Senjata biologi yang selama ini dibayangan adalah serangan dengan menggunakan virus atau bakteri yang patogen. Sejata pemusnah masal ini lebih identik dengan mikoorganisme atau mahluk tak kasat mata lalu disebarkan. Tanpa disadari, senjata biologi tidak selalu berkiblat pada virus atau bakteri, tetapi bisa dengan tumbuhan. Bukan tumbuhan beracun dalam hal ini, tetapi tumbuhan yang ada disekitar kita bisa menjadi senjata pemusnah masal. Saat di Pulau Timor saya melihat banyak tumbuhan yang adaptif di lahan yang kering, tandus tetapi masih tetap hijau dan subur. Bagaimana jika tumbuhan ini di tanah yang subur?
Suatu saat teman saya mendapat tugas kunjungan ke negeri kanguru. Paspornya menunjukan alamat dengan provinsi Nusa Tenggara Timor. Sesaat sebelum benar-benar legal menginjakan benua Australi, dia mendapatkan serentetan pertanyaan salah satunya "kapan terakhir kali ke kebun yang bersemak belukar" akunya. Rupanya Australi memiliki ketakutan akan serangan mahluk biologis dari Tropis dan salah satunya Indonesia, mengapa demikian.
Australi atau negara-negara yang mengandalkan lahan sebagai area pertanian atau peternakan sangat was-was dengan 2 sifat tumbuhan ini. Mungkin jika tumbuhan tersebut secara ekonomis akan memberikan keuntangan, tetapi ternyata nilai ekonomisnya sangat kecil dibanding dampak buruk yang dihasilkan.
Taman Nasional Baluran, terancam dengan tumbuhan akasia atau kabesak. Dahulu tumbuhan ini didatangkan untuk memagari dari kebakaran hutan. Kabesak sangat tahan dengan kebakaran, namun secara ekologi tumbuhan ini cepat sekali perkembang biakannya dan sifatnya yang invasif. Binatang liar sepertinya enggan memakan dedaunannya, mungkin di Afrika hanya jerapah yang memakannya.
Mungkin dengan hanya satu atau dua biji tumbuhan invasif yang menempel di pakaian bisa menjadi awal malapetaka disuatu daerah yang baru. Sebut saja Rawa Pening yang saat ini penuh dengan gulma eceng gondok (Eichornia crassipes). Flora ini awalnya tanaman hias di kolam, tetapi begitu lepas ke perairan bebas pertumbuhannya bisa tidak bisa dikendalikan seperti saat ini. Ancaman ekologi pertanian inilah yang mengkawatirkan negara dengan pertanian dan peternakan, mereka takut lahannya diserobot tumbuhan invasif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H