[caption id="attachment_333101" align="aligncenter" width="576" caption="Rawa Pening yang menjadi sumber kehidupan (dok.pri)."][/caption]
Suatu hari anak yang buruk rupa itu mengadakan sayembara. "Barang siapa yang bisa mencabut lidi ini maka mereka boleh melakukan apa saja untuku, tetapi jika tidak bisa maka rasakan bencana itu datang" begitu kata anak ini. Cerita tersebut menjadi dongeng bagi masyarakat sekitar Rawa Pening, karena dari lidi tersebut keluar mata air yang menenggelamkan seluruh kampung.
Rawa Pening, sebuah danau alam di Terletak di kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Rawa ini terletak di 3 Kecamatan, yakni; Bawen, Tuntang, dan Ambarawa. Sebuah mangkuk raksasa yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan menjadikan danau ini sebagai lansekap yang eksotis. 9 sungai besar menjadi kran-kran yang mengucur deras hampir setiap tahun. 1 sungai menjadi pintu keluar yang akan mengantarkan menuju laut jawa.
[caption id="attachment_333102" align="aligncenter" width="448" caption="Menghadang sang surya di tepi rawa (dok.pri)."]
Pagi sebelum sang surya beranjak, kaki ini sudah berpijak di tengah-tengah sawah. Halimun tipis membelai lembut, terasa dingin dan beku saat mata ini melihat secercah cahaya di ufuk timur. Ingin rasanya membuat waktu ini lambat agar detik-detik cahaya kehidupan itu berjalan pelan. Semilir angin yang mengelus pupus-pupus padi berbisik mengatakan bahwa inilah keindahan.
Tak terasa kehidupan mulai bergeliat. Sesosok lori kecil terseok-seok di remang pagi sambil menyusuri rel. Perahu-perahu tak bercadik mulai meninggalkan dermaga mengikuti dayungan tuannya. Burung-burung kuntul putih mulai menjejak sawah yang kemarin usai dibajak. Inilah geliat kehidupan di tepian rawa pening.
[caption id="attachment_333104" align="aligncenter" width="461" caption="Geliat kehidupan sudah dimulai (dok.pri)."]
Rona kuning keemasan mengguyur hamparan hijaunya padi di sawah. Saya seolah dibawa terbang bebas dan jemari ini menyentuh pupus-pupus yang masih lunak lalu melesat ke atas dengan kecepatan maksimal. Dari atas sini saya ingin menari dan berputar-putar melihat pesona bumi pertiwi. Ijo royo-royo, gemah ripah loh jinawi dan saya baru sadar tanah kita kaya. Urat-urat nadi transportasi berupa jalanan aspal sudah meramikan pagi ini saat saya melintas di atasnya. Luar biasa pagi ini saat rawa pening menjadi titik awal.
Tercatat 2000an nelayan menggantungkan hidupnya pada rawa pening. Mereka yang mancing, menjala, karamba dan mbranjang menggantungkan sepenuhnya pada danau dari anak buruk rupa yang bernama Baru Klinting ini. Petani yang membuka sawah di sekeliling danau mengandalkan pada limpahan air yang tak pernah kering sepanjang tahun. Tidak salah jika rawa pening menjadi oase lumbung padi yang tak pernah dahaga.
[caption id="attachment_333105" align="aligncenter" width="461" caption="Mereka yang menghandalkan hidup dari rawa (dok.pri)."]
Saat ini kondisi danau alam ini semakin memprihatinkan. Hampir 70% muka danau sudah ditutupi oleh Eceng Gondok. Dalam jumlah terbatas, tanaman dengan nama ilmiah Eichornia crassipes bisa menjadi pelengkap ekologi. Saat ini jumlah yang semakin tak terkendali seolah menjadi ancaman ekologis. Daya serap air yang tinggi begitu juga dengan evapotranspirasi tanaman ini mampu menyedot air rawa dalam jumlah yang besar. Pergerakan sarana transportasi juga akan dihampat saat ribuan stolon eceng gondok saling terkait satu sama lain.