Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Hedonisme Dunia Pendakian

12 Mei 2016   12:02 Diperbarui: 12 Mei 2016   14:23 2294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemadangan langit kalam malam di Gunung RInjani (dok.pri).

Jalur menuju puncak RInjani yang penuh dengan tendak pendaki. Ada yang mengatakan sekitar 600 tenda dangan sekitar 1800 pendaki yang tercatat. Lampu nampak menghiasi jalur puncak dimana pendaki sedang antre untuk naik ke puncak, padahal masih pukul 1 dini hari (dok.pri).
Jalur menuju puncak RInjani yang penuh dengan tendak pendaki. Ada yang mengatakan sekitar 600 tenda dangan sekitar 1800 pendaki yang tercatat. Lampu nampak menghiasi jalur puncak dimana pendaki sedang antre untuk naik ke puncak, padahal masih pukul 1 dini hari (dok.pri).
Kisah menarik lagi adalah saat ada pendaki yang terpeleset jatuh di bibir jurang, tepat di belakang saya. Bukannya korban tersebut segera mencari pegangan, tetapi tangannya masih kuat menggengam ponsel yang baru saja digunakan untuk swafoto. Dalam benak saya, eksistensi jauh lebih berharga dari sebuah nyawa.

Saat ini mendaki gunung bukan lagi bagian dari salah satu tujuan mencari dunia kehidupan, tetapi merambah dalam hedonisme. Saya teringat sebuah kisah di kitab suci, yakni saat Nabi Musa menerima wahyu dari Tuhan yang mengaruskan dirinya naik ke puncak gunung. Saat ini ke puncak gunung tujuannya mencari pengakuan saya pernah berdiri di sini dan mendapat kepuasaan yang berujung kebahagiaan.

Pemadangan langit kalam malam di Gunung RInjani (dok.pri).
Pemadangan langit kalam malam di Gunung RInjani (dok.pri).
Mendaki gunung bukan hanya bagaimana mencapai puncak gunung, tetapi juga bagaimana turun kembali dengan selamat. Pukul 1 malam, melihat rombongan mereka yang hendak summit attack memanjang hampir 3 Km. "Kembalilah masuk dalam tenda, buatlah teh hangat, nikmati gemintang yang berkerlapan di langit sembari menanti bintang jatuh, sembari mendengarkan desahan nafas-nafas pencari foto selfie". 

Kembali pada pendaki itu sendiri, apa tujuan ke sini, koreksi bersama untuk para pengiat alam bebas. Terimakasih Rinjani sudah boleh mengunjungi, tanpa harus menyentuh puncakmu dan saya sudah sangat puas sampai di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun