Di sebuah kerajaan, seorang raja berkuasa dengan segala kewenangan dan kekuasaannya. Dia lupa akan derita rakyat, karena terlena dengan tahtanya. Kerajaan menjadi carut marut, korupsi merajalela, penyelewengan uang kerajaan, dan rakyat menderita. Para Dewa gundah, lalu turunlah Dewa Wisnu untuk memperbaiki keadaan.Â
Para bidadari yang cantik jelita mencoba menggoda Dewa Wisnu dan dewa-dewa lainnya agar mereka mengurungkan niatnya. Akhirnya Raja pun tersadar dan segera memerbaiki keadaannya. Sepenggal kisah dari dari lukisan kain sutera seluas 7x2,5 m yang dipajan di lobi utama Museum BPK RI di Magelang.
Magelang identik dengan kota getuk dan militer. Bukit tidar terlihat kokoh di belakangnya megah berdiri Gunung Sumbing dan Sindoro. Gunung Merbabu dan Merapi berdiri berdampingan di sisi timur. Candi Borobudur menjadi ikon landmark kota ini. Magelang memang gemilang, tag line kota ini. Namun, baru kali ini saya melihat ada Museum berdiri di sini.
Sapa ramah penjaga museum menyambut saya, sesaat saya meminta ijin untuk masuk museum. Sebuah buku saku diberikan kepada saya untuk menjadi pemandu. Museum BPK RI, salah satu museum yang menjadi sejarah tentang tata kelola keuangan negeri ini. Museum dengan moto "Pengawal Harta Negara" membuncah rasa penasaran saya.
Berbicara tentang BPK, yang terlintas adalah masalah pengawasan keuangan. Jika ada petugas BPK, identik dengan guru BP yang masuk ke dalam kelas "pasti ada masalah". Memang benar, BPK menjadi salah satu badan yang diberi kewenangan untuk mengawasi keuangan negara ini.
Di balik angkernya BPK, saya mencoba menelusuri museum ini. Ruang pertamam langsung di sambut oleh Lukisan karya Kuswadji Kawindrosusanto. Lukisan yang menceritakan filosofi kerja BPK dalam rangka menjaga dan memerbaiki tata kelola keungan negara. Lukisan ini ada pada masa Umar Wirahadikusumah menjabat sebagai ketua BPK 1978-1983. Lalu lukisan dari sutera ini disimpan dalam museum ini.
Wajah Sokarno-Hatta sebagai Dwi Tunggal terpampang besar di dinding sudut ruangan. Merekalah yang memelopori beridirinya BPK pada 1 Januari 1947. BPK didirikan untuk menjadi pengawal keuangan negara sekaligus menjaga harta negara.
Beralih di ruangan berikutnya yang kali ini lebih dinamis. Sentuhan teknologi begitu terasa dengan dipasangnya beberapa layar datar yang memberikan informasi tentang BPK. Ruangan ini juga interaktif, dimana pengunjung bisa mencari semua bab tentang BPK.
Salah satu ruangan yang membuat saya kembali pada memori bangku SD adalah saat melihat potret para pembesar/ketua BPK dari waktu ke waktu. Dahulu guru SD di mata kuliah IPS selalu memberi tebakan, siapa yang bisa menjawab pertanyaan bisa pulang terlebih dahulu. "Siapa ketua BPK", langsung saya angkat jari telunjuk dan teriak "saya pak.. saya pak, bapak Satrio Budiharjo Joedono", "ya betul, boleh pulang". Saya ingat ketua BPK saat itu karena selalu terpampang di buku kecil yang isinya UUD45, butir Pancasilan, dan jajaran para Menteri.

Ruang yang terakhir yang menbuat saya terkesima adalah kids museum. Ruangan ini didesain untuk anak-anak TK dan SD. Ruangan dengan warna-warni cerah ini diperuntukan untuk mengedukasi anak-anak. Karena penasaran, lepas alas kaki lalu masuk. Andaikata saya masih SD, bakalan saya lahap semua apa yang di dalamnya.