[caption id="attachment_413510" align="aligncenter" width="600" caption="Cahaya merah merona di ufuk timur membuat saya berlari menuju pantai Lakban- Minasaha Tenggara (dok.pri)."][/caption]
Secangkir teh panas yang ada di tangan serta merta saya letakan manakala mata menarang di balik kaca jendela melihat ufuk timur. Langit yang merekah merah seperti endofrin yang menimbulkan gairah tersendiri. Segera saya letakan minuman kesukaan saya dan menyahut 3 kamera di depan saya lalu berlari tergopoh-gopoh. Pintu gerbang mess tambang masih tertutup rapat, saya tarik rantai penutupnya untuk membuka tirai besi raksasa. Selepas aspal di sebuah jembatan merah menyadarkan saya jika saya sesaat lagi matahari segera terbit. Â Pagi ini saya menikmati sunrise yang terindah selama 3 hari di camp site PT.Newmont Minahasa Raya.
[caption id="attachment_413522" align="aligncenter" width="600" caption="Buih-buih kecil yang menghapus kaki, tak akan menghapus kenangan lewat lukisan dalam genggaman tangan (dok.pri)."]
Pagi ini hanya saya dan beberapa teman yang sibuk lari kesana kemari seperti anak ayak kehilangan induk. Masing-masing kami berkamera foto dan video untuk merekam pesona pagi di pantai Lakban. Tepat usai berlari dari jembatan merah saya segera merangseng diantara jajaran pepohonan kelapa yang tersusun rapi membentuk garis perspektif yang hilang di ujung pantai. Semburat warna merah merona dibalik pulau Putus-putus nampak indah manakala terhala oleh sembulan karang dari dasar laut.
[caption id="attachment_413511" align="aligncenter" width="600" caption="Jembatan yang menghubungkan kabupaten Bolaang Mangondow Timur dengan Minahasa Tenggara (dok.pri)."]
Pagi yang sentimentil walau diledek oleh burung Gagak (Corvus sp) yang berterbangan di atas famili palmae. Semilir angin pagi menghantarkan perlahan mentari yang beranjak pergi dari peraduannya. Sebuah perahu beradik yang mengapung di laut tenang memberikan kesan keindahan sekaligus menjadi pengisi komposisi untuk bidang kosong. Entah berapa kali rana ini membuka nutup untuk mengabadikan alam yang sedang memutar keindahan alamnya.
[caption id="attachment_413512" align="aligncenter" width="600" caption="Panorama pantai Lakban yang menghadap langsung dengan selat Totok (dok.pri)."]
Buih-buih kecil dari sapuan ombak pantai lakban seolah menari-nari kesana kemari sambil menghapus jejak kaki yang saya tinggalkan. Akhirnya dewa surya pun datang memberikan kehangatan dengan sinar kuning emasnya. Siluet pulau putus-putus kini menjadi terang benderang dan teluk Totok terlihat jelas. Di sisi kanan berdiri mega monumen atau tugu yang diberi nama Bukit Kasih Damai yang bersimbol salib, bintang dan bulan.
[caption id="attachment_413513" align="aligncenter" width="600" caption="Beberapa peninggalan Belanda, sebuah alat produksi tambang buatan Inggris yang hingga kini masih dipajang di pantai Lakban. Terlihat di belakang adalah bukit kasih dengan 2 menara yang menjulang tinggi  (dok.pri)."]
Kaki ini sepertinya terlalu sayang diam berlama-lama hanya untuk menatap keindahan, sedangkan kedua mata jelalatan mencari pesona lainnya. Akhirnya saya harus kembali menuju mess PT.NMR yang hanya berjarak beberapa langkah saja. Sebuah jembatan beton menghantarkan pada sebuah onggokan mesin berwarna merah, dan saya menemukan warisan kolonial yang masih ada di sini.
Sulawesi Utara terkenal dengan kekayaan alamnya, salah satunya adalah tambang. Sejak jaman kolonial Belanda, tambang emas sudah ada di Sulawesi Utara dan salah satunya ada di sini. Mesin-mesin penggiling batuan tambang/ore yang ditinggalkan Belanda masih tersimpan di sini dan menjadi barang bersejarah. Logam-logam berukuran raksasa yang bercat merah ini menjadi saksi betapa kayanya tanah di sini, karena banyak sekali yang mengincar emas. Usai PT.NMR mengeplorasi di sini yang berakhir tahun 2004, muncul tambang-tambang besar dari Tiongkok dan tidak sedikit tambang-tambang tradisional. Yang pasti mesin peninggalan Belanda menjadi bukti, betapa kayanya tanah sulawesi.