Dengan anggun, Nurmazela Aulia membawa wadah yang berisi sirih, pinang, gambir, dan kapur lalu diserahkan kepada para tetamu yang hadir. Sebuah ritual penyambutan khas Nusantara kepada para tamu sebagai simbol penghormatan. Sebelumnya, 5 gadis belia menarikan tari persembahan Melayu dengan musik yang rampak khas Melayu berikut dengan lantunan lagunya. Tarian yang anggun dengan penari yang bersolek cantik menghibur tamu-tamu kehormatan di tengah belantara Hutan Giam Siak Kecil, Riau.
Acara yang tidak lazim saat suara gending Melayu dengan lenggak-lenggok anggun sang penari di tengah hutan belantara. Tarian ini menjadi awal sebuah kegiatan mengembalikan hutan sebagaimana fungsi dan perannya. Giam Siak Kecil adalah sebuah cagar alam di Kabupaten Siak yang harus dikonservasi. Berawal tahun 2004, saat Prof. Akira Miyawaki memprakarsai restorasi Hutan Giam Siak Kecil. Patut disayangkan, seorang profesor yang sudah menanam 40 juta pohon di 40 negara dan 17 ribu tempat tidak bisa melihat karyanya 2 tahun yang lalu. Tokoh pecinta lingkungan yang disebut sebagai bapak pohon dunia sangat sadar akan perubahan iklim sehingga benar-benar getol dalam menghijaukan bumi. Hari ini profesor-profesor dari Universitas Yokohama-Jepang kembali meneruskan karya Miyawaki untuk menghijaukan Giam Siak Kecil.
![Tari Persembahan Melayu, sebuah tarian penyambutan (dok.pri).](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/08/11-57a7f7d75eafbd6c093b206d.jpg?t=o&v=770)
Dalam perjalanan menuju arboretum Giam Siak Kecil, saya berbincang dengan Emmy Kuswandari selaku Comunication Affairs APP-Sinar Mas. Banyak hal yang kita bicarakan dan salah satunya adalah Miyaki. "Miyaki itu kalau dalam perjalanan di kendaraan biasanya hanya diam dan tertidur, mungkin sudah sepuh. Saat kendaraan berhenti dan mulai masuk hutan, dia hidup, segar kembali dan blusukkan ke sana-ke mari sembari menjelaskan bergama jenis tumbuhan". Kesan yang dia dapatkan saat menemani kakek berusia 86 tahun saat mengunjungi Giam Siak Kecil pada 8 Agustus 2014.
Sosok inspiratif yang sebenarnya ingin sekali saya kulik, namun sayang sekali pada kesempatan ini dia tidak bisa hadir karena sedang masa pemulihan kesehatan. Terbesit dalam pikiran, mengapa mereka yang jauh-jauh dari negeri seberang begitu peduli dengan negeri ini? Sebuah tanda tanya mengapa mereka rela jauh-jauh datang hanya untuk menanam pohon. Dalam benak saya, mereka tidak hidup di dalam negaranya, tapi hidup dalam dunia yang menjadi tanggung jawabnya untuk dijaga. Sejengkal kerusakan di bumi tanpa peduli di negara mana, mana negara lain bisa menanggung akibatnya. Perubahan iklim yang tidak mengenal batas administrasi negara, membuat negara-negara maju begitu massif untuk menekan perubahan iklim tersebut.
![Meranti Pirang diharapkan bisa merestorasi fungsi hutan untuk menanggulangi pemanasan global (dok.pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/08/1-57a7f831d29273490bb02f99.jpg?t=o&v=770)