Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Geliat Batu Mulia di Martapura

4 Juli 2017   08:45 Diperbarui: 4 Juli 2017   12:10 2527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datanglah seorang lelaki paruh baya. Dengan muka memelas dia menawarkan batu permata. "Ini mas, sebuah 25 ribu, jika beli 3 cukup bayar 60 ribu" tawarnya dan saya mengiyakan saja. Tak seberapa lama, datanglah lelaki yang menawarkan "mas ini 3 biji bayar 50 ribu saja" lalu saya beli lagi. Sekali lagi saya membeli saat ada yang menawarkan batu seharga 10 ribu per bijinya. Pengalaman pertama menjelajahi Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.

Bagimana kabar para pecinta batu mulia-akik. 3 tahun yang lalu, masyarakat sempat gempar dan heboh gegara demam batu akik. Dari warung kopi, ruangan kantor, sampai kabin pesawat ada saja yang membicarakan tentang batu akik. Bagiamana sekarang gaung batu akik, sepertinya semakin lirih, sayup-sayup terdengar bahkan ada yang hening.

Trend batu akik saat ini sedang terbenam, nyaris tenggelam karena masa yang berlalu. Di balik pamor yang mulai pudar, ternyata di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat masih saja banyak penggemar batu akik yang berburu. Mereka adalah pecinta sejati, bahkan mengaku dirinya adalah kolektor.

Gerbang Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.(dok.pri).
Gerbang Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.(dok.pri).
Pagi itu saya diajak ikut mengulik tentang pasar batu mulia terbesar di Kalimantan, mungkin satu-satunya di Indonesia. Terdapat 87 kios atau toko yang menjual batu permata, baik yang sudah jadi atau masih dalam wujud bongkahan. Batu yang dihargai ribuan hingga jutaan, bahkan ada yang berbisik harganya mencapai miliaran rupiah.

Pedagang perhiasan di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan. (dok.pri).
Pedagang perhiasan di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan. (dok.pri).
Saya tidak bisa membayangkan, berapa jika semua aset jualan ini diuangkan, mungkin bisa mencapai triliunan rupiah. Tidak hanya batu mulia, tetapi beragam kekayaan Kalimantan Selatan juga diperdagangkan. Ada beberapa toko yang hanya menjual batu mulia. Beberapa toko ada yang menjual batu mulia sekaligus makanan khas kalimantan. Ada juga yang menjual kain batik sasaringan, pernak-pernik khas suku dayak.

Ibu-ibu pejabat yang sedang berbelanja perhiasan di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.(dok.pri).
Ibu-ibu pejabat yang sedang berbelanja perhiasan di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat-Martapura, Kalimantan Selatan.(dok.pri).
Dibutuhkan kecermatan dalam membeli di sini dan pastikan tidak terburu-buru, terlebih dengan bujuk rayu. Pedagang batu mulia asongan akan mengintimidasi pembeli terlebih mereka yang datang dari luar. Pertama mereka akan menawarkan batu dengan harga tinggi, jika mereka berhasil menjual makan akan datang pedagang lain dan menawarkan dengan harga  yang sedikit lebih rendah, begitu seterusnya.

Batu mulia yang diobral karena nilai jualnya yang semakin turun (dok.pri).
Batu mulia yang diobral karena nilai jualnya yang semakin turun (dok.pri).
Kejelian dan kehati-hatian sangatlah penting. Inilah menarik dan tantangan berbelanja di sini. Ada jalinan komunikasi yang manarik, tawar menawar yang impresif hingga acapkali berkahir dengan ketidak sepakatan. Ada pula mereka yang main hajar saja begitu mendapat barang yang diingunkan. Entah sudah berapa banyak red bornea di saku saya yang saya beli dari harga 25 ribu sampai 10 ribu perbuahnya. Di kios paling ujung yang nampak sepi, saya melihat sebuah baskom bertuliskan "red borneo Rp 5.000,00" , "ah sialan" gerutu saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun