Pulau Enggano. Dalam obrolan di rumah panggung, beliau nampak bersemangat menjelaskan tentang sejarah orang-orang Enggano pada masa lalu.Â
Siang itu saya berkunjung di salah satu rumah kepala suku diSingkat kata, saya berpamitan dan meminta beliau foto bareng di depan rumah. "Anak muda, bantu saya turun. Lutut saya sakit gara-gara kebanyakan makan emping melinjo", saya mau tertawa tapi takut dosa, "Ayo Tuk saya bantu, sudah tau asam urat masih nekat", kata saya, "enak" jawab dia sambil terkekeh.
Botani  Melinjo
Pulau Enggano sebagai salah satu pulai terdepan di Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yakni melinjo (Gnetum gnemon) yang melimpah. Hampir setiap rumah penduduk di Enggano memiliki pohon melinjo. Kaum perempuan, sudah pasti tahu bagaimana mengolah biji melinjo sebagai emping yang kadang membuat terlena bagi yang memakannya.
Secara botani, melinjo termasuk gymnospermae (yunani gymnos-telanjang, dan spermae-biji) atau tumbuhan berbiji terbuka. Sepintas, yang dikatakan buah sebenarnya adalah biji yang dibungkus oleh kulit biji.Â
Di dunia ada 7 tumbuhan gymnospermae dan 3 di antaranya sudah punah yakni: Bennetophyta, Cordaitophyta, Pteridospermophyta, sedang 3 sisanya masih ada saat ini yakni: Pinophyta, Ginkgophyta, Cycadophyta, Gnetophyta. Melinjo termasuk dalam divisi Gnetophyta.
Sebagai tumbuhan purba yang masih ada sampai saat ini, melinjo memiliki beragam manfaat. Pohonnya sebagai peneduh sekaligus pembatas lahan, batangnya digunakan sebagai bahan bangunan, kulit batang digunakan sebagai tali, daun mudanya digunakan sebagai sayur, dan bijinya digunakan sebagai bahan pangan.
Di Enggano, melinjo mendapat tempat tersendiri karena tanaman ini sudah ada sejak dulu kala. Jika ditelusur sejara melinjo, maka tanaman ini berasal dari Asia tropik, Melanesia, dan Pasifik Barat. Persebaran melinjo yang luas ini maka akan menciptakan karakteristiknya masing-masing karena adaptasi terhadap lingkungan.
Pada tahun 2015, LIPI meneliti tentang melinjo di Enggano. Melinjo Enggano dianggap sebagai plasma nuftah yang harus dilestarikan, karena memiliki ciri khas berbuah besar dan rasanya tidak pahit.Â
Melinjo jenis ini kemungkinan dari jenis melinjo yang tumbuh liar di hutan karena ditemukan di hutan pamah (dataran rendah). Hingga saat ini, melinjo inilah yang banyak tumbuh dipekarangan penduduk.
Mengolah Melinjo