Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature

''Biopori dan Rorak'' Langkah Sederhana yang Menjadi Lompatan Besar Bagi Konservasi Tanah dan Air

25 Februari 2012   04:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:50 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masih ingatkah ''program penanaman sejuta pohon'' atau yang ekstrim semiliar pohon. Sebuah program mulia dalam rangka konservasi lingkungan. Menjadi pertanyaan sekarang, berapa miliar tanaman yang hidup, atau berapa juta yang bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Ibarat kata, menanam pohon adalah mudah, tinggal gali tanah, buka bungkus polybag, benamkan akar pada lubang dan timbu, selesai perkara. Tetapi apakah sampai disitu saja?. Tanaman tak beda jauh dengan bayi yang lahir, dan butuh perawatan dan perhatian pada masa pertumbuhannya dan setelah cukup umur baru di lepas.

Saya tidak yakin, penanaman seribu atau semiliar pohon itu memang benar sebanyak itu yang ditanam, dan hanya sebuah makna simbolis yang hiperbolik semata. Mungkin setengah atau kurang dari sejuta atau semiliar yang ditanam, namun berapa yang hidup coba?. Katakanlah kalau mau realistis, program penanam dan perawatan seratus pohon, jauh lebih bermakna dari pada semiliar pohon dan yang hidup cuma seratus batang. Yang itu mungkin seremonial-seremonial konyol belaka dan dagelan lingkungan. Tidak usah muluk-muluk menghijaukan lahan orang atau negara, yang jelas itu tidak mutlak tanggung jawab kita. Alangkah baiknya jika benar-benar ingin bertanggung jawab, mulailah dari halaman kita masing-masing, baru ke cakupan yang lebih luas. Penanaman seratus, sejuta, semiliar tak ubahnya lahan bisnis empuk bagi penyedian bibit, pemerintah dan oknum-oknum yang mengambil kesempatan dan kesempitan. Urusan keberhasilan, belakangan, yang penting tanam dulu, kira-kira begitu jika berandai-andai.

Saya yakin banyak yang tahu apa itu ''bio pori''. Sebuah lubang buatan ditanah, berbentuk lingkaran dengan diameter 10-15cm dan kedalam 20-30cm. Lubang tersebut kemudian di isi dengan seresah daun, makanan sisa atau material organik dan dbiarkan membusuk. Efek positif pada ''biopori'' adalah menambah hara tanah, proses dekomposisi alami, menyimpan air, memberi napas pada perakaran, dan menjadi habitat hewan dan jasad renik. Sekarang menjadi trend dimana-mana, ada tanah kosong kasih lubang langsung di isi sampah. Salah satu cara yang baik terhadap lingkungan.

Ada satu lagi sistem yang bekaitan dengan konservasi lahan yang acapkali tak disadari namun besar sekali manfaatnya. Teknologinya mirim dengan biopori, tetapi ini lebih besar ukuran dan dimensinya. Teknologi tersebut dinamakan ''rorak''. Nama yang tak asing bagi mereka yang berkutat dengan pertanian dan kehutanan, karena menjadi andalan dalam konservasi lahan dan perbaikan nutrisi.

Rorak adalah lobang galian dengan ukuran panjang 100cm, lebar 50-60cm dan dalam 50cm. Prinsipnya sama dengan rorak yakni untuk menampung sisa-sisa tanaman, seperti gulma, daun hasil pangkasan atau seresah daun. Rorak sudah dipakai sejak jaman penjajahan Belanda, terutama di perkebuanan kopi, cokelat dan teh. Memang secara sepintas tak ada yang istimewa, tetapi dilihat dari kaca mata lingkungan, rorak adalah pahlawan bagi air dan tanah.

Rorak berfungsi sebagai media penyerapan air, yakni air hujan akan ditampung dalam kubangan dan secara pelan akan diserap. Sedangkan lahan tanpa rorak, air hujan tidak terserap maksimal dan banyak yang terbuang, dan acapkali membawa material organik yang subur. Parahnya lagi aliran permukaan yang melebihi daya dukung lingkungan, akan berakibat erosi lahan. Rorak akan menjadi tempat penampungan air, menyerap dan menyimpannya, sehingga kuantitas air tanah bisa ditingkatkan.

Menjadi habitat fauna tanah dan jasad renik. Gulma hasil penyiangan, daun hasil pangkasan akan di dekomposisi atau dihancurkan oleh mahluk-mahluk penghuni tanah. Lebih kompleks lagi, material organik tersebut akan diuraikan menjadi pupuk yang subur dan bermanfaat bagi tumbuhan. Adanya fauna tanah dan jasad renik menjadi indikator tanah yang sehat, sebab tanah tersebut kaya akan makanan.

Rorak yang telah penuh dengan sampah tumbuhan, kemudian di timbun lalu berpindah dengan membuat lubang di sekitarnya. Artinya sampah yang membusuk akan menjadi humus, material yang subur berupa kompos. Nah jika tanah sudah subur, maka tak perlu dilakukan pemupukan, sehingga hemat. Tanah juga akan meningkat tingkat kesuburannya, sehingga kwalitas tanah semakin membaik.

Membuat bio pori, atau rorak adalah sebuah langkah kecil dan sederhana, tetapi menjadi lompatan bagi konservasi tanah dan air. Kalau disadari bio pori dan rorak, sangat besar manfaatnya, bayangkan saja, berapa banyak air yang terserap dan disimpan, berapa banyak mahluk hidup yang tinggal, berapa besar material organik yang baik untuk tanaman. Tanpa disadari, langkah kecil tersebut akan semakin bermakna bagi lingkungan jika diterapkan banyak orang. Lahan tak subur, lahan kritis, kekurangan air, banjir, erosi, kelangkaan pupuk, bingung buang sampah organik, hanya menjadi masa lalu jika kita benar-benar mau bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dimulai dari halaman, kebun, ladang baru ke lahan yang lebih luas. Langkah kecil kita adalah lompatan besar bagi lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun