Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nyadran Kali, Konservasi Air Berbasis Kearifan Lokal

22 April 2015   14:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_2650" align="alignnone" width="640" caption="Pohon-pohon besar di mata air tetap terjaga/terkonservasi karena ada pengaruh budaya yang kuat, salah satunya adalah sebagai pohon yang yang angker (dok.pri)."][/caption] Aroma sesaji begitu masih terasa di perakaran Ficus benjamina. Sosok beringin yang berusia lebih dari setengah abad masih saja kokoh berdiri dan disakralkan oleh penduduk setempat. Ternyata baru saja ada acara, yakni 'nyadran kali' atau selamatan sungai. Sebuah budaya di Jawa bagaimana menempatkan sumber air kehidupan sebagai sesuatu yang dikultuskan dan dianggap keramat, mengkin ada yang mengatakan angker. Namun, itulah model konservasi berdasar kearifan lokal. Sejak jaman dahulu, orang-orang Jawa memiliki keyakinan bahwa pohon-pohon besar memiliki arwah-arwah penunggu. Dari sisi supranatural mungkin ada benarnya, tetapi dari sisi ekologi akan memiliki makna lain. Mengapa pohon-pohon besar hingga kini masih ada beberapa yang masih bertahan, salah satunya adalah dengan cara dikeramatkan. Dari sisi ekologi sangat menguntungkan karena kelestarian alam ini tetap terjaga, terlebih jika pohon-pohon tersebut perakarannya memiliki kemampuan menjaga ketersediaan air. Hampir setiap bulan-bulan tertentu, di kebudayaan Jawa ada yang namanya Nyadran Kali. Ritual ini adalah upaya menjaga harmonisasi alam dengan manusia. Penduduk memberikan sesaji berupa makanan dan bunga-bunga dan ditaruh diakar Beringin yang menjuntai. Doa-doa diratuskan kepada Sang penguasa jagat raya untuk tetap memberikan keselamatan. Usai doa-doa dipanjatkan, kini para penduduk mulai turun ke mata air untuk membersihkan sumber mata air / tuk agar tetap terawat. Tua muda bahkan anak-anak turun ke mata air dan telaga untuk kerja bakti membersihkan. Walau ritual ini hanya setahun sekali, ternyata cukup efektif untuk mengingatkan penduduk jika ada yang harus diperhatikan dan dirawat, yakni sumber mata air. Sebuah konservasi tradisional yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Bayangkan jika nyadran kali ini tidak ada dan penduduk tak lagi mempercayai mitos-mitos yang diturunkan. Mungkin saja pohon-pohon besar sudah tumbang atau dirusak oleh tangan-tangan jahil. Lebih parah lagi mata air akan diekplotasi besar-besaran hingga tak lagi mampu memenuhi kebutuhan penduduk. [caption id="attachment_2651" align="alignnone" width="640" caption="Senjoyo, salah satu mata air di Kab.Semarang Jawa Tengah tetap terjaga hingga saat ini, karena masyarakt percaya pada mitos yang berkembang sayng salah satu kisahnya agar mata air tetap terjaga (dok.pri)."]

[/caption] Percaya atau tidak percaya, banyak mata air di jawa masih terawat dengan baik. Mungkin jaman modern ini sangat berat mengaitkan hal-hal yang tidak dapat dinalar. Meskipun kadang susah diterima oleh akal sehat, tetapi sains bisa menjawabnya. Beberapa famili tumbuhan seperti keluarga dari beringin, kelapa memiliki kemampuan untuk menyimpan air sekaligus menjaga ketersediaanya sepankang masa. Perakaran tumbuhan ini benar-benar seperti medusa yang lari kemana-mana dan mampu menyimpan butiran-butiran air lalu mengalirkan pelan lewat mata airnya. Melestarikan sumber air, salah satunya lewat nyadran kali sebagi konservasi berbasis budaya dari jawa. buhan ini benar-benar seperti medusa yang lari kemana-mana dan mampu menyimpan butiran-butiran air lalu mengalirkan pelan lewat mata airnya. Melestarikan sumber air, salah satunya lewat nyadran kali sebagi konservasi berbasis budaya dari jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun