Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lututku Sayang Lututku Malang

19 Juni 2011   01:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:23 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama tidak menginjakan kaki dilapangan hijau dan menempati posisi favorit sebagai pemain bertahan. Setelah sekian lama, akhirnya datang juga saat-saat yang saya nantikan dan bermain penuh, walau hanya sebatas latihan saja. Teman-teman banyak yang komentar, ''tumben kalem, dan sebrutal biasanya, kaya gatuso''. Semenjak ancaman vonis pensiun dari lapangan hijau membuat harus berhati-hati dan lebih lunak. Semua gara-gara ''meniscus injury''. dikedua kaki yang masing-masing 2 kali kaki kiri dan 3 kali kaki kanan.

Meniscus injury atau cidera meniscus adalah terpelintirnya tulang antara pahan dan betis, sehingga persendian lutut geser, otot koyak, saraf muntir dan rusaknya beberapa bagian dalam lutut, Penyebab bisa gerakan yang tiba-tiba, tabrakan, atau salah jatuh. Dalam lapangan hijau, tabrakan, salah jatuh, atau salah gerakan adalah hal yang lumrah dan menjadi resiko yang harus digadaikan dengan cidera. Memang saat terjadi kaki terpelintir tidak terasa, baru sesudah jatuh dan sadar rasanya luar biasa sakit. Kaki tidak bisa ditekuk dan diluruskan, dan lutut biasanya langsung bengkak lalu badan menjadi demam.

Solusi pertama biasa pergi untuk servis di tukang urut khusu otot, dan tulang, guna benerin posisi yang salah. Jika mau tau rasanya, sungguh nikmat sekali dan tak terbayangkan untuk diulangi. Diawali di ajak bercanda lalu tiba-tiba dipetot dan ''klak, kluk'' bunyi otot yang terjepit dan salah letak dan akhirnya lega kaki bisa lurus dan ditekuk. Masalah belum selesai, sebab diperkirakan sambungan otot dan tulang ''tendon'' mengalami sobek dan pembengkakan, sehingga butuh waktu lama untuk pulih. Pekerjaan rumah yang menyebalkan untuk urusan recovery paska cidera, namun haru telaten.

Seorang yang kebetulan baru pulang dari sea games, membantu untuk mengurus cidera lutut. Kebetulan dia atlet sepak takraw yang menu sehari-harinya adalah cidera dibagian kaki. Setiap pagi, sebelum dia pergi latihan akan mendidihkan air lalu lutut saya yang cidera dihangatkan dengan uap air panas campur garam. Sore usai latihan mengajak ke kolam renang untuk relaksasi di air sambil melatih otot-otot yang kaku. Malam harinya diolesi dengan ramuan beras kencur dan kembali dibalut. Dalam waktu 2 minggu sudah kembali kelapangan hijau untuk menghajar sikulit bundar.

Cidera yang terakhir mungkin yang terparah, sebab tidak seperti biasanya dalam waktu 1-2 bulan pulih, tetapi hampir 4 bulan masih terasa sakit dan nyeri. Dalam kondisi seperti orang, cacat akhirnya mendapat ancaman vonis untuk berhenti main bola. Berawal dari tabrakan, dimana kaki lawan menabarak lalu menggaet lutut kanan hingga terpelintir lalu jatuh dan timbun badab lawan. Serasa mau pingsan, namun sadar ini dilapangan dan harus kembali berdiri yang pada akhirnya tumbang juga. Hampir 5 bulan sudah absen dari lapangan hijau, namun setelah 6 bulan gatal juga kaki untuk sekedar lari dan menendang. Dengan balutan dilutut dan ekstra hati-hati, maka masuklah kembali kelapangan hijau.

Kata orang, pedes-pedes sambel, pada awal saat pedes bilang kapok, tapi diulangi lagi dan lagi untuk makan cabe. Awal cidera seolah menjadi akhir dari segala-galanya, dan saat vonis dokter datang harapan itu sirna, namun begitu sembuh kembali menikmati sensasi berlari direrumputan. Saat ini tidak lagi mengejar prestasi, hanya cukup melampiaskan gatal dikaki untuk menyisir lapangan hijau, walau kedua kaki sudah dinyatakan cacat akibat cidera meniscus. Santun dan berhati-hati adalah langkah aman terhindar dari cidera, bermain keras lebih baik daripada tindakan kasar dan brutal.

Salam

DhaVe
KA, 19062011,08:00

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun