[caption id="attachment_225408" align="alignnone" width="600" caption="Siklus Cacing Hati (sumber obstetriginekologi.com)"][/caption] Hari raya kurban sudah lewat beberapa waktu yang lalu. Saat ini sepertinya masih bersinggungan tak jauh seputar daging sapi yang melonjak naik tak terkendali. Mencoba mencari benang merah idul qurban dengan daging sapi, bukan harganya yang setengah mati, namun cacing hati. Cacing hati yang kadang heboh saat hari raya kurban, sebenarnya tak jauh dengan hari-hari ini, toh yang disembelih juga sapi. Berbicara cacing hati, yang terlintas adalah ketakutan tanpa mengerti kenapa takut. Paranoid akibat pemberitaan yang kadang ngawur dan bukan porsinya berbicara acapkali menimbulkan kegemparan tanpa tahu seluk dan beluknya bagaimana. Cacing hati bukanlah seseram dalam pemberitaan dan juga bukan perkara yang harus disepelekan, namun jika memahami tentu kita akan bijak bagaimana harus berbuat dan menyatakan pendapat. [caption id="attachment_225409" align="alignnone" width="600" caption="F. hepatica (kiri) dan F. Gigantica (kanan) yang acapkali salah sebut (sumber sumber isradiology.org)"]
[/caption] Cacing hati, di bangku SD dan SMP pasti sudah dikenalkan yakni dengan nama
Fasciola hepatica. Dari awalnya saja sudah salah, sebab cacing hati yang persebarannya di Asia dan Afrika adalah
Fasciola gigantica, sedangkan yang
F. hepatica ada di Eropa. Kemungkinan penyebutan
Fasciola hepatica, kita masih mengacu informasi dari barat. Tidak menutup kemungkinan juga
Fasciola hepatica juga hadir di Indonesia, karena ada sapi-sapi impor yang siap menyuplai sapi cacingan. Permasalahan kedua adalah tak dicermatinya siklus cacing hati, yakni bagamana dari telur hingga cacing dewasa. Secara sederhana dapat digambarkan, telur cacing keluar dari kotoran sapi. Telur-telur tersebut kemudian menetas dalam air menjadi mirasidium. Mirasidium tersebut masuk dalam tubuh siput air lalu keluar menjadi serkaria yakni mirip larva. Serkaria ini kemudian masuk dalam perairan dan menempel pada tanaman air baru masuk ke tubuh sapi saat sapi memakan tanaman tersebut. Dalam tubuh sapi metaserkaria ini menjadi cacing dan tinggal di pembuluh empedu di hati. [caption id="attachment_225411" align="alignnone" width="600" caption="Sapi ternak tetap tinggal di kandang dan makannya rumput-rumput di dataran tinggi dan jarang dibiarkan berkeliaran mencari makan di sungai."]
[/caption] Jika melihat siklus tersebut, dimana kemungkinan manusia tertular cacing hati?. Mungkin mereka yang suka lalapan dari tanaman air atau makan siput mentah-mentah. Tidak mungkin juga manusia makan kotoran sapi. Andaikata manusia makan lalapan  dari tanaman air yang ada metaserkaria, atau makan siput yang ada seradium atau kotoran sapi tentu saja calon jabang bayi dari cacing ini akan hancur oleh enzim pecernaan manusia yang asamnya bukan main, sebut saja asam lambung atau HCL. Manusia dibekali enzim-enzim pencernaan yang ampuh untuk menangkal makhluk-makhluk asing didalam tubuh kita. Ini hanyalah bayang-bayang yang asal menerawang dari setiap kemungkinan yang ada. Yang paling memungkinkan adalah manusia makan hati sapi yang fascioloasis alias sapi cacingan cacing hati. Pertanyaan sekarang, apa ya ada manusia makan mentah-mentah daging sapi, kan tidak ada. Apakah hati sapi yang terdapat cacing hati jika dimasak cacingnya tidak mati. Apalagi masak hati sapi tak hanya direbus, digoreng, bahkan dikasih bumbu-bumbu terlebih cabai yang cacing tidak tahan pedes. Ini hanyalah asumsi belaka, sebab hingga saat ini jarang ada laporan manusia terinfeksi cacing hati. [caption id="attachment_225412" align="alignnone" width="600" caption="Waspada dari setiap ancaman, namun tetap tenang jika berbekal ilmu pengetahuan dan pengalaman."]
[/caption] Tidak menutup kemungkinan semua model perpindahan cacing hati ke pada manusia itu terjadi. Dengan pemahaman yang benar setidaknya mengurangi efek panik dan ngeri saat mendengar kasus ada sapi cacingan cacing hati. Hati-hati makan tanaman air, tidak mungkin kan makan Eceng Gondok, Genjer, dan Kangkung mentah-mentah, jikapun terpaksa cuci yang bersih dan pastikan aman. Berhati-hati bukan berarti takut, namun bijak menghadapi ancaman untuk mencari solusi dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Foodie Selengkapnya