[caption id="attachment_257779" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu tarian etnis Papua. Busur dan anak panah yang siap melesat menggambarkan mereka di medan perang (dok.pri)"][/caption] Suara melengking pembawa acara, memecah konsentrasi saya yang tengah menuju kerumunan di lapangan. Benar saja, di tengah-tengah kerumunan tersebut tersaji pementasan tari dari etnis Papua. Tari dengan gerakan rampak, lincah, yang para penari prianya memegang busur dan anak panah. Sekilas saya menyimpulkan tari ini mewakili kisah dari sebuah peperangan. 25-27 April 2013, Senata mahasiswa, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga menghadirkan perhelatan tahuan yakni Pentas Seni Budaya Indonesia. Acara ini menampilkan tari-tarian etnis beserta kulinernya. Bukan itu saja yang digelar oleh 22 etnis, tetapi dibawah tenda pesta dibangun miniatur rumah adat beserta perabotan didalamnya. Ditampilkan juga semua yang berbau cipta rasa karya masing-masing etnis, seperti; alat musik, senjata khas, hiasan dinding dan semua yang menjadi ciri khas masing-masing etnis. Walaupun dalam lingkup Indonesia, tetap dihadirkan budaya dari Timor Leste yang dulu bernama Timor Timur. Negara muda ini memang tak lepas dari budaya yang kental dengan Indonesia, sebab saudara mereka masih satu pulau dengan NKRI. [caption id="attachment_257780" align="alignnone" width="640" caption="Saya dibawa burung Enggang menuju masa Eosen untuk melihat bahwa dulu semua masih satu daratan (dok.pri)"]
[/caption] 22 etnis yang ditampilkan mewakili keberagaman yang dimiliki Indonesia. Pertanyaan nakal mulai menggelayuti pikiran saya, mengapa 22 etnis dan mengapa berbeda?. Tiba-tiba saya terbawa pada masa Eosen yakni 55-33,9 juta tahun yang lalu saat Sulawesi, jawa dan Kalimantan masih satu daratan. Masa itu di tutup pasa Pliosen 5-1,7 juta tahun yang lalu saat Nusantara lenkap dengan pulau Sulawesi dan Irian. Pikiran liar ini kembali berkecamuk seolah naik mesin wakti kembali pada 200.000 tahun yang lalu saat manusia modern mulai bermigrasi keluar dari Afrika. 50.000 tahun yang lalu imigran ini sudah sampai di sepanjang Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan. 3.500-2.500 tahun yang lalu ada juga yang melintasi Filipina hingga mendarat di Sulawesi dan tersebar di Papua. [caption id="attachment_257782" align="alignnone" width="640" caption="Perjalanan sepanjang ribuan kilo meter selama ribuan tahun. Dari tengah-tengah afrika hingga berhenti di Nusantara (sumber. Jejak langkah setelah sangiran)"]
[/caption] Jangka waktu ribuan tahun yang digunakan para penyintas ini untuk mencari makan dan tempat tinggal. Setelah mereka menemukan tempat yang tepat, lantas mendirikan hunian, bercocok tanam dan selanjutnya tinggal disana. Mereka yang belum menemukan tempat yang cocok akan terus mengembara menuju tempat jauh lebih baik buat mereka. 22 etnis dari sekian banyak etnis di Nusantara merupakan replika masa lalu yang kini muncul menjadi manusia modern. Apakah mereka satu nenek moyang, jika benar mengapa mereka terdapat perbedaan warna kulit, bentuk rambut dan beberapa ciri fisiologis yang lain ?. Perjalanan ribuan tahun membuat perbedaan itu muncul. Gen-gen mereka yang dulunya satu galur, akhirnya tercampur aduk melalui perkawinan silang. Hasil dari percampuran inilah yang memunculkan perbedaan-perbedaan penampakan luarnya. Perbedaan semakin berkembangs seiring merapatnya pendatang dari mancanegara beserta dengan kebudayaannya. Akulturasi kebudayaan yang meliputi bahasa, kepercayaan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya yang membuat perbedaan itu semakin nyata. Penyatuan budaya ini berkembang dengan adanya variasi genetis, sehingga melahirkan rupa-rupa baru. Galur murni dari nenek moyang kini semakin acak dan semakin beragam keberadaannya. 60 tahun yang lalu, tepatnya 25 april 1953 Crick dan Watson mempublikasikan penemuannya di majalah Nature. Mereka menemukan struktur 3 dimensi DNA. Dari sinilah diawali paradigma baru bagaimana melihat bank data dari sebuah mahluk hidup. Dari penemuan Crick dan Watson ini, maka 22 etnis yang ditampilkan bisa ditarik benang merahnya. [caption id="attachment_257783" align="alignnone" width="640" caption="Hasil aliran gen (dok.pri)"]
[/caption] Biologi molekuler menyatukan mereka yang terpisah oleh jarak ribuan kilo meter dan waktu ribuan tahun. Lewat DNA bisa dilacak asal-usul 22 etnis, apakah ada aliran dan percampuran gen ataukah masih mempertahankan galur murninya. 22 etnis memang berbeda secara morfologi dan budaya, ini menggambarkan bagaimana perjalanan mereka selama ribuan tahun. Sebuah mahakarya ribuan tahun yang kini ditampilan dalam sebuah pentas seni budaya. Perbedaan mereka hanyalah buah-buah dari perjalanan, namun seyogyanya mereka itu satu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Sosbud Selengkapnya