"Warnanya hitam, bentuknya tidak beraturan, keras, dan permukaanya kasar" kata Profesor Francois Semah, seorang arkeolog dari Univeristas Paris. Siang itu saya ikut dengan peneliti yang suka blususkan di situs-situs purbakala di Indonesia untuk mencari batu meteor atau tektite di Sangiran-Jawa Tengah. Dikisahkan, di daerah tersebut sering ditemukan batu meteor yang beberapa waktu lalu digandrungi gegara demam akik. "hahahaha... itu kotoran kambing mas..." kata Prof. Semah sambil tertawa saat saya menunjukan bulatan hitam, sebab tak jauh dari situ memang ada kawanan kambing.
Saya pun bergegas menuju tempat yang dimaksud, katanya disamping gereja di pusat Kota Manila. Kali ini mata saya terbelalak, ada banyak kotoran kambing ukuran raksasa yang jatuh dari angkasa. Batu meteor sebesar genggaman tangan ada dalam baki-baki dalam lapak-lapak penjual batu mulia. Satu batu meteor ukuran besar di harga 100 peso atau sekitar Rp 27.200,00 sedangkan yang ukuran kecil 50 peso.
Niat membeli tektit saya urungkan karena masih ingin mencari miniatur jeepney, namun sayang tidak ada yang menjual. Kembalilah saya pada penjual batu meteor, namun sial nasib saya karena semua sudah raib dibeli orang. Siapa lagi kalau bukan rombongan saya yang mengatakan "jika di sangiran ada batu meteor".
Meteor berasal dari asteroid kecil di luar angkasa yang jatuh karena gravitasi bumi. Saat melintasi atmosfer bumi, asteroid ini bergesekan dan berpijar dan kita menyebutnya dengan meteor atau bintang pindah. Jika meteorit ketika mendarat di bumi dapat menghasilkan suhu yg sangat panas sehingga dapat melelehkan material yg berada di permukaan bumi
Bahan pembentuk meteor mengandung logam, batuan, dan atau campuran keduanya. Untuk jenis logam biasanya mengandung ferum dan nikel, sedangkan yang batuan dapat mengandung kalsium dan magnesium. Matarial yang ada di bumi yakni silika akan meleleh akibat panas dari benturan meteor dan akan mendingin dan jadilah kristal kristal Tektit. Nama tektit sendiri berasal dari bahasa Yunai yakni Tektos yang artinya meleleh.
Mungkin kita akan teringat kisah seorang pembuat keris yakni Empu Gandring yang tewas di bunuh oleh Ken Arok dengan keris buatannya sendiri. Apakah Empu Gandring sudah memakian batu meteor, tidak ada yang tahu. Pada abad ke 12-13 diperkirakan empu-empu di Pulau Jawa telah menggunakan titanium sebagai bahan pembuatan pusaka.
Para empu ini mendapatkan titanium dari batu meteor yang jatuh ke bumi. Di kisahkan para empu jaman dahulu untuk mendapatkan batu meteor dilakukan dengan lelaku. Mereka setiap malam mengamati langit, lalu mencari apakah ada meteor, dan jika ada maka akan dicarinya. Tentu saja mereka tak asal mencari tetapi juga dengan memadukan ilmu kanunaragan dan jiwa.