Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berbagi Kebahagiaan Lewat Selembar Imaji, Ini Tanggungjawab Kami

28 Januari 2016   10:53 Diperbarui: 28 Januari 2016   11:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Saya tidak membayangkan bagaimana wajah penuh senyum ini membuka amplop yang isinya foto wajanya, mungkin jauh lebih dari senyuman ini. Hal inilah yang kadang membuat gusar sebelum memencet tombol rana (dok.pri)."][/caption]Suatu saat saya bertanya pada rekan saya. "Sudah berapa banyak foto yang di hasilkan..?". Dengan spontan dia menjawab "40GB". Bisa dibayangkan berapa lembar foto yang dihasilkan, bisa ratusan bahkan ribuan. Pertanyaan sederhana muncul, mau dibuat apa foto-foto tersebut..? Sebuah pertanyaan yang kadang membuat gusar saat melihat file-file foto dilayar monitor komputer.

Dalam benak saya kadang terbesit, "mengapa hanya saya yang bisa menikmati foto tersebut. Jika saya unggah di sosial media, mungkin hanya teman-teman saya yang menikmati. Jika saya tayangkan di blog pribadi akan lebih banyak orang yang menikmati. Jika pun laku di majalah, hanya yang membaca saja yang menikmati. Kegusaran semakin mengerucut, bagaimana jika foto tersebut juga dinikmati subyeknya atau mereka yang masuk dalam kerangka imaji".

Suatu saat saya berkunjung di Nusa Tenggara Timur. Sebuah daerah pelosok yang bernama dusun 3. Membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan untuk ukuran yang terbiasa naik turun gunung. Di sebuah rumah bulat saya disambut tuan rumah, yang dulu saya kunjungi 3 tahun yang lalu. Senyum ramahnya menyambut saya, tetapi dia mengambil sesuatu dari dinding. "ini foto yang mas kirim beberapa waktu setelah mas pulang dari sini", katanya sambil menunjukan selembar kertas foto.

Saya teringat, memang saat pulang menjajikan mereka untuk mengirimkan foto-foto hasil jepretan saya. Saya percayakan pengiriman ini pada pak Pos. Saya hanya pasrah, mau sampai atau tidak yang penting saya kirimkan. Saya tidak berharap banyak foto saya sampai ditangan penerimanya. Ternyata foto-foto yang saya kirimkan sampai dipenerimanya dan utuh. Bisa dibayangkan betapa susah payahnya pak Pos menyampaikan paket foto dan betapa gembiranya mereka menerima lembaran-lembaran wajah mereka.

Saya merasa hutang saya lunas, padahal tak sebanding dengan apa yang saya hasilkan. Potret-potret wajah mereka menghiasi beberapa majalah, blog, dan sosial media. Secara tidak langsung saya mendapat keuntungan finansial dan non finansial, lantas wajah-wajah dalam foto itu mendapat apa. Sentilan itulah yang kadang membuat saya berulang kali berpikir untuk memotret wajah manusia.

Naif jika saya kadang menuliskan hal ini, sebab tidak semua yang memotret memiliki pemikiran seperti saya. Saya bukan hendak bercerita tentang memberi dengan tangan kanan, tetapi tangan kiri mengetahui. Cerita ini hanyalah sebuah kegelisahan diri saja, bagaimana bisa membahagiakan orang lain lewat selembar gambar usai kita dibahagiakan mereka lewat tombol rana.

Kadang sudah menjadi kebiasaan mencatat alamat subyek yang saya foto dan mengirimkan hasil jepretan kepada pemilik wajah tersebut. Saya kira kebahagiaan mereka melebihi kebahagiaan saya saat dinominasikan menang dalam lomba foto, atau diterima dan terbit dalam majalah terlebih saat melihat rupiah masuk dalam rekening. Saya ingin melihat wajah-wajah ceria dalam foto seperti saat mereka menirama kiriman lembaran foto-foto ini.

[caption caption="Lembaran-lembaran foto siap kirim kepada meraka yang ada di dalam imaji (dok.pri)."]

[/caption]

[caption caption="Sedikit ditambahi pesan agar imaji tak hanya selembar kertas saja, tetapi ada makna (dok.pri)."]

[/caption]

Datsun Risers Expedition yang mengundang saya untuk ikut bergabung mengajarkan bagaimana berbagi. Untuk sekelas perusahaan ada yang namanya CSR, tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat. Bagi pelancong seperti saya dan rekan-rekan sepertinya cocok disebut dengan TSR (Traveller Social Responbility). Mungkin ini cara saya mengungkapkan rasa syukur sudah diajak Datsun keliling Kalimantan.

[caption caption="Saya berharap lewat foto ini, Rahmadi semakin giat mengejar cita-citanya menjadi Polisi (dok.pri)."]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun