Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Neno Boha, Sebuah Tradisi Masa Nifas di Pulau Timor

26 Oktober 2015   14:01 Diperbarui: 4 April 2017   17:00 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Anak-anak di Pulau Timor, setiap hari harus mengambil air dengan gerobag yang berisi penuh jerigen kosong (dok.pri)."][/caption]

Langkah kaki-kaki mungil tanpa alas kaki pada ilalang, jalan berbatu dan aspal yang sudah terkoyak. Raut wajah tegas mereka tersirat, dengan alis yang tebal dan bulu mata yang lentik. Guratan otot-otot jelas terlihat di tubuh mereka yang terbentuk secara alami. Wajah-wajah ceria ini seperti tak menampakan keirian hati pada saudara mereka yang tinggak di kota. Berangkat sekolah dengan membawa jerigen kosong, pulang membawa air. Sebuah potret anak-anak di Pulau Timor sisi Indonesia paling selatan.

Saya seperti tak percaya melihat geliat anak-anak di sini. Ya, sebuah pulau yang terbentuk akibat aktivitas tektonik. Dasar laut yang terkena tumbukan lantas terangkat dan menyembul menjadi sebuah pulau. Pulau Timor, sebuah dasar lautan yang terangkat dan menjadi hunian manusia Austronesia. Anak-anak yang dilahirkan sudah mendapat tempaan alam yang kejam, berikut juga dengan cara nenek moyangnya menggembleng bayi mungil ini yang kelak menghadapi ganasnya alam.

[caption caption="Rumah bulat, sebuah bangunan yang digunakan sebagai lumbung, dapur, sekaligus ritual Neno Baha (dok.pri)."]

[/caption]

Ada sebuah tradisi yang cukup mengerikan jika dibandingkan dengan perkembangan dunia medis modern saat ini. Neno Boha adalah salah satu budaya di suku Timor yang peruntukan pada ibu pasca melahirkan selama 40 hari. Selama masa nifas (40 hari) seorang ibu dilarang keluar dari rumah bulat, yakni rumah adat timor, begitu juga dengan bayinya.

Setiap hari ibu dan bayi harus tinggal di rumah bulat, dan hanya boleh dijenguk oleh kerabat terdekatnya saja. Ibu tidak hanya tinggal di rumah bulat, tetapi harus menjalani ritual yang sangat tidak lazim bagi dunia medis modern saat ini. Ibu setiap hari akan dikompres dengan air panas yang diletakkan pada kain timor. Tujuan pengompresan ini adalah untuk memperlancar peredaran darah. Proses ini disebut dengan Tatobi.

Selama habis melahirkan, ibu juga harus menjalani ritual Peanggan. Ritual ini adalah mengasapi tubuh ibu dan bayi. Perapian dibuat tepat di bawah tempat tidur, lali ibu dan bayi ada di atasnya. Tujuan dari peanggan adalah agar mengeringkan luka-luka pasca melahirkan. Pengasapan ini dilakukan hampir setiap hari dan harus dijalani selama 40 hari.

[caption caption="Seorang ibu sedang meniti/menumbuk jagung bose yang digunakan untuk bahan makanan (dok.pri)."]

[/caption]

Tradisi yang ketiga adalah, ibu hanya boleh mengonsumsi jagung bose. Jagung bose adalah jagung lokal yang tumbuh di Pulau Timor. Jagung ini menjadi satu-satunya asupan makanan bagi ibu, dan ibu kepada bayinya lewat air susu ibu. Selama mengonsumsi jagung bose, tidak boleh dicampur dengan jenis makanan lain. Alasan tidak boleh dicampur dengan makanan lain, adalah adanya ketakutan jika terjadi apa-apa pada ibu dan bayinya. Contohnya jika dia mengonsumsi ikan, maka ibu bisa gatal-gatal demikian juga dengan bayinya. Jika mengonsumsi kacang-kacangan takut kembung pada ibu dan bayinya. Sebuah ketakutan yang kadang tidak beralasan tetapi benar-benar ditaati karena sudah menjadi adat turun-temurun.

Maria, salah satu ibu yang baru saja melahirkan menceritakan kisah selama 40 hari di rumah bulat. Sudah 3 kali dia melahirkan, dan mendapat perlakuan yang sama. Acapkali dia menangis saat tinggal di rumah bulan 1 bulan 10 hari. Rasa bosan kerap melanda setiap hari. Tidak hanya bosan akan suasana, tetapi juga bosan dengan makanan yang monoton jagung saja, setiap hari dikompres yang kadang hingga melepuh, dan diasap.

[caption caption="Ibu ini menceritkan bagaimana dia harus mengikuti tradisi Neno baha untuk kelahiran anak pertama dan keduanya, sedangkan anak ketiganya dia sudah tinggal di rumah kotak dan makan makanan yang bervarisi (dok.pri)."]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun