Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Candi Ijo, Serpihan Mahakarya di Bukit Gersang

25 Februari 2015   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_399334" align="alignnone" width="640" caption="Komplek utama candi ijo berada di teras tertinggi dangan 1 candi utama dan 3 buah candi yang lebih kecil ukurannya (dok.pri)."][/caption]

Saat langit masih gelap, subuh itu di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang ada hanya sebuah kesunyian. Lampu penerangan jalan sepertinya tak mampu mengusir kegelapan. Dari ufuk timur belum juga muncul secercah cahaya sang surya, padahal kumandang adzan sudah berlalu beberapa saat. Dengan memberanikan diri saya membuka gerbang besi dan berjalan pelan menuju pos penjagaan. Sesosok orang berselimutkan sarung masih terlelap di atas bale-bale. Pelan saya mengetuk kaca jendela, dengan sigap penjaga terjaga dan segera menghampiri saya. "Bisakah pagi ini saya memotret Candi Ijo..?" tanya saya, dan tanpa banyak jawaban "silahkan saja" kembali pintu ditutup.

Sebelum sinar matahari membuncah di langit timur, saya sudah berdiri di pelataran candi. Penyangga kamera sepertinya sudah kedinginan, begitu juga lensa yang masih berembun manakala menunggu terbitnya matahari. Hampir 30 menit berdiri, namun lagi-lagi harus pupus harapan ini, karena langit penuh dengan awan tebal. Alhasil hanya menunggu datangnya cahaya yang berbalut awan tebal tanpa ada secercah sinar.

[caption id="attachment_399335" align="alignnone" width="640" caption="Berada di atas bukit dan menghadap ke barat, titik pandang yang cocok untuk menyaksikan matahari terbenam (dok.pri)."]

14248478871980160893
14248478871980160893
[/caption]

Candi Ijo yang terletak di atas bukit, sebenarnnya cocok untuk menyaksikan terbenamnya matahari, titik pandang yang mirip dengan Candi Boko di sisi utaranya. Pagi pun datang dan sinar yang lembut langsung menghujani candi dari sisi timur. Bangunan candi utama dan 3 buah candi kecil di sisi baratnya terlihat sempurna, sebab sebelumnya hanya remang-ramang. Waktu yang tak boleh disia-siakan untuk melukiskan mahakarya para pendahulu.

Candi Ijo merupakan candi yang dibangun pada abad ke-9 di atas sebuah bukit yang oleh penduduk setempat dinamakan Gunung Ijo. Konon candi ini unik, karena tempatnya tak lazim seperti sebagian candi-candi pada umumnya. Biasanya candi digunakan sebagai tempat pemujaan dan tinggal, sehingga harus memiliki sarana yang memadai seperti; jalan, sumber makanan, sumber air dan tanah yang subur. Bukit atau Gunung Ijo tak seperti demikian, karena bukit kapur ini tandus, jauh dari sumber ari dan jalan yang berliku. Tentu saja ada alasan khusus mengapa candi ini dibuat.

[caption id="attachment_399336" align="alignnone" width="640" caption="Candi utama dilihat dari teras ke-10 (dok.pri)."]

1424847980785689361
1424847980785689361
[/caption]

Candi dengan 17 kompleks dan 11 teras terasa sangat megah bila berhasil dipugar semuanya. Saat ini hanya sebuah candi utama dan 3 buah candi di sisi baratnya yang sudah dipugar. 3 candi tersebut menurut para ahli sejarah berguna untuk memuja Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Candi hindu ini memiliki komplek yang berundak-undak. Candi utama berada paling atas, yakni di puncak bukit, sisanya ada 10 komplek atau teras yang di bawahnya/lereng.

[caption id="attachment_399339" align="alignnone" width="640" caption="10 teras yang tersisa di candi ijo masih dalam tahap rekonstruksi dan pemugaran. Bak mengembalikan serpihan-serpihan bebatuan menjadi bangunan utuh (dok.pri)."]

1424848125749215358
1424848125749215358
[/caption]

Tak berselang lama, kenikmatan memotret dan memiliki candi sendiri harus berhenti. Para pelancong yang sebagian besar adalah remaja mulai berdatangan. Saatnya menyingkir karena kadang tidak tega melihat candi dirusuhi oleh tangan-tangan jahil yang pagi itu sudah merangsek masuk dalam pelataran dengan segala tingkah polahnya. Kisah Candi Ijo belum berhenti sampai di sini, karena ada sebuah papan petunjuk bertuliskan Candi Gupala memaksa saya berhenti.

Lewat sebuah jalan kecil dengan sisi kanan perkampungan saya mencoba mencari Candi Gupala. Bertanya pada beberapa penduduk yang lewat dan hanya menunjukkan arah lurus belok kiri jika ketemu dengan selep batu. Benar saja di sebuah jalan berundak saya menemukan jalan setapak di samping tempat penggergajian batu alam. Sebuah sungai kecil saya lompati lalu mengikuti jalan setapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun