Beberapa kali saya berselancar di situs berbagi video Youtube untuk melihat tingkah polah orang yang nyasar masuk dalam jalan bebas hambatan. Dalam tayangan tersebuta ada ibu-ibu masuk jalur tol mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang terjadi selanjutnya yang pasti saya pernah kena damprat ibu-ibu yang naik sepeda di jalan tol. Saya mencoba memberikan tanda bel, bukannya minggir atau memberi jalan malah berhenti dan alhasil saya terjadi karena menghindari, lalu di kena semprot habis-habisan. Pengalaman seumur hidup bersepeda di jalan tol dalam Festival Tol 2017.
Baru saja melihat laman Jasa Marga yang memberikan pengumuman tentang adanya festival jalan tol ruas Salatiga-Bawen, rasa kecewa harus ditelan. Kolom pendaftaran secara daring sudah ditutup karena sudah memenuhi kuota. Sebanyak 4.500 pendaftar, baik yang mengikuti jalan santai, lari 22,7 km, sepeda jarak 22,7 Km, dan sepeda jarak jauh 35 Km.
Minggu pukul 05.00 saya mencoba mengayuh sepeda menuju gerbang tol Salatiga yang terletak di Tingkir. Konon gerbang tol ini adalah yang terindah, karena berlatar gunung Merbabu. Bagi saya yang tinggal di Salatiga dan saban hari melihat gunung Merbabu seolah tidak ada yang istimewa, tetapi bersepeda di jalan tol adalah momen istimewanya.
Sebagai peserta gelap saya mencoba menyelinap dari bahu tol untuk masuk di jalan tol. Tanpa baju peserta dan nomer regristrasi, ternyata diperbolehkan panitia, karena acara memang untuk umum. Festival jalan tol diawali dengan lomba lari sejauh 22,7 Km. Peserta akan menempuh jarak 11 Km, lalu kembali ke titik awal perlombaan. tercatat ada 80 peserta lomba lari ini. Sengaja dilakukan pagi-pagi buta agar tidak terpapar panas.
Yang menarik perhatian adalah rombongan bapak-bapak yang memakai seragam tentara perjuangan era kemerdekaan. Mereka mengendarai sepeda onthel klaksik lengkap dengan kostum dan pernak-pernik berbau kemerdekaan dan perjuangan. Raut wajah mereka seolah ingin mengejar pasukan penjajah di KM 18. Sepertinya mereka lupa umur, karena begitu asyiknya menikmati jalan menurun menuju arah Jembatan Tuntang. Perjuangan mereka terhenti, mereka berbalik arah di Km 10, karena perjuangan sebenarnya adalah saat kembali ke gerbang tol Tingkir dengan jalan menanjak.
Foto lengkap di IG @dhavers
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H