Dengan tangan kosong, Arjuna sebagai seorang kesatria tidak sanggup melawan para raksasa yang mengganggu para Brahmana yang sedang bertapa. Dia nampak ragu, sesaat hendak mengambil busur dan anak panahnya yang tersimpan di dalam kamar, sebab di dalam ada kakaknya, yakni Yudistira yang sedang istirahat bersama Drupadi. Dengan segala pertimbangan akhirnya dia masuk kamar dan mengambil senjatanya lalu menghabisi para raksasa. Dia pun meminta maaf kepada kakaknya, karena telah lancang masuk di kamarnya tanpa ijin.
Meskipun dimaafkan, dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri lalu sebagai penebusan, dia bertapa di sebuah pertapan yang bernama Indrakila. Indrakila adalah tempat yang bermakna suci dan kemilau, tetapi siang ini Indrakila nampak riuh dengan tari-tarian dan tetabuhan. Arjuna pun bangkit memangkat kameranya.
Hari Tari Sedunia
29 April yang diperingati sebagai tari sedunia, menjadi momentum bagi anak muda Kabupaten Boyolali untuk menyemarakannya. Dengan tema "Motion and Nature" pargelaran festival tari dilaksanakan di Kebun Raya Indrokilo. Lokasi yang sangat menarik, meskipun Indrokilo adalah nama tempat pertapaan dalam cerita pewayangan, namun kali ini para pertama dari Boyolali turun gunung untuk mementaskan tariannya.
Di lahan seluas 8,9 hektar ini telah dijadikan kebun raya yang nantinya akan mengoleksi tumbuhan khas nusantara. Namun kali ini dijadikan sebagai panggung tari bagi sekitar 25 kelompok tari yang akan mementaskan dari pagi hingga petang tiba. Momentum ini diambil bertepatan dengan hari tari sedunia, sebab di kota sebelah yakni solo juga diadakan tari dengan 5000 penari.
Para Penari
Sebuah fakta mengejutkan jika penari tersebut ternyata tuna rungu. Musik yang mengalun memekakan telinga bagi dia adalah sebuah kesunyian. Kembali saya mengulang rekaman dari apa apa yang saya saksikan baru saja, sepertinya tidak ada yang terlewati. Seorang siswi SMPLB, dengan luar biasa membawakan tarian yang hanya dipandu oleh seseorang yang bagi kita tidak masuk dalam pertunjukan. Ini adalah salah satu apresiasi bagaimana tari adalah milik semua. Meskipun yang lain terhenyak dalam alunan dan gerakan, dia tetapi menari dalam keheningan.
Pertunjukan tarian tidak hanya yang bersifat kolosal, tetapi ada juga yang berpasangan. Dikisahkan ada 2 orang abdi dalem di jaman Kasunanan Surakarta yang bertugas menyalakan lampu saat senja tiba. Dua abdi dalem ini memiliki perilaku yang jenaka, sehingga setiap tariannya penuh dengan unsur humor yang mengundang gelak tawa dari penonton. Tari Ganjur ganjret demikian namanya, sepertinya kisah bapak dan anak yang memainkan peran sebagai abdi dalem.