Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Perjuangan Prajurit Jalasena (TNI AL), bagian 7

1 Februari 2025   16:33 Diperbarui: 1 Februari 2025   20:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Para Perwira TNI AL Pada Peringatan Hari Dharma Samudera (Dokumen TNI AL)

Komodor I Yosaphat Soedarso. Sejak kecil Yos bercita-cita menjadi prajurit, setidaknya seperti ayahnya yang seorang polisi. Tapi, kedua orang tua Yos tidak menghendaki anak kesayangan mereka masuk militer, terlalu besar pertaruhannya di masa-masa yang memang rawan perang itu. Nama aslinya adalah Yosaphat Soedarso, tapi orang-orang lebih sering menyapanya singkat: Yos. Ia adalah putra dari pasangan Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam, lahir di sebuah kota Salatiga, Jawa Tengah, pada 24 November 1925.

Yos merampungkan pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsch School (HIS), sekolah dasar bikinan Belanda untuk anak-anak pribumi, pada 1940. Setelah itu, Yos lanjut ke sekolah menengah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Semarang dan langsung lulus dalam waktu tiga tahun. Orang tua Yos sempat girang karena sang putra diterima di Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Muntilan. Namun, situasi yang kala itu tidak kondusif membuat Yos gagal menyelesaikan studi gurunya. Saat itu memang sedang terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di tengah berlangsungnya Perang Dunia II. Batal menjadi guru, Yos tak patah arang. Justru mimpinya menjadi prajurit kini berpeluang untuk diwujudkan. Apalagi pemerintahan militer Jepang di Indonesia memang sedang membutuhkan banyak tambahan tenaga untuk menghadapi Sekutu di Perang Asia Timur Raya.

Yos masuk Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang sekaligus mengikuti pendidikan militer angkatan laut Jepang. Hanya butuh setahun bagi Yos untuk lulus sekaligus menjadi salah satu siswa terbaik. Pada 1944, Yos bertugas di kapal milik Jepang bernama Goo Osamu Butai sebagai Mualim II di bawah kapten. Usai Jepang kalah dan Indonesia merdeka pada 1945, karier Yos berjalan sangat mulus. Ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR, cikal-bakal TNI) Laut dan turut ambil bagian dalam berbagai operasi militer untuk mengatasi aksi letupan perlawanan di daerah.

Pada 1950, setelah Belanda secara penuh mengakui kedaulatan RI, Yos menjabat sebagai komandan dan memimpin cukup banyak kapal milik republik, dari RI Alu, RI Gajah Mada, RI Rajawali, hingga RI Pattimura. Yos juga sempat menjabat sebagai hakim pengadilan militer selama 4 bulan pada 1958. Gejolak internal ALRI pada 1959 menjadi titik krusial dalam karier militer Yos Sudarso. Ia turut dalam rombongan Letnan Kolonel Ali Sadikin yang tidak sepakat dengan kepemimpinan KSAL Laksamana Madya TNI Subiyakto.[1]

-

Hari Dharma Samudera Sebagai Landasan Spirit Fundamental Prajurit Jalasena Yang Tangguh, Profesional, Dan Modern 

Para pendahulu prajurit Jalasena, ditengah berbagai keterbatasan Alutsista, meletakan dasar kekuatan TNI AL sejak awal lembaga ini berdiri. Berbagai bentuk operasi dapat dilakukan meski keberadaan unsur kekuatan laut sangat terbatas. Belanda, pada periode perang kemerdekaan tidak serta merta menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia. Dengan geografis khas ribuan pulau, Belanda melakukan berbagai upaya blokade atas Jawa dengan pulau besar lainnya. Meski demikian, TNI AL mempu melakukan berbagai upaya menghadapi hal ini.

Apapun rintangan saat itu, bagi TNI AL laut adalah penghubung bukan penghalang batas wilayah. Menurut Laksamana TNI (Purn) Siwi Sukma Adji kala menjadi KSAL,"Pertempuran yang kita hadapi saat ini dalam mewujudkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak banyak berubah hanya karakter pertempuran yang berbeda dari segala tantangan menyangkut batas laut teritorial NKRI menjadi pekerjaan rumah Pemerintah dan khususnya TNI Angkatan Laut". Medan dan filosofi tugas yang dihadapi prajurit Jalasena saat ini tidak berbeda dengan dimasa lampau. Meski saat ini situasi umum negara dalam keadaan damai, prajurit Jalasena harus senantiasa menyiapkan segalanya.[3] 

Bagi Laksamana TNI (Purn) Yudo Margono,"Peringatan hari Dharma Samudera pada hakikatnya adalah media dalam menyampaikan warisan nilai kejuangan agar tetap terjaga semangat dan jiwa tempur prajurit dalam menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia".[1] Bahkan pada tahun 2021, menjelang tanggal 15 Januri terjadi sebuah musibah jatuhnya pesawat milik Maskapai Nasional Sriwijaya Air SJ-182. Di dekat perairan Teluk Jakarta. Laksamana TNI Yudo Margono selaku KSAL kala itu sedianya memperingati Hari Dharma Samudera beserta berbagai unsur kekuatan TNI AL di Selat Lampa, Natuna. 

 Musibah ini membuat Laksamana TNI Yudo Margono memerintahkan pembatalan giat dan memfokuskan kekuatan unsur yang ada untuk upacara agar seluruhnya terlibat pada proses SAR. Bagi beliau, ini adalah makna peringatan Hari Dharma Samudera yang hakiki.  "Operasi kemanusiaan lebih penting dan utama sehingga peringatan Hari Dharma Samudera kita batalkan supaya fokus dalam SAR," tegasnya. Setidaknya 7 unsur KRI terlibat (KRI Teluk Gili Manuk-531, KRI Kurau-856, KRI Parang-647, KRI Tjiptadi-381, KRI Cucut-866 , KRI Rigel-933, KRI John Lie-358) berikut Helikopter dan kapal tunda pendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun