Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ulin, Keberadaanmu Tak Setangguh Fisikmu

12 April 2017   09:27 Diperbarui: 13 April 2017   12:30 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu ulin, sebagai salah satu tanaman eksotis yang semakin langka keberadaanya (dok.pri)

Meskipun namanya tidak semoncer cendana (Santalum album) atau gaharu (Aquilaria malaccensis), namun tumbuhan ini menjadi salah satu primadona karena kekuatannya. Berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) tumbuhan ini sudah masuk dalam daftar merah dengan status rentan (vulnerable). Inilah tumbuhan eksotis hutan borneo yang bernama ulin (Eusideroxylon zwageri).

Ulin sebenarnya tidak hanya tumbuh di Pulua Borneo, namun juga terdistribusi di Sumatera bagian selatan dan timur, Bangka, Belitung, Kalimantan dan kepulauan Sulu dan Palawan (Filipina). Pulau-pulau tersebut pernah menjadi satu daratan yang dikenal dengan paparan sunda. Daratan ini berakhir saat masa akhir zaman es, sekitar 18.000 - 20.000 tahun lalu. Kalimantan kini seolah menjadi tuan rumah bagi kayu ulin, kerena di daerah lain sudah habis di tebang.

Beberapa daerah mengenal kayu ulin dengan berbagai sebutan nama. Di Kalimantan, ulin disebut dengan nama belian, belian timun, betian, talion bening, geriting tebelian, telianoii, teluyan, ulin bening, ulion. Orang Sumatra menyebutnya dengan onglen. Di Malaysia (Sabah, Serawak) menyebutnya dengan tabulian dan im muk (orang Kanton yang tinggal di Sabah). Di Filipina dikenal dengan tambulin, sakian, dan warga yang tinggal di Pulau Sulu menyebutnya dengan biliran. Orang Inggris menyebut dengan kayu besi atau billian, sedangkan orang Perancis menyebutnya dengan bilian atau bois de fer.

Kayu ulin dipakai sebagai tiang untuk rumah. Rumah yang ada di Danau Panggang-Kalimantan Selatan tiang rumahnya menggunakan kayu ulin yang tahan akan air (dok.pri).
Kayu ulin dipakai sebagai tiang untuk rumah. Rumah yang ada di Danau Panggang-Kalimantan Selatan tiang rumahnya menggunakan kayu ulin yang tahan akan air (dok.pri).
Kayu ulin sudah terkenal seantero dunia karena karakteristiknya yang tidak ada di kayu jenis lain. Kayu ulin adalah salah satu jenis kayu yang paling berat, yakni dengan berat jenis 1,04. Kayu ini tahan akan segala jenis cuaca seperti basah, kering, panas, lembab. Tidak salah jika kayu ini acapkali digunakan sebagai bahan yang bersentuhan langsung dengan cuaca ekstrim seperti, sirap (atap), tiang dermaga, tiang bangunan, lunas dan gading kapal, jembatan, dan bangunan lainnya. Bagitu tangguhnya kayu khas Kalimantan ini, membuat ketersediaanya di alam dan pasaran semakin langka.

Kelangkaan kayu ulin tidak semata-mata permintaan pasar yang besar, tetapi semakin sulitnya mencari di alam. Ulin yang kini berstatus tumbuhan rentan menjadi salah satu yang dilindungi. Penebangan liar dan penjarahan besar-besaran lah yang membuat kayu ini semakin sulit di temui di alam. Ulin dapat di jumpai di Wisata Alam Sangkima yang terletak di Taman Nasional Kutai. Di tempat ini bisa dijumpai satu pohon ulin raksasa dengan diameter 2,47 m yang berusia ratusan tahun. Permasalahan berikutnya adalah sulitnya mengembang biakan ulin secara generatif ataupun vegetatif.

Ulin dalah salah satu tumbuhan dari famili Lauraceae yang susah dalam regenerasinya. Secara alamiah ulin dapat berkembang biak dengan biji. Kendala yang muncul adalah perkecambahan biji ulin yang memakan waktu yang sangat lama yakni 6 - 12 bulan. Ukuran biji sangat besar dengan kulit yang sangat keras. Kerasnya kulit biji inilah yang membuat perkecambahan sangat lama. Secara alami dibutuhkan tempat yang benar-benar lembab dan basah agar bisa melunkan kulit biji supaya berkecambah.

Budi Suprianti, petugas Nursery di PT.Adaro Indonesia mengalami kesulitan dalam mengembang biakan ulin karena perkecambahan dan pertumbuhannya lama (dok.pri).
Budi Suprianti, petugas Nursery di PT.Adaro Indonesia mengalami kesulitan dalam mengembang biakan ulin karena perkecambahan dan pertumbuhannya lama (dok.pri).
Rekayasa untuk mempercepat perkecambahan biji dilakukan untuk memangkas waktu yang lama. Menurut Budi Suprianto yang bertugas di Nursery PT. Adaro Indonesia, sangat mengeluhkan lamanya perkecambahan ulin. Beberapa cara untuk mempercepat seperti, mengkikis kulit dengan cara dikikir, bahkan ada yang menyangrai dengan pasir. Permasalah tidak hanya di kulit biji yang keras, tetapi begitu perkecambahan hypogeal adalah lambatnya pertumbuhan. Dalam setahun, kecambah ulin hanya tumbuh 5 - 6 mm. Sekilas saya tidak percaya, tetapi begitu melihat bibit yang berusia 5 - 10 tahun  yang siap tanam dan tingginya sekitar 150 cm. Dia sangat sayang akan ulin-ulin hasil biakannya, sehingga saat akan menanam di alam dia benar-benar menyiapkan lahan agar bisa tumbuh dengan baik.

Secara ekologis, ulin dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian 100 - 500 m dpl.  Ulin umumnya tumbuh baik pada pada tanah berpasir, tanah liat-liat atau lempung berpasir, namun juga ada yang tumbuh di batuan kapur. Kalimantan dengan kondisi geografis dataran rendah, iklim tropis, berhutan primer dan skunder dan tanah liat, berpasir, dan beberapa berkapur sangat cocok untuk habitat ulin.

Kayu ulin siap tanam yang dikembang biakan di Nursery PT. Adaro Indonesia (dok.pri)
Kayu ulin siap tanam yang dikembang biakan di Nursery PT. Adaro Indonesia (dok.pri)
Kendala yang muncul saat ini seperti efek domino, selain susah ditemui di alam, perkecambahan susah, tetapi mencari biji di alam liar juga sangat susah. Hal senada di ungkapkan petugas Nursery PT. Adaro Indonesia yang beberapa kali melakukan ekspedisi mencari biji ulin di hutan liar. Acapkali espedisi tidak membuahkan hasil setelah berhari-hari mencari meskipun dibantu penduduk lokal. Fakta ini membuktikan jika ulin tidak lagi rentan tetapi genting (endagered). Konservasi ulin mutlak dilakukan agar statusnya tidak sampai kritis atau bahkan punah menurut versi faftar merah IUCN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun