Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

13Th December Inferno (Bagian 5)

30 Maret 2024   22:21 Diperbarui: 30 Maret 2024   22:22 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5

"Ijin Masuk", ucap keduanya di pintu

"Masuk," jawab suara dari dalam.

            

Keduanya segera masuk ruangan Letkol Djuned.

"Silahkan duduk".

"Siap, terima kasih komandan". Prapto dan Sulaiman segera duduk.

"kemarin terjadi sebuah peristiwa besar di Tangsi[1] Polisi di Kota Bekasi".

 

"Siap".

 

"Saya mendengar kabar, 25 prajurit Inggris di bunuh oleh rakyat di sana".

 

"Siap".

 

"Sebab musababnya saya belum mendapat berita pasti".

 

"Posisi kita tidak jauh dari Bekasi".

 

"Siap".

 

"Tidak menutup kemungkinan akan ada serangan balasan atas kejadian kemarin".

 

"Posisi yang dekat dengan Bekasi membuat kondisi kita cukup rawan, walaupun garis demarkasi sudah disepakati oleh Mr Syahrir (Perdana mentri Indonesia kala itu) dengan pemimpin Sekutu".

 

"Siap".

 

"Kita semua tahu, sejak bulan lalu, Bandung sudah terbelah dua. Utara di bawah penguasaan Sekutu, Selatan masih dibawah penguasaan Republik".

 

"Siap".

 

"Jika aksi balas dendam terjadi, seperti kejadian di Surabaya, bisa saja mereka bergerak dari Jakarta dan utara Bandung, menuju Bekasi dan Kita".

 

"Siap".

 

-

 

"Kapten Sulaiman",

 

"Siap".

 

"Segera susun rencana evakuasi, terutama dokumen penting apabila pecah pertempuran disini".

 

"Siap Komandan", jawab Kapten Sulaiman.

 

-

 

"Letnan Prapto"'

 

"Siap",

 

"Giatkan pelatihan anggota kita".

 

"Siap",

 

"Siapkan mereka, jika sewaktu-waktu harus maju ke garis depan".

 

"Siap Komandan", jawab Prapto.

 

"Silahkan Lanjutkan Kegiatan Hari Ini!" perintah ini mengakhiri pengarahan Komandan Pangkalan.

 

"Siap", kedua perwira itu menjawab tegas dan segera keluar ruangannya melaksanakan perintah Letkol Djuned.

 

-

 

Sehari sebelumnya, sebuah Pesawat DC3 Dakota milik Pasukan Sekutu mengangkut Tentara Inggris akibat kerusakan mesin mendarat darurat di Rawa Gatel, perbatasan Jakarta dan Bekasi. 25 prajurit Sekutu yang hidup kemudian di bawa oleh rakyat dan para pejuang ke Tangsi Polisi di Kota Bekasi. Tangsi itu sendiri sekarang menjadi Kantor Kepolisian Resort (Polres) Bekasi Kota.

 

Kejadian selanjutnya, akhirnya ke 25[2] prajurit tadi tewas di tangan rakyat Bekasi. Pasukan TKR di Bekasi sudah berupaya mencegah, bahkan mencoba mengamankan mereka di Tangsi. Hal ini juga karena Pasukan Sekutu sudah meminta Pemerintah Republik mengembalikan mereka. Akan tetapi, massa tidak dapat dicegah untuk menganiaya hingga semuanya tewas.

 

Dalam perhitungan militer Letkol Djuned, hal ini berpotensi besar menimbulkan aksi balasan dari Pasukan Sekutu.

 

Sejak peristiwa terbunuhnya 25 Pasukan Inggris di Tangsi Polisi Bekasi, hubungan antara Sekutu dan pihak Indonesia makin memanas, khususnya di Jakarta dan Jawa Barat.

 

-

 

29 November 1945. Pasukan Sekutu melanggar garis Demarkasi dengan alasan mencari pelaku yang menyebabkan tewasnya prajurit mereka di Tangsi Polisi seminggu sebelumnya.

 

Gerakan ini mendapat penghadangan di Cakung sehingga pertempuran terjadi disana. Di bagian lain, Sekutu berusaha masuk Bekasi hingga ke Kampung Rawa Pasung. Disanapun Pasukan Sekutu mendapat hadangan dari TKR.

 

Pasukan Sekutu akhirnya mundur melalui Pondok Ungu. Disana, sekali lagi Pasukan Sekutu mendapat penghadangan dari Laskar Hizbullah pimpinan KH Noer Ali.

 

Awalnya pertempuran berimbang sampai akhirnya Pasukan Sekutu mendapat bantuan mortir dan meriam. Laskar Hizbullah dipukul mundur hingga di sekitar Jembatan Sasak Kapuk. Disana, laskar ini mendapat serangan berat termasuk bom yang dilontarkan pesawat-pesawat Sekutu sehingga mundur ke arah utara.

 

Hari itu, Pasukan Sekutu gagal melaksanakan upaya penyisiran atas mereka yang dianggap bertanggung jawab pada kematian rekan-rekan mereka.

 

-

 

9 Desember 1945, Konvoi logistik Pasukan Inggris yang menjadi bagian dari Pasukan Sekutu melintasi Kawasan Bojong Kokosan, Sukabumi dalam rangka mengantar logistik ke Kota Bandung. TKR, dibawah pimpinan Letkol Eddie Sukardi melakukan aksi penghadangan terhadap konvoi itu.

 

Bojong Kokosan, merupakan sebuah daerah yang terletak sebelum Kota Sukabumi dari arah Jakarta. Jalan penghubung di daerah itu terletak pada sebuah lembah yang diapit ketinggian di kedua sisinya. Pada era perang modern-zone seperti itu kerap disebut Killing Ground-tanah pembantaian. Disebut demikian karena area dimaksud sangat rawan serangan musuh. Faktor penyebabnya adalah posisi pasukan sendiri sangat tidak menguntungkan, akibat terjepit diantara 2 titik serangan berseberangan berupa ketinggian. Yang menyebabkan pasukan sendiri tidak memiliki tempat perlindungan ketika terjadi kontak senjata.

 

Hal ini disadari dan dimanfaatkan dengan baik oleh Letkol Eddie beserta pasukannya. Mereka sebelumnya mendapat berita terkait pergerakan konvoi dengan pengawalan 8 tank Stuart. Mereka (Pasukan TKR), meski terbatas jumlah senjata dan amunisi, kemudian memutuskan untuk melaksanakan penghadangan di Bojong kokosan.

 

Lepas tengah hari, konvoi bergerak meninggalkan Jakarta menuju arah Selatan. Hal ini dilakukan oleh Sekutu karena sangat sulit untuk mengirim logistik ke Bandung melalui Bekasi dan Karawang akibat konsentrasi Pasukan TKR disana.

 

Pukul 14.30 konvoi itu tiba di Cigombong. Disana mereka mendapat hadangan pasukan pimpinan Mayor Yahya Bahram dan Kapten Murad Idrus. Penghadangan pertama ini sebenarnya hanya tipuan dari Letkol Eddie agar Pasukan Sekutu menganggap remeh kekuatan TKR. Penghadangan berlangsung sangat singkat. Untuk kemudian Pasukan TKR mundur menghilang ke arah Sukabumi melalui lereng Gunung Gede-Pangrango.

 

Akhirnya Konvoi Sekutu kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di Bojong Kokosan pukul 16.30 dan tertahan akibat jalan yang rusak. Sekonyong, dengan granat Tangan dan Molotov, konvoi ini di serang oleh Pasukan Letkol Eddie. Pada saat bersamaan, turun hujan deras, sehingga sulit bagi Konvoi Sekutu menentukan posisi Pasukan TKR yang berada di ketinggian. Dan, pesawat Sekutu tidak mampu memberi dukungan tembakan karenanya.

 

Selama hampir 2 jam konvoi ini tertahan dan baru dapat bergerak setelah hujan berhenti dan Pesawat Thunderbolt serta Mosquito menghujani kedudukan Pasukan TKR. Pada saat bersamaan, persediaan amunisi Pasukan TKR habis, sehingga mereka mundur. Konvoipun melanjutkan perjalanan ke Kota Bandung. Peritiwa ini menyebabkan 50 Prajurit Sekutu tewas, 30 hilang dan setidaknya 100 terluka.[3]

 

Pihak Sekutu mensinyalir, bocornya pergerakan konvoi ini berasal dari Pemerintah Pusat Republik yang dipimpin oleh Sutan Syahrir. Sutan Syahrir dituduh oleh pihak Sekutu memberikan informasi kepada pimpinan pemerintahan republik di Sukabumi yang kala itu dipimpin Samsudin.

 

-

 

Rentetan peristiwa ini menimbulkan kemarahan besar Letjen Sir Philip pimpinan Tentara Inggris di Jakarta.

 

"Semua akibat kekeras kepala kaum oportunis Bekasi!" Tudingnya, saat berbicara dengan para petinggi Sekutu lain di maskarnya.

 

"Seandainya melewati Bekasi, tentu hal ini tidak akan terjadi," tukasnya lanjut. Sementara, para perwira tinggi yang hadir diam.

 

"Bekasi harus kita hancur kan!"

 

"Bekasi hingga Karawang. Wilayah ini harusnya kita kuasai!"

 

"Siap".

 

"Jika kita menguasai Bekasi dan Karawang, maka Bandung tidak terpisah lagi dengan Jakarta".

 

"Siap".

 

"Semuanya!"

 

"Siap".

 

"Kalian semua bersiap. Akan segera tiba waktunya. Inferno (Neraka) di Bekasi. Kita jadikan Bekasi membara untuk kaum oportunis itu".

 

"Siap!"

 

"Tidak lama lagi, Tidak Lama Lagi!"

 

"Siap", pertemuan di ruang Letjen Sir Philip pun berakhir.

(BERSAMBUNG ke bagian 6; Naskah ini telah terbitkan dalam bentuk novel dengan judul yang sama oleh penerbit Tidarmedia dan dipasarkan secara online melalui Tokopedia)

Penjelasan footnote:

[1] Tangsi adalah barak atau asrama tempat tinggal anggota militer atau polisi. Kata ini diserap dari rumpun bahasa asli Nusantara ke dalam Bahasa Indonesia.

[2] Terkait jumlah korban pasukan Sekutu pada peristiwa ini, beberapa sumber menyebutkan 26 prajurit. Mereka berkebangsaan Inggris dan India. Pesawat DC Dakota yang mereka tumpangi, memiliki tujuan Kota Semarang, namun karena kerusakan mesin, akhir nya pesawat itu harus mendarat darurat, yang memicu peristiwa 23 November 1945 di Kota Bekasi.

[3] Pada peristiwa Bojong Kokosan, catatan sejarah menyebutkan jumlah gugur di pihak Indonesia berjumlah 28 orang. Peristiwa ini mencoreng Pasukan Sekutu yang dilengkapi alat perang lengkap dan modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun