Sore itu saya masih bermain sepak bola dengan teman-teman satu kampung. Tiba-tiba, Herman teman saya yang saat itu masih kelas 2 SMP minta ijin pulang duluan hendak mengikuti ekskul pramuka di sekolahnya. Menjelang maghrib permainan usai, sesaat sebelum adzan dikumandang. Usai adzan tetiba kami yang masih dilapangan bola, terkejut mendengar beritu duka jika Herman teman kami telah meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor.
Rasa duka yang dalam saya alami bersama teman-teman. Dia yang cerdas, mahir bermain bola, teman yang dekat tetiba harus meregang nyawa di aspal. Bisa saja dia pergi ke sekolah naik angkutan umum. Malang sore itu, dia pergi naik sepeda motor di antar pamannya dan dia yang meminta untuk mengendarai. Potret kecil dari kondisi masyarakat kita berkaitan dengan angka kecelakaan anak-anak di jalan raya.
Beragam opini bermunculan berkaitan dengan tingginya angka kecelakaan lalulintas. "dikarenakan kurangnya pendidikan tentang lalu lintas, masih banyak saja anak dibawah umur yang menjadi pelaku kecelakaan lalu lintas". Benarkah masalah pendidikan yang menyebabkan kecelakaan lalulintas. Terlali naif jika menyalahkan pendidikan saja, tetapi harus melihat secara menyeluruh permasalah ini.
Tuntutan pendidikan mengharuskan anak pergi ke sekolah, sedangkan fasilitas transportasi tidak ada. Di sisi lain, orang tua mereka mendapat tuntutan akan kebutuhan ekonomi. Di sisi lain, daerah yang baru mekar sedang gencar-gencarnya menata diri dan belum bisa memenuhi fasilitas angkutan umum. Di lain pihak, bisnis angkutan umum juga tidak terlalu menguntungkan karena mobilitas masyarakat yang kurang, rerata masyarakat memiliki kendaraan, dan harga BBM yang semakin merangkak naik.
Ironis dan memang sudah kronis kondisi tranportasi umum di masyarakat kita. Namun tidak sepenuhnya menyalahkan fasilitas transportasi umum, tetapi mentalitas masyarakat juga patut dipertanyakan. Keengganan memakai fasilitas angkutan umum karena beragam alasan, seperti mahal, tidak praktis, lama, tidak nyaman, tidak aman, dan lain sebagainya menjadi alasan berpindah pada angkutan pribadi. Potret Herman dan anak-anak di pelosok Nusantara yang masih dalam bayang-bayang bahaya kecelakaan patut menjadi perhatian bersama. Generasi muda ini perlu dijaga, bukan dibiarkan menarik pedal gas tanpa pengawasan dan pengendalian. Pemenuhan fasilitas transportasi umum juga menjadi perhatian pemangku kebijakan agar masyarakat beralih pada moda ini, terlebih generasi muda yang masih di bawah umur agar tidak turun ke jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H