Dari sela buff dan kerah kausnya terlihat luka kulit mengelupas di pundak sisi kanannya. Luka yang menjadi tanda betapa kerasnya  perjalanan untuk mengubah nasib di lereng istanan dewi Anjani. Fendi, pemuda berusia 25 tahun, kesehariannya menjadi porter/pengangkut barang-barang pendaki yang membutuhkan jasanya. Dia bersama ayah dan pamannya menjadi andalan pendaki yang ingin menapaki puncak Rinjani. Kini sekitar 200 porter mengadu nasib di punggung Rinjani, tak sekedar membantu pendaki,  tetapi ada pundi-pundi rupiah yang menjadi rejeki.
Pagi ini, halimun masih menyelimuti Desa Sembalun di lereng tenggara Gunung Rinjani. Puncak Pegasingan nampak membentengi desa ini dengan punggungnya yang kokoh. Sebuah desa diatas ketinggian sekitar 1.200 m dpl terasa menusuk tulang pagi ini dengan hawa dinginnya. Sebuah desa yang mengingatkan pendakian dimana gunung ini masih sepi dan tidak seperti saat ini.
Ransel ukuran ukuran besar hanya ada dibeberapa pundak pendaki, sisanya banyak yang menempel di punggung penduduk lokal. Dahulu jarang sekali ada yang memakai jasa porter, bukannya tidak ada namun belum lazim. Bagi saya, selain tidak lazim juga belum mampu membayar untuk sekelas dompet mahasiswa.
Porter menjadi pekerjaan yang baru. Dahulu warga Sembalun menggantungkan hidupnya pada pertanian. Pernah mendapat cap sebagai penghasil bawang di NTB karena pertaniannya yang produktif. Saat ini pertanian tak semeriah dahulu, seban sudah bergeser ke bisnis pendakian.
Mendaki gunung saat ini bukan lagi salah satu tujuan hidup, tetapi sudah menjadi gaya hidup. Naik gunung menjadi trend baru anak muda, agar memiliki eksistensi dalam pergaulan. Semua bisa mendaki, tanpa perlu bersusah payah menggendong ransel yang berat. Cukup ikut paket pendakian, atau datang sendiri mencari porter untuk menemani mendaki.
Porter bak selebritis untuk saat ini, karena selalu ada saja yang mencari untuk membayar jasanya mendaki Rinjani. Porter bukan lagi orang asing, tetapi sudah menjadi bagian pendaki. Bahkan ada juga pendaki yang menEyerahkan semua pendakiannya kepada porter, dari makan, tidur, jalan. Pendaki cukup bawa diri dan uang yang cukup.
Semalam saya hanya berangan-angan, bagaimana jika tidak mendapatkan porter. Pagi menyingsing dan saya mendapatkan kabar yang baik. Ada 1 orang porter yang baru saja turun gunung, tetapi belum yakin dia mau naik lagi atau tidak. Sekita harapan kami hampir pupus karena tidak kunjung ada jawaban.