Kronologis berhasilnya RI Matjan Kumbang dan RI Harimau lolos dari pertempuran Aru. Pukul 22.10 saat tembakan pertama meriam 12 cm menghujani RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang pun mendapat serangan serupa. RI Matjan Kumbang dihujani peluru sekitar satu jam lamanya. RI Matjan Kumbang berhasil lolos setelah mengambil halu melewati perairan berkedalaman sekitar 3 meter yang membuat kapal-kapal musuh tidak mampu mengejar.
Pertempuran laut antara ketiga MTB Indonesia dengan dua kapal perang Belanda yang dibantu oleh pesawat terbang Neptune, memang berlangsung dahsyat. "...saya justru menilainya cantik, penuh bunga api wama-wami dengan latar belakang langit hitam pekat. Kecuali itu, berlangsung sebagai layaknya pertarungan antar gentleman, jelas saling berhadap-hadapan. Tidak sebagaimana pertempuran di darat, kedua pihak saling bersembunyi sehingga sama sekali tak nampak batang hidungnya" kata Kolonel Moersjid mengenang pertempuran tersebut.
-
Pasca Peristiwa Pertempuran Laut Aru. Di Jakarta keesokan harinya, tanggal 16 Januari, Presiden/Panglima KOTI Papua Barat mengadakan Sidang luar biasa untuk membahas insiden Laut Arafuru. Persidangan tersebut dihadiri oleh semua Kepala Staf Angkatan dan seluruh Staf Operasi Pembebasan Irian Barat.
Sesudah satu seperempat jam bersidang, Kolonel Achmad Yani juru bicara Staf Operasi Pembebasan Papua Barat menjelaskan kepada pers, "Tidak benar Indonesia bermaksud mencoba melakukan invasi." "Tidak benar Indonesia bermaksud mengadakan pendaratan. Itu sudah tidak mungkin, kalau melihat tipe kapalnya saja. MTB bukan imbang terhadap kapal-kapal perusak yang dikerahkan oleh Belanda. Kalau kita mau menyerang, tentu kekuatan yang kita kerahkan paling tidak mesti seimbang dengan apa yang mereka ajukan..." Achmad Yani juga mengakui pada kesempatan itu, sebuah MTB kepunyaan ALRI (Sebutan untuk TNI AL kala itu) telah ditenggelamkan oleh pihak Belanda.
Komando Angkatan Laut Belanda di Hollandia (Sebutan Papua oleh Kerajaan Belanda) pada hari yang sama juga mengeluarkan pengumuman, "Kapal-kapal perang Indonesia yang dengan kecepatan tinggi sedang menuju ke pantai Hollandia telah melepaskan tembakan kepada kapal-kapal Belanda. Dalam pertempuran yang kemudian dengan cepat berlangsung, sebuah Kapal Cepat Torpedo (KCT) Indonesia terbakar 'Kapal-kapal Belanda berhasil menangkap awak kapalnya yang mencoba menyelamatkan diri dalam sebuah sekoci pendarat karet, jumlah orang Indonesia yang tertangkap itu dua kali lebih besar dari jumlah awak kapal yang normal diperlukan bagi sebuah kapal cepat torpedo. Normal awak kapal jenis tersebut adalah 20 sampai 30 orang. Tetapi agaknya, kapal Indonesia mengangkut 70 sampai 90 orang. Hal ini menunjukkan pihak Indonesia sedang berusaha melakukan pendaratan di pantai yang masih berada dibawah penguasaan negeri Belanda.
Petang harinya Radio Australia memberitakan, Belanda menawan 50 prajurit Indonesia dalam pertempuran itu. Kapal-kapal perang Belanda mulai menembak suatu formasi kapal-kapal Indonesia yang sedang bergerak di perairan teritorial Belanda, di arah selatan Papua. Berita dari Den Haag-Negeri Belanda, yang dilaporkan oleh Kantor Berita Belanda DPA melukiskan, meluasnya perasaan khawatir dengan kenyataan, kapal-kapal Belanda telah melepaskan tembakan lebih dulu.
Disisi Indonesia, Mayor Laut Ambardi seperti dilansir Berita Antara, 19 Januari 1962 terkait informasi ditawannya prajurit Indonesia oleh Belanda menyatakan,"Untuk itu kami meminta bantuan Palang Merah Internasional untuk melakukan peninjauan atas adanya kemungkinan anggota kita ditawan oleh pihak musuh".
-
Pikiran Rakjat, 23 Januari 1962 akhirnya mengumumkan gugurnya Yos Sudarso pada 23 Januari 1962. Sejumlah referensi, termasuk dari sumber Belanda menyebutkan KRI Macan Tutul mulanya diserang pembom Neptune. Kapal fregat Belanda Hr. Ms. Evertsen kemudian bergabung dengan tempat kejadian dan menenggelamkan RI Macan Tutul. Kapal Belanda lainnya yang berada di tempat kejadian ialah Hr. Ms. Kortenaer dan Hr. Ms. Utrecht. Dalam pertempuran itu lebih dari dua puluh orang gugur di pihak Indonesia termasuk Komodor I Yos Sudarso, dan beberapa perwira seperti Kapten Wiratno, Kapten Memet Sastrawiria, Kapten Tjiptadi. Puluhan serdadu Indonesia lainnya berhasil selamat dan ditawan pihak Belanda.[1]