Mohon tunggu...
Sa'adatul Lailiya
Sa'adatul Lailiya Mohon Tunggu... -

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hijaukan Negeriku

7 April 2013   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:34 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_253393" align="aligncenter" width="262" caption="paru-paru dunia"][/caption]

Lestari alamku lestari desaku

Dimana Tuhanku menitipkan aku

Nyanyi bocah-bocah di kala purnama

Nyanyikan pujaan untuk nusa

Damai saudaraku suburlah bumiku

Kuingat ibuku dongengkan cerita

Kisah tentang jaya nusantara lama

Tentram kartaraharja disana

Mengapa tanahku rawan ini

Bukit-bukit telanjang berdiri

Pohon dan rumput enggan bersemi kembali

Burung-burungpun malu bernyanyi

Kuingin bukitku hijau kembali

Termenungpun tak sabar menanti

Doa kan kuucapkan hari demi hari

Kapankah hati ini kapan lagi

Masih ingatkah dengan lirik lagu lawas diatas? Sebuah lagu yang sebenarnya mengandung majas ironi untuk kita semua. Namun sayangnya, kita tak pernah menyadari akan hal itu. Dan mungkin bahkan menganggap remeh makna dari sebuah lagu sederhana ini.

Seharusnya kita bersyukur, karena Indonesia memiliki peranan penting dalam perkembangan ekosistem di dunia ini. Jikalau boleh penulis berkata, bahwa sesungguhnya dunialah yang butuh Indonesia, bukan Indonesia yang membutuhkan dunia. Dengan luas hutan sekitar 109 juta hektar (2003), Indonesia adalah pemilik hutan hujan  tropis terluas ke-3 di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Tapi dari luasan hutan yang tersisa itu, hampir setengahnya terdegradasi.

Namun, hingga kini tak banyak yang menyadari bahwa kekayaan hutan Indonesia tidaklah sebatas  kayu. Keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya sangat bermanfaat di dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dunia. Diantaranya bagi industri  farmasi/kerajinan, pariwisata, dan ilmu pengetahuan. Disamping itu, hutan juga menjaga fungsi tata air, penyerap dan penyimpan karbondioksida, serta sumber air bagi kebutuhan makhluk hidup. Hutan juga merupakan paru-paru dunia, dengan semakin banyaknya polusi yang dihasilkan oleh berbagai macam teknologi buatan manusia tentu hutan memiliki peranan yang sangat penting dalam pengolahan kadar oksigen yang terkandung di udara.

Melihat fakta yang terjadi di hutan Indonesia sungguh sangat miris sekali. Sejak tahun 1970 penggundulan hutan mulai marak di Indonesia. Pada tahun 1997-2000, laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Saat ini diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28%. Berbagai macam penyebab kerusakan ini jika tidak segera dihentikan, maka  hutan yang tersisa akan segera musnah. Dan semua ekosistem alam termasuk kita sebagai manusia tentu akan dibuat repot olehnya.

Beberapa macam kerusakan hutan yang ada di Indonesia terutama disebabkan oleh:

- penebangan liar (illegal logging)

- kebakaran hutan dan lahan

- kegiatan penambangan

- peralihan fungsi hutan (konversi) menjadi perkebunan skala besar dan hutantanaman industri

- penebangan yang tidak lestari (unsustainable logging)

Industri pengolahan kayu Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 80 juta meter kubik kayu untuk memenuhi kebutuhan industri penggergajian, kayu lapis, kertas, dan pulp. Lebih dari setengahnya didapatkan dari hasil pembalakan illegal di hutan alam. Sungguh, hanya untuk memenuhi nafsu segelintir kelompok saja kita harus mengorbankan kebutuhan jutaan ekosistem di dunia.

Tahukah Anda?

Bahwa laju kehilangan dan kerusakan hutan pada tahun 2000-2005 di Indonesia setara dengan 364 lapangan bola/jam.

Untuk itu, sebagai masyarakat yang masih memiliki hati nurani, sudah seharusnya kita memulai hal-hal kecil untuk melestarikan hutan yang ada di tanah air ini. Dengan melakukan perubahan kecil di dalam kehidupan kita, tentu nantinya akan menjadi habitus baru untuk masyarakat luas dalam menyelamatkan nasib paru-paru dunia ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kita sebagai masyarakat yang masih sangat membutuhkan kehadiran hutan diantaranya adalah :

Membuat taman di lingkungan rumah

Hal ini dapat dilakukan oleh siapapun yang memiliki sisa lahan di depan, samping ataupun belakan rumah. Tak perlu banyak-banyak lahan yang dibutuhkan, yang pasti dapat kita manfaatkan untuk lahan hijau sebagai sumber oksigen di lingkungan rumah kita. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak memiliki lahan? Tentu banyak cara untuk mengakalinya. Bisa menanam pada polibag atau pot yang kemudian bisa di taruh di depan rumah, atau memang jika tidak memungkinkan masih ada cara dengan menggantungnya. Disamping sebagai sumber oksigen, tentu banyak manfaat lain yang bisa dihasilkan dengan melakukan hal kecil seperti ini. Rumah tentu menjadi nampak hidup, nampak subur, lain halnya dengan rumah yang sama sekali tidak ada tanaman hijaunya.

Memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami

Lahan kosong saat ini memang sudah sangat jarang didapati, apalagi di lingkungan perkotaan. Namun tidak menutup kemungkinan kalau masih ada lahan-lahan yang memang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan lahan hijau. Manfaatkan lahan kosong tersebut dengan menanami tanaman yang tentunya mampu menolong keseimbangan alam. Dapat juga ditanami dengan berbagai macam tanaman yang dapat membuahkan hasil untuk masyarakat sekitarnya.

Pengendalian diri dalam pemanfaatan sumber hutan

Ini khususnya bagi mereka para pelaku illegal loging ataupun para pengusaha yang kerapkali menyulap hutan menjadi hotel atau apartemen. Mohon hendaknya dapat mengendalikan keegoisan di dalam diri, jika memang membutuhkan lahan tersebut untuk digunakan sebagai sumber investasi, mengapa tidak dengan menyulap lahan tersebut menjadi lahan produksi ataupun kebun. Kan tentu juga nantinya dapat dijadikan tempat wisata hijau yang juga mampu menghasilkan income, dan tidak harus merusak hutan jika ingin membangun mall ataupun apartemen. Dibalik kebebasan kolektif yang anda miliki, tentu masih ada kebebasan kolektif yang membatasi, dalam hal ini adalah kebutuhan masyarakat lainnya akan keberadaan paru-paru dunia.

Tebang pilih tanam

Jika memang sangat mengharuskan menebang pohon demi kelangsungan hidup, tentunya juga harus diimbangi dengan menanam kembali pohon yang baru. Sehingga hutan dapat remaja kembali, dan pohon-pohonnya tidak habis begitu saja. Disamping itu, pemilihan usia pohon untuk di tebang juga harus diperhatikan.

Menanamkan jiwa “cinta lingkungan” pada generasi bangsa

[caption id="attachment_253392" align="alignnone" width="243" caption="generasi muda adalah penentu nasib bangsa"]

1365324671182573022
1365324671182573022
[/caption]

Generasi penerus bangsa tentunya juga memiliki andil yang besar di dalam pelestarian hutan. Dengan menanamkan jiwa ‘cinta lingkungan’ dapat mendidik generasi bangsa menjadi seorang insan yang mau menjada keseimbangan lingkungan. Penenaman jiwa ‘cinta lingkungan’ dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat melalui habituasi kecil di dalam kehidupan. Misalnya adalah sekolah mengajak siswa-siswinya untuk menanam pohon di lahan sekolah, melakukan reboisasi di hutan-hutan gundul. Yang tentunya semua itu dapat disemaikan melalui mata pelajaran yang ada di sekolah.

Tidak membakar hutan

Banyak sekali kejadian kebakaran hutan di tanah air akhir-akhir ini, tan tau itu karena unsur sengaja ataupun tidak disengaja. Andaikan masyarakat tahu betapa meruginya jika hal seperti ini terjadi tentu masyarakat akan menghindari hal seperti ini. Kebakaran hutan tidak hanya merusak dan memusnahkan ekosistem hutan, namun juga dapat menyebabkan berbagai hal yang merugikan. Diantaranya adalah tanah longsor, karena tak ada akar pohon yang mampu menyerap air, polusi, yang mana dengan membakar hutan tentu akan menghasilkan asap yang sangat besar, dan asap ini mengakibatkan polusi yang bisa merusak kesehatan sistem pernafasan.

Reboisasi

Penanaman hutan yang gundul harus dilakukan secara rutin. hal ini dapat dilakukan dengan menghimbau warga sekitar untuk melakukan reboisasi rutin secara berkala dalam waktu tertentu. Sungguh akan banyak manfaat yang dihasilkan, sebab disamping dapat menyelamatkan hutan tentunya dapat menyelamatkan kehidupan anak cucu kita nantinya.

Beberapa cara yang ada diatas adalah langkah kecil yang bisa kita lakukan. Masih banyak langkah-langkah yang lainnya yang bisa kita lakukan di dalam pelestarian hutan. Namun hal seperti itu tentu akan menjadi sia-sia jika tidak ada penghabitusan yang optimal di dalam diri kita masing-masing. Untuk itu, mari kita mulai dari diri kita sendiri sebelum kita mengajak orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun