"S̄uk̄hs̄ạnt̒ wạn keid," kira-kira begitu ucapan seorang warga kepada rajanya yang sedang berulang tahun. Bhumibol Adulyadej adalah raja dari Negeri Gajah Putih yang begitu dicintai rakyatnya. Kunjungan saya yang kedua kali ke Thailand benar-benar tersepesona akan sosok raja yang baru saja mangkat ini. Tokoh yang luar biasa, sampai-sampai saat dia berulang tahun pada 5 Desember, sebuah toko makanan menyediakan buku khusus untuk tetamu yang ingin mengucapkan, "Selamat Ulang Tahun" kepada yang raja.
Akhir-akhir ini saya mulai jenuh dengan media sosial yang acapkali kelewat batas. Saya tidak menyangka, mengapa tulisan-tulisan di media sosial seolah tidak ada batas lagi. Hujatan, cemoohan, perundungan, fitnah bahkan sumpah serapah menghiasi lini waktu media sosial dan anehnya, itu semua ditujukan pada pimpinan negeri ini. Dengan alasan perbedaan keyakinan, perbedaan pandangan, perbedaan kubu, hingga perbedaan kepentingan seolah sah-sah saja menumpahkan rasa tidak hormat itu kepada pimpinan.
Sejenak saya membolak-balik buku tersebut, ternyata isinya adalah ucapan selamat ulang tahun yang dituliskan tetamu toko. Saya tersenyum simpul, karena yang tetamu yang datang tak hanya warga Thailand, tetapi sebagian besar adalah turis asing. Sempat saya menemukan tulisan berbahasa Indonesia yang memberi ucapan selamat ulang tahun kepada Raja Bhumibol Adulyadej.
Saya hanya merenung, sosok raja mungkin jika di Inggris adalah ratu, tetapi bagi rakyat Thailand dan Inggris berbeda memaknainya. Jarang sekali saya melihat di televisi atau pemberitaan, tentang orang-orang Inggris yang memajang foto Ratu Elizabeth, atau jika di Yogyakarta jarang memasang foto Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Bertahta sejak 9 Juni 1946 semenjak kematian kakaknya yang misterius dia memegang kekuasaan penuh, walau dalam pemerintahan diserahkan pada perdana menteri. Selama 70 tahun dia menjadi penguasa monarki dengan banyak aksi kudeta. Hingga akhirnya hayatnya banyak yang merasa kehilangan dan berduka. Saya teringat dengan penguasa 32 tahun Indonesia, pasca wafatnya beliau tetap saja digunjing bahkan meme-meme juga bermunculan di media sosial bahkan dalam kehidupan nyata: "Piye, ije penak jamanku to..?".
Thailand tidak berbeda jauh dengan Indonesia, tatapi sepertinya kita kadang overdosis dalam bersikap sehingga tidak terkendali, terutama masalah etika yang konon menjunjung tinggi "adat ketimuran". Selamat jalan Raja Bhumibol Adulyadej, saya banyak belajar dari rakyat negara Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H