Semua mahluk tidak ada yang ingin mati konyol. Mereka tetap ingin eksis, bagaimanapun caranya. Dan kini ujian buat Homo sapiens yang masih bertahan hingga 2020 adalah perang melawan corona.
Sudah hampir 6 bulan dunia ini berpacu melawan corona. Entah sudah berapa juta liter disinfektan disemprotkan, berupa ribu liter hand sanitizer disapukan. Hasilnya masih saja ada yang tersisa buat si virus brengsek ini, bahkan ada yang grafiknya masih menanjak ke atas.
Manusia sedang menunjukan kekuatanya melawan seleksi alam ini. Manusia lupa, nenek moyangnya sudah mengajarkan bagaimana agar bisa eksis. Dahulu seleksi alam sangatlah kejam dibanding saat ini.Â
Akal budi manusia sudah berkembang pesat, sehingga bisa menciptakan vaksin atau upaya pencegahan. Namun di balik kejamnya masa lalu, masih ada juga yang selamat.
Saat ini manusia diajak beradaptasi terhadap seleksi alam ini. Corona tidak pilih-pilih musuh, yang dia hadapi hanyalah orang yang imunitas kuat dan lemah saja.Â
Manusia juga tidak bisa menutup diri dari ancaman musuh. Segalam macam virus bisa saja bersarang setiap saat, dan kali ini tergantung dari mekaninsme pertahanan dirinya.
Proses evolusi sedang berlangsung untuk menciptakan manusia-manusia yang adaptif dan selektif. Manusia yang adaptif adalah yang memahami situasi dan kondisi dan harus tahu harus bagaimana.Â
Sederhananya adalah ikuti anjuran mereka yang lebih paham dan menguasai, dalam hal ini pemerintah dan jajaranya. Ikuti saja, mereka sudah teruji dan belajar dari banyak hal, dan di belakang mereka berderet-deret para pakar.
Setelah menjadi manusia yang adaptif, mari ikuti dan persiapkan seleksi alami ini. Jaga diri masing-masing, dan bersiap menghadapi serangan ini. Manusia adalah produk seleksi alam.Â
Tidak percaya, kita yang hidup saat ini adalah pemenang dari seleksi alam yang ketat saat separo kembaran kita adu cepat menuju sel telur. Seleksi belum sampai disitu, sebab harus diuji selama 9 bulan 10 hari, lalu lahir sampai saat ini. Ribuan bahkan jutaan jenis mikroorganisme sudah mampir di tubuh kita, dan imunitas tubuh sudah mencatat semuanya untuk membuat penangkalnya.
Sebagai alumni seleksi alam kini ujian semakin berat, namun kita tidak sendiri. Semua sedang menjalani, namun dengan tingkat kesiapan yang berbeda-beda. Bagi kita yang adaptif dan mampu, setidaknya bisa membantu yang kurang siap dan tidak mampu, karena manusia adalah mahluk sosial.Â