Teringat kisah 2 minggu yang lalu, tanggal 8 Mei 2016. Suka cita usai menginjakan kaki di puncak Rinjani berubah menjadi duka. Seorang pendaki perempuan asal Palembang dikabarkan meninggal dunia. Meninggal dunia dikarenakan terseret arus saat sedang mandi air hangat di Segara Anak Gunung Rinjani. Spekulasi bermunculan, apa yang menjadi penyebab tragedi ini. Ada veris yang mengatakan, tenggelam, gunung sedang meminta korban, dan malam itu Segara Anak penuh riuh dengan argumentasi.
Sebuah kebetulan, tim pendakian saya berbarengan dengan rombongan korban dan sama-sama menginap di Segara Anak. Sore itu pukul 15.00, saya dan 2 teman saya juga berendam air panas. Sepertinya berendam air panas (Aik Kalak) adalah ritual wajib bari pendaki yang barusan turun dari Plawangan Sembalun atau Puncak Rinjani. Rasa lelah, letih seolah sirna begitu tubuh ini masuk dalam air hangat setelah seharian berjalan sambil menggendong ransel.
Budaya berendam air panas sudah lama dikenal dan sangat familiar di Jepang dengan nama ofuro. Banyak manfaat bagi tubuh, seperti mengilangkan letih, meredakan stres, relaksasi dan lain sebagainya, tetapi bisa juga berakibat buruk atau fatal jika tidak memahaminya. Ofuro di Aik Kalak menjadi pengalaman berharga, bukan karena pernah berendam di ketinggian 2300 mdpl, tetapi ada penjelasan logis tentang efek dari berendam air panas.
Tubuh normal bersuhu 37 derajat celsius, suhu udara dikisaran 14 derajat dan tiba saatnya ofuro. Rasanya begitu nikmat, seolah badan ini hilang rasa lelahnya. Di sinilah yang tidak kita sadari. Sekitar 30 menit saya berendam, begitu keluar dari air tubuh ini langsung lemas, keringat dingin keluar, dan saat hendak berdiri hampir saja tumbang. Alhasil keluar air sambil merangkak dan bingung dengan apa yang terjadi pada tubuh ini seolah-olah kehilangan tenaga.
Dua minggu pasca kebingungan tentang fenomena ini saya bertemu dengan seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Begitu saya bercerita dia langsung tertawa sambil menyeletuk, "Untung tidak dievakuasi". Sedemikian berbahayanyakah berendam air panas? Dan dokter yang saya temui menjawab, "Iya". Logikanya sederhana. Saat ofuro, tubuh akan dibawa di dalam suasana lingkungan baru dengan suhu lebih tinggi dari suhu tubuh. Akibat dari perubahan suhu ini tubuh akan bekerja lebih keras, dan menghasilkan keringat lebih banyak. Apa yang terjadi jika bahan bakar dan pendingin/air dalam tubuh ini dipakai berkali-kali lipat, yang pasti akan kehilangan tenaga. Pantas saja begitu keluar badan ini lemas, haus dan berkeringat dingin karena tubuh kehilangan kalori.
Ofuro di Jepang dengan suhu 40 derajat celsius maksimal hanya 25 menit, tetapi saya yakin suhu Aik Kalak lebih dari 40 derajat celcius karena di beberapa titik saya tidak tahan panasnya. Tiga puluh menit berendam, dan pantas saja keluar langsung lemas. Pertanyaan saya pada dokter, mengapa tubuh bisa rileks? "Karena otot yang tegang menjadi kendur kembali, pembuluh darah membesar, sehingga peredaran darah lancar". Seseorang kadang tidak menyadari, saat ofuro tubuh kita mengeluarkan banyak sekali keringat dan tenaga. Tubuh hanya merasakan betapa nikmatnya berendam air panas.