Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lumut Kerak, Dibenci Tetapi Dicari

12 Desember 2011   15:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 3554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mata ini jeli, dan dengan sedikit sentuhan pengetahuan, maka hal sekecil apapun akan sangat menarik untuk dibahas, bahkan terlihat ajaib. Sebuah analogi microcosmos yang bisa menjadi inspirasi bagi kehidupan kita, bagaimana hidup berdampingan dengan sesama dan lingkungan. Mencoba melihat sebuah ruang lingkup kecil, namun begitu besar makna interaksinya. Coba perhatikan dan pandang tembok-tembok kusam yang lembab atau kulit kayu yang lapuk. Sepintas tidak ada yang istimewa, tetapi jika lebih dalam diperhatikan ada sebuah keajaiban. Mungkin kita mengenal dengan sebutan Lumut Kerak, yang biasa menempel di tembok, batu atau kulit pohon.

Lumut Kerak, atau secara ilmiah disebut Lichens, yang sering tertukar dengan lumut. Sedikit meluruskan, walau disebut Lumut Kerak, tetapi bukanlah Lumut atau tumbuhan tingkat tinggi lainnya. Lichens adalah kumpulan 3 mahluk hidup, yakni; fungi, alga dan bakteri, yang hidup dalam satu tempat. Sungguh tak disangka bukan? Lumut Kerak adalah asosiasi dari 3 mahluk hidup hidup secara mutualistik ''berdampingan''.

Bersukur bagi kita, jika ditempat kita tumbuh Lumut Kerak. Lichens adalah tumbuhan pioner, atau perintis yang hidup sebelum tumbuhan tingkat tinggi hidup. Selain sebagai tumbuhan perintis, Lichens dijadikan indikator pencemaran udara. Berbahagialah jika disekitar Anda banyak dijumpai Lichens, berarti udara dan lingkungan Anda sehat. Lichens sangat rentan terhadap pencemaran udara dan air, sebab sangat rentan terhadap Sulfur Oksidan dan bahanpencemar laiinya. Selain bahan beracun, Lichens juga rentan terhadap suhu dan kelembapan. Lichens bisa dijadikan indikator ada tidaknya pencemaran udara, serta kondisi lingkungan.

Lichens atau Lumut Kerak yang terdiri dari 3 mahluk hidup, tidak bisa hidup dan berdiri sendiri, tetapi saling tergantung satu dengan yang lainnya. Fungi yang terlihat sebagai lumut kerak menjadi media atau tempat hidup bagi bakteri dan alga, dengan menjaga kelembapan dan tempat perlindungan 2 simbionnya. Alga, yang termasuk klorophyta menyediakan sumber makanan untuk fungi dengan kemampuannya berfoto sintesis. Bakteri, dari genus Sianobakteria bertugas menambat dan menyediakan nitrogen yang berguna sebagai nutrisi untuk pertumbuhan. Interaksi yang sinergis dari 3 mahluk hidup yang tinggal dalam satu lingkungan kecil ''microcosmos'' dan saling bergantung satu dengan yang laiinya.

Namun dibalik kerukunan 3 mahluk tersebut, tidaklah mutlak sebagai hubungan yang saling menguntungkan dan berdampingan. Fungi tidak dapat hidup tanpa keberadaan alga atau bakteri, sedangkan alga dan bakteri dapat hidup sendiri. Dibalik ketergantungan Fungi terhadap Alga dan bakteri, ternyata Fungi sedikit jahat terhadap Alga yang telah mendukung kehidupannya. Fungi menyerang dan membunuh sel-sel Alga, namun tak sebanding dengan pertumbuhan Alga yang jauh lebih cepat. Fungi juga menyerap nutrisi dari Alga dan bakteri, namun tidak mau memberikan sedikit makanannya kepada 2 kolegannya. Dari interaksi tersebut, ada hubungan yang antagonis dan sinergis, namun tetap saling bergantung satu dengan yang lainnya.

Keberadaan Lichens mungkin bagi kita tidak terlalu berpengaruh, namun dari sisi ekologi memiliki peran yang cukup vital. Salah satunya adalah untuk indikator pencemaran dan organisme pengurai. Bayangkan tanpa ada Lichens, kayu tidak menjadi lapuk, dan mungkin pabrik Cat tidak laku karena tembok tidak berlumut dan kusam. Dari sisi farmakologis, ada beberapa Lichens yang bisa dijadikan obat.

Lumut Janggut, atau dalam bahasa Lokal Ki Angin (Jawa), dan memiliki nama ilmiah USNEA MISAMINENSIS berkahsiat sebagai obat herbal. Ada 25 spesies serupa yang bisa dijadikan obat, dahulu nenek moyang kita menggunakannya sebagai jamu. Usnea berkhasiat untuk mengobati masuk angin, desentri, diare bahkan bisa dijadikan sebagai campuran kosmetik ''bedak''. Usnea mengandung saponi, flavanoid, polifenol sebagai anti oksidan, sedangkan asam usnin sebagai anti biotik. Beberapa perusahaan Jamu, telah menggunakan Usnea sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu herbal. Tak salah, jika banyak Usnea dicari karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Demikianlah sekelumit tentang Lumut Kerak yang dimata kita seolah tumbuhan yang merusak estetika dan keindahan, namun dibalik itu ada peran ekologis dan farmakologis. Sebagai indikator lingkungan yang tercemar dan bahan obat adalah sebagian dari peranan Lichen yang sudah terungkap, dan kemungkinan lain masih ada peranan yang mungkin jauh lebih bermanfaat. Selain belajar dari manfaat Lichen, kita juga bisa belajar tentang interaksinya yang saling membutuhkan dan ketergantungan, walau acapkali sinergis dan terkadang antagonis. Sedikit keajaiban alam yang terlewat dihadapan mata kita dan masih banyak lagi yang lain, begitu juga manfaatnya, semoga berkenan.

salam

DhaVe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun