersebut jalan menuju tukang ojek. Hiburan malam kini sudah benar-benar menjadi dunia siang seiring mentari yang menyembul dari sisi tenggara. Petugas kebersihan mulai menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Truk-truks sampah hilir mudik mengangkut sampah-sampah yang sudah terkemas rapi. [caption id="attachment_314956" align="alignnone" width="640" caption="Botol-botol kosong ini harus segera di tukar dengan yang baru sebelum malam tiba (dok.pri)."]
[/caption] Di samping klub malam saya menjumpai ratusa botol-botol kosong bertebaran. Nampak 2 orang petugas dengan cekatan memindahkan botol-botol tersebut dalam krat-krat untuk di tukar sebelum malam datang. Para pekerja hiburan malam juga mulai melangkah keluar dari tempatnya bekerja. Wajah-wajah kusut, layu dan lelah namun masih tetap sumringah terpancar. [caption id="attachment_314957" align="alignnone" width="640" caption="Mereka yang pulang dari bekerja di dunia malam (dok.pri)."]
[/caption] Dunia berganti, kini toko-toko dunia siang mulai berbenah. Para pekerja jatah siang mulai berdatang. Ada yang langsung masuk dalam toko-toko, ada juga yang masih menyibukan diri untuk bersolek memanfaatkan kaca di sepeda motornya. Sungguh secuil dunia yang tidak pernah padam walau siang berganti malam dan kembali siang. [caption id="attachment_314958" align="alignnone" width="640" caption="awal dari dunia siang sebelum siang dan malam menjelang (dok.pri)."]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya