Infeksi corona naik, masyarakat panik. Salah satu kepanaikan masyarakat adalah kelangkaan bahan penunjang personal higiene yakni hand sanitizer. Sebenarnya jika mau melihat sekeliling, masih ada bahan-bahan yang bisa dibuat hand sanitizer sendiri tanpa bingung kesana-kemari.
Nenek moyang kita, turun-temurun sudah mengajarkan membuat sanitizer atau sebut saja antiseptik atau antimikroba. Lihat saja film-film tentang pendekar. Saat ada yang luka, mereka mencari daun-daunan lalu dikunyah atau ditumbuk sebentar dan dioleskan di luka. Apak maknanya? Di dalam tumbuhan terdapat senyawa bioaktif yang dapat mencegah infeksi kuman penyakit.
Tumbuhan sebagai organisme yang tidak bisa bergerak, sangat susah menghindarkan diri dari mangsanya (virus, jamur, bakteri, dan herbivor-pemakan tumbuhan). Karena merasa terancam, maka tumbuhan membuat sistem pertahanan diri agar tidak diserang oleh pemangsanya. Sistem pertahanan diri dibuat dengan memroduksi zat-zat yang sifatnya toksit atau racun dan atau yang tidak disukai mangsanya.
Zat pertahanan diri tersebut dikenal ilmuwan dengan senyawa antinutrisi. Mengapa antinutrisi, karena tidak memiliki nilai gizi. Hampir semua tumbuhan memiliki senyawa antinutrisi. Senyawa antinutrisi antara lain; lektin, oligosakarida, enzim penghambat, fenol, saponin, HCN, polifenol, tanin. flavanoid dan masih banyak lagi yang lainnya.
Senyawa antinutrisi tersebulah yang sebenarnya bisa kita manfaatkan sebagai antiseptik. Alam, melalui tumbuhan sudah menyediakan, tinggal kita manfaatkan. Lantas tumbuhan apa saja yang familiar disekitar kita?
Mari kita amati dan cari tumbuhan apa saja yang bisa kita karyakan sebagai antiseptik. Ciri-ciri yang mudah kita temukan adalah tumbuhan memiliki aroma atau bau yang spesifik. Contoh daun jeruk, serai wangi, lavender, sirih, sedap malam, kamboja, pegagan, dan masih banyak yang lainnya.
Tidak kalah penting adalah cari aroma yang baik atau enak, jangan sampai aromnya malah membuat kita tidak nyaman contohnya bunga Lantana camara/tembelekan,  daun kentut (Paederia foetida), atau Bandotan (Ageratum conyzoides), kecuali anda tahan. Yang pasti cari aroma yang enak, karena sekaligus sebagai aroma terapi.
Saya ambil contoh sederhana. Daun sirih atau serai wangi yang ada disekitar kita. Langkah sederhana yang untuk membuat adalah pastikan dicuci bersih jangan sampai ada kotoran yang menempel. Lalu dilakukan perajangan sekecil mungkin, selembut mungkin. Tujuan perajangan adalah untuk memerluas permukaan. Permukan yang luas akan memermudah untuk mengeluarkan senyawa bioaktif-anti nutrisi itu keluar.
Untuk melarutkan senyawa bioaktif dapat dilarutkan dengan air, karena sebagian besar bersifat polar (larur air). Untuk memermudah kita gunakan air panas, yakni dengan cara menaruh di dalam wadah berisi air panas lalu kita kukus. Mengapa tidak direbus saja? Jika direbus nantinya akan banyak senyawa yang hilang akibat paparan panas yang tinggi. Konsentarsi untuk proses ini adalah satu bagian dari daun dan 4 bagian dari air dan lama pengukusan sekitar 15 menit saja.
Ekstrak daun sirih atau serai tidak bisa bekerja sendiri melawan mikroba, namun harus diberi bantuan. Paling gampang adalah tambahkan alkohol (70) sekitar 30%, jika ada trikolasan bisa ditambkan 1,5-2%, dan ekstrak lidah buaya 10%.\