Saya tertarik ada sebuah akuarium di Rumah Makan Sri Melayu-Palembang. Aneh bukan, bukannya seharusnya tertarik makanan khas Palembang dan Melayu, tetapi malah dengan hewan peliharaan rumah makan. Roni salah seorang karyawan rumah makan tersebut menjelaskan tentang ikan yang katanya sudah langka. Sekilas melihat ikan tersebut saya teringat dengan pesawar berukuran jumbo buatan Airbus yang dengan seri A300-600ST atau yang dikenal dengan Beluga. Sepintas bentuk kepala pesawat tersebut mirip dengan ikan yang ada di akuarium, mocong kecil, tetapi kepala akan melebar hingga ke ekor. Mungkinkan ikan Belida ada hubungannya dengan pesawat Beluga..?
Air Bus beluga (youtube.com)
Orang Palembang menyebutnya Belido atau Belida, orang Banjar menyebutnya dengan ikan pipih. Dunia internasional menyebutnya dengan ikan pisau. Ikan dengan nama ilmiah
Chitalia lopis atau
Notopterus chilata memang sangat unik dan saat ini dibeberapa tempat sudah dinyatakan punah. Menghilangnya ikan ini karena banyaknya perburuan untuk kebutuhan konsumsi.
Ikan Belida adalah salah satu ikan favorit. Saat ini harga ikan ini berkisar Rp 120.000,00 - Rp 150.000,00. Di Palembang, ikan belida banyak diolah menjadi pempek atau amplang (sejenis kerupuk). Bersarnya permintaan ini akan berbanding dengan ketersediaan di alam. Pada tahun 1980an ikan ini dengan mudah ditemukan di Sungai Musi, bahkan di Ciliwung (Jawa Barat) tahun 1998 masih ditemukan dalam jumlah banyak, setahun kemudian sudah tidak lagi ditemukan.
Ikan belida (http://ffish.asia)
Kelangkaan ikan jenis ini membuat statusnya terancam sehingga harus dilindungi. Dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No.716/Kpts/UM/ 10/1980 dan PP. Nomor 7 Tahun 1999 berisi tentang perlindungan terhadap ikan dari genus
 Chitala yakni dari spesies
Chitala lopis dan
Notopterus notopterus. Negara sudah turun tangan tentang pelestarian salah satu jenis ikan eksotis ini. Sebenarnya sudah usaha untuk pelestarian ikan ini baik dengan budidaya ataupun dengan penghentian perburuan, tetapi besarnya permintaan pasar belum mampu mengimbanginnya.
Situs batu ikan belida di Kotawaringin Lama-Kalimantan Tengah (dok.pri).
Penyebaran ikan belida sangat luas. Ikan ini berasal dari sungai Mekong yang melewati Laos, Kamboja, dan Thailand. Ikan ini juga ditemukan di Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan semenanjung Melayu. Saat ini sudah susah ditumakan dengan bentuk mirip pisau karena desakan lingkungan dan perburuan. Ikan dengan jam biologis nocturnal tidak menyukai tempat yang terbuka dan terang, tetapi memilih perairan yang tenang dan gelap.
Ikon baru kota Palembang yakni patung Ikan Belida yang masih dalam tahap pembangunan.
Ikan belida saat ini tidak hanya menjadi perbincangan masalah kuliner yang enak dan kelangkaannya, tetapi menjadi sebuah legenda. Di tepi Sungai Lamandau, tepatnya di samping Makam Kyai Gede di Kabupaten Kotawaringin Lama-Kalimantan Tengah teradapat sebuah prasasti yang diberi nama batu ikan belida. Sebentar lagi, tepian sungai Musi di Palembang akan memiliki ikon baru seperti Merlion di Singapura, yakni patung ikan belida. Yang pasti ada sebuah harapan, ikan belida jangan sampai menjadi dongeng semata, tetapi tetap lestari tanpa tahu dengan manatap patungnya saja. Yang pasti belida bukan belugua, sebab beluga adalah paus putih yang mirip juga dengan belida. Sudahlah, kita tunggu saatnya berpose bersama belida di tepian sungai Musi berlatar belakang jambatan nan megah-Ampera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya