Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pengaruh Aliansi Quad dan Tiongkok terhadap Stabilitas Kawasan Regional Asia - Pasifik

10 Maret 2024   17:15 Diperbarui: 10 Maret 2024   18:56 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Induk Liaoning Milik AL Tiongkok/China (Reuters)

PENGARUH ALIANSI QUAD DAN TIONGKOK TERHADAP STABILITAS KAWASAN REGIONAL ASIA -- PASIFIK


PENDAHULUAN

            Quadrilateral Security Dialogue-QSD, atau dalam bahasa Indonesia Dialog Keamanan Kuadilateral atau kerap di kenal dengan Aliansi Quad adalah sebuah forum dialog strategi informal antara empat buah negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, India dan Australia. Forum ini prakarsa oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2007 dan mendapat respon positif dari wakil atau pimpinan 3 buah negara yakni Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney, Perdana Menteri India Manmohan Singh dan Perdana Menteri Australia John Howard.

            Kuat dugaan, forum ini dibentuk sebagai respon ke empat negara diatas terhadap pesatnya perkembangan ekonomi diiringi militer Tiongkok dalam 50 tahun terakhir. Sejak akhir 1970-an Tiongkok memulai sebuah upaya strategis untuk mendongkrak perekonomian mereka. Diawali dengan rencana terpusat skala raksasa dengan memanfaatkan keunggulan jumlah tenaga kerja dengan biaya murah, melakukan devaluasi mata uang dan membentuk sistem pabrik yang kuat. Tujuan Tiongkok adalah untuk melepas hasil produksi dalam negeri mereka ke pasar internasional. Dengan ke tiga elemen fundamental tersebut, produk Tiongkok memiliki nilai kompetisi tinggi meski kala itu kualitasnya masih dipertanyakan (pada akhir tahun 70-an hingga 90-an).

            Upaya terstruktur Tiongkok mulai menunjukan hasil yang sangat luas sejak awal tahun 2000-an dan berlanjut hingga saat ini. Tahun 2019 PDB atau pendapatan bruto dalam negeri Tiongkok adalah sebesar US$ 13,1 triliun atau sekitar Rp 184 ribu triliun (estimasi kurs Rp 14.000/dolar). Memasuki tahun 2020, Tiongkok diprediksi akan mampu menguasai perekonomian dunia dengan pertumbuhan ekonomi 6 % setiap tahun. Menurut  Michael Yoshikami pendiri Destination Wealth Management, Ke depan, Tiongkok akan terus menjadi sangat kompetitif (Sembajang, 2023) Pertumbuhan ini diikuti dengan tertumbuhan militer yang mengiringi sehingga saat ini militer Tiongkok adalah terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia berdasarkan Global Fire Power (GFP) tahun 2023. GFP sendiri disusun berdasar minimal 60 faktor diantaranya mencakup jumlah unit militer, kondisi keuangan, hingga kemampuan logistik dan geografi dalam menentukan ranking kekuatan militer negara-negara di dunia (Dwi A.,2013).

            Kondisi ini disadari sepenuhnya oleh Jepang, yang sebelumnya merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia sebelum disalip oleh Tiongkok. Menghadapi situasi ini, Jepang merasa perlu membangun sebuah aliansi penyeimbang terhadap apa yang terjadi atas pesatnya perkembangan Tiongkok. Forum strategi informal QSD saat ini berkembang menjadi kegiatan dilapangan seperti latihan militer gabungan salah satunya bertajuk Malabar. Amerika Serikat sendiri kemudian menempatkan pasukan Marinir di dekat Darwin setelah secara tradisional memiliki pangkalan militer di Jepang.

LANDASAN TEORI

            Peraturan Presiden RI nomor 8 tahun 2021 tentang Kebijakan umum pertahanan negara tahun 2020-2024. Kebijakan umum ini disusun dalam rangka pertahanan negara yang handal, yaitu mampu menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, melindungi segenap bangsa, memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara yang dilandasi kepentingan nasional, serta memperkuat jati diri sebagai negara kepulauan dan negara maritim dalaam upaya menjadi Poros Maritim Dunia-PMD (Kertas Negara, 2019). Keberadaan Aliansi Quad yang diduga menjadi rival keamanan dan pertahanan Tiongkok di kawasan Asia menjadi sebuah perhatian terkait upaya Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia salah satunya melalui kemandirian alutsista.

            Teori Keamanan Maritim. Menurut Geoffrey Till penjelasan tentang keamanan maritim merupakan suatu kebutuhan yang kuat karena sangat diperlukan untuk mendapatkan keamanan dan kesejahteraan maritim di masa mendatang. Geoffrey Till mengembangkan ide untuk menjawab pengertian keamanan maritim yakni menuju" tatanan yang baik di laut" (good order at sea) (Keliat,2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun