[caption caption="Gading stegodon hasil penggalian di situs pucung-sangiran (dok.pri)."][/caption]
Saya membayangkan tanah Jawa sekitar 300.000 tahun yang lalu. Sebuah hutan hujan tropis yang lebat dengan pepohonan seperti pencakar langit. Di angkasa berterbangan kepak-kepak sayap burung-burung raksasa begitu juga dengan sungai-sungai penuh dengan kuda nil. Di darat dikuasai oleh hewan-hewan liar dan buas. Stegodon yang sedang menginjak dewasa, salah satu spesies gajah mungil berlarian kesana-kemari, tanpa sadar terperosok dalam sungai. Dia terjebak, lelah, kemudian menemui ajalnya. Hari ini 10 desember 2015, jasad dari stegodon muda ini diangkat setelah terkubur selama lebih dari tiga ribu abad lamanya.
[caption caption="Para arkeolog menapis lapis demi lapis lapisan batuan dan mencatat setiap temuan (dok.pri)."]
Sejak tahun 2012, situs Pucung di Dayu kawasan situs purbakala Sangiran-Jawa Tengah diteroka. Beragam penemuan benda-benda purbakala menjadi bukti bahwa di lokasi tersebut adalah hunian manusia purba. Bola batu salah satu temuan yang paling menarik, karena merupakan alat yang digunakan manusia pada saat itu. Batu-batu dibentuk bulat lalu diperhalus sebagai senjata atau peralatan tumbuk. Di situs pucung sudah ditemukan beberapa alat batu jenis ini.
[caption caption="Sudah 3 tahun terakhir ini, pucung menjadi lokasia pengalian untuk meneliti kehidupan pada jaman purba (dok.pri)."]
Awal tahun 2015 saya mendapat kesempatan bergabung dalam eskavasi di pucung. Kegiatannya adalah berangkat pagi-pagi ke situs penggalian lalu menyisir lapisan batuan, selapis demi selapis. Setiap temuan berupa batu atau fosil diukur dimensi dan lokasinya lalu dicatat. Pekerjaan ini sepertinya memetakan apa yang semua terpendam dalam perut bumi.
Saat menyisir lapisan berusia lebih dari 300 ribu tahun, bilah bambu sebagai sendok membentur benda keras. Belum jelas kira-kira benda apa tersebut. Prof. Franchois Semah selaku kepala peneliti meminta penggalian tetap dilanjutkan secara pelan, hati-hati dan selapis demi selapis. Akhirnya selama 1 bulan belum diperoleh hasil, benda apa yang ditemukan tersebut. Ijin penggalian sudah habis, lalu benda tersebut didiberi lapisan semen agar aman dari pengaruh luar.
[caption caption="Persiapan sebelum fosil stegodon di angkat (dok.pri)."]
Hampir setahun berlalu, maka awal bulan dipenghujung tahun 2015 penggalian dilanjutkan kembali. Kali ini misinya melanjutkan penggalian dan mengangkat benda temuan. Perlahan tanah disisir dan pelan-pelan terlihat. Sebuah gading gajah dengan panjang lebih dari 1m terlihat menonjol. Geligi gajah juga nampa masih utuh. Jika dicermati, fosil ini adalah patahan rahang stegodon bagian atas sebelah kiri. Gigi geraham yang besar dan gading yang panjang, bisa dibayangkan kehidupan pada masa itu seperti apa.
[caption caption="Geligi geraham stegodon nampak jelas dan menjadi pertanda makanan apa saja yang dulu dikonsumsi (dok.pri)."]
Akhirnya seluruh tim dikerahkan untuk mengangkat fosil rahang stegodon ini. Cairan berbusa ditumpahkan untuk membungkus fosil dan tak berselang lama lapisan gabus sudah menyelubungi. Berat fosil diperkirakan sekitar 150 kg dan membutuhkan sedikitnya 6 orang untuk memikul. Sebuah temuan yang berharga dan tak ternilai, jika melihat asal usul dan prosesnya. Menjadi pertanyaan selanjutnya “fosil ini mau di apakan..?” kata pak Andri selaku peneliti. Saat ini fosil sudah disimpan di Museum Dayu-Sangiran, tetapi kedepannya hendak diapakan, apakah sebatas dipajang atau diapakan agar terkuak misteri masa lalu tentang stegodon yang beranjak dewasa ini. Yang pasti tanah Jawa ini didalam tanahnya terdapat hutan-hutan purba beserta binatangnya yang kini sudah memfosil, mampukah kita menguaknya..?